23
berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan, baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga yang dapat dihargakan dengan uang.
Biaya pendidikan di tingkat sekolah berasal dari tiga sumber yaitu pemerintah termasuk dari hibah dan pinjaman luar negeri, keluarga siswa baik disalurkan
melalui sekolah maupun dibelanjakan sendiri, dan masyarakat selain keluarga siswa.
26
Lebih lanjut mengenai sumber pendanaan pendidikan ini dijelaskan dalam UU SISDIKNAS pasal 47 ayat 2 yaitu pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat mengerahkan sumber daya yang ada sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
27
Dalam implikasi diterapkannya manajemen pendidikan berbasis sekolah, adalah pemberian wewenang kepada sekolah untuk mengelola dana sendiri.
Sekolah diberi kewenangan untuk mencari dana dan menggunakannya dengan prinsip akuntabilitas dan transparansi. Strategi yang digunakan untuk mengatasi
pembiayaan pendidikan dalam menyukseskan manajemen pendidikan berbasis sekolah, dapat dilakukan dengan meminta bantuan komite sekolah.
Disamping komite sekolah, kepala sekolah melakukan pendekatan yang bersifat khusus kepada warga masyarakat yang memiliki kemampuan dalam
memberikan dana. Walaupun pekerjaan mencari dana tidaklah mudah, namun beberapa sekolah dalam usahanya telah menerima bantuan dari masyarakat yang
memiliki kepedulian terhadap pendidikan. Oleh karenanya, setiap sekolah sebaiknya melakukan pendekatan kepada
warga masyarakat tertentu yang dianggap dapat memberikan bantuan terhadap sekolah. Bagaimanapun, dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan,
26
Dedi Supriadi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, cet. Ke-2, h. 3 dan 26
27
Depdiknas, Undang-undang Tentang Sisdiknas dan Peraturan Pelaksanaanya 2000- 2004, Jakarta: Tamita Utama, 2004, h. 25
24
sekolah tidak bisa tidak harus mencari warga masyarakat yang mau memberikan bantuan.
28
5. Ciri-ciri Sekolah Dasar yang berkualitas
Merujuk pada pendapat Edward Sallis 1993, sekolah yang bermutu becirikan sebagai berikut.
29
1. Sekolah berfokus pada pelanggan baik pelanggan internal maupun
eksternal. Pada sekolah yang bermutu, totalitas perilaku staf, tenaga akademik, dan pemimpin melakukan tugas pokok untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan. Menurut Edward Sallis 1993 pelanggan jasa umumnya dan sekolah
khususnya adalah semua pihak yang memerlukan, terlibat di dalam, dan berkepentingan terhadap jasa pendidikan itu. Pelanggan sekolah terdiri
dari tiga komponen utama. Pertama, pelanggan primer, adalah siswa atau pihak-pihak yang menerima jasa pendidikan secara langsung. Kedua,
pelanggan sekunder, adalah pihak-pihak yang berkepentingan terhadap mutu jasa pendidikan. Seperti, orang tua siswa, instansi atau penyandang
dana beasiswa, pemeritah yang menanggung biaya pendidikan yang bersangkutan, tenaga akademik dan tenaga administrasi sekolah.
Selanjutnya ketiga, pelanggan tersier, adalah pelanggan yang terkait langsung dengan pelayanan jasa pendidikan, tetapi berkepentingan
terhadap mutu jasa layanan kependidikan itu karena mereka memanfaatkan hasil jasa layanan. Seperti, masyarakat, dunia usaha dan
pemerintah.
28
Amiruddin Siahaan dkk, Manajemen Berbasis Sekolah, Ciputat, Quantum Teaching, 2006, cet. Ke-1, h. 115-119
29
Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi Menuju Organisasi Sekolah Efektif
…, h. 54-55
25
2. Sekolah berfokus pada upaya untuk mencegah masalah yang muncul,
dalam makna ada komitmen untuk bekerja secara benar dari awal. 3.
Sekolah memiliki investasi pada sumber daya manusianya 4.
Sekolah memiliki strategi untuk mencapai kualitas, baik ditingkat pimpinan, tenaga akademik, maupun tenaga administrasi.
5. Sekolah mengelola atau memperlakukan keluhan sebagai umpan balik
untuk mencapai kualitas dan memposisikan kesalahan sebagai instrument untuk berbuat benar pada peristiwa atau kejadian berikutnya.
6. Sekolah memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai
kualitas, baik perencanaan jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang.
7. Sekolah mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua
orang sesuai dengan tugas pokok, fungsi, dan tanggung jawabnya. 8.
Sekolah mendorong orang yang dipandang memiliki kreativitas, mampu menciptakan kualitas, dan merangsang yang lainnya agar dapat bekerja
secara berkualitas. 9.
Sekolah memperjelas peran dan tanggung jawab setiap orang, termasuk kearah kerja secara vertikal dan horizontal.
10. Sekolah memiliki strategi dan kriteria evaluasi yang jelas.
11. Sekolah memandang dan menempatkan kualitas yang telah dicapai
sebagai jalan untuk memperbaiki kualitas layanan lebih lanjut. 12.
Sekolah memandang kualitas sebagai jalan integral dari budaya kerja.
13. Sekolah menempatkan peningkatan kualitas secara terus menerus
sebagai suatu keharusan.
Selanjutnya dalam bukunya Abdul Rahman tentang Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, bahwa dalam manajemen peningkatan mutu
pendidikan memiliki karakteristik yang perlu dipahami oleh sekolah yang akan menerapkannya, maka sejumlah karakteristik berikut ini perlu dimiliki,
yaitu karakteristik dari sekolah efektif effektif school. Manajemen peningkatan mutu merupakan wadahkerangkanya, maka sekolah efektif
merupakan isinya. Oleh karena itu, karakteristik berikut memuat secara
26
inklusif elemen-elemen sekolah efektif, yang dikategorikan menjadi input, proses, dan output.
30
Perangkatkarakteristik peningkatan mutu pendidikan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Input: kebijakan mutu dan harapan. Sumber daya kesediaan masyarakat,
berorientasi siswa, manajemen pembagian tugas, tugas perencanaan, kendali mutu,dll.
2. Proses: pembelajaran yang berorientasi learning to know, learning to do,
learning, to be, learning to live together, kepemimpinan yang kuatdemokratis kemampuan manajerial, kemampuan memobilisasi,
memiliki otonomi luas, lingkungan aman, nyaman, manusiawi, pengelolaan tenaga yang efektif perencanaan, pengembangan, penilaian,
imbalan jasa, memiliki budaya mutu kerjasama, merasa memiliki, mau berubah, mau meningkatkan diri, terbuka, tim kerja kompak, cerdas,
dinamis, partisipasi masyarakat tinggi, memiliki akuntanilitas laporan
prestasi, respontanggapan masyarakat. 3.
Output: prestasi akademik NEM, STTB, taraf serap, lomba karya ilmiah,
lomba keagamaan, prestasi non akademik olah raga, kerapianketertiban, kepramukaan, kebersihan, toleransi, ketulusan, kesenian, disiplin,
kerajinan, solidaritas, silaturahmi, dll.
Selanjutnya ditambahkan dalam buku MBS yang dibuat oleh Departemen Pendidikan bahwa karakteristik dari sekolah efektif dalam meningkatkan mutu
pendidikan adalah sebagai berikut:
31
1. Output yang diharapkan
Sekolah memiliki output yang diharapkan. Output sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan manajemen di sekolah.
Pada umumnya, output dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu output berupa prestasi akademik academic achivement dan output prestasi non akademik non-
academic achivement.
30
Abdul Rahman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa …hal. 252-254
31
Depdiknas, Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta:Depdiknas, 2007, h. 16-25