Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan

29 fasilitas belajar lainnya. Usaha-usaha intensif yang dilakukan sejauh ini telah berhasil meningkatkan APK SLTP + SMP hingga mencapai 70. 32 Selanjutnya untuk mencapai mutu dalam pendidikan, berikut langkah- langkah yang perlu dilakukan sekolah dalam menjaga maupun meningkatkan kualitasnya Sallis, 1993:48-49, antara lain: 33 a. Rumuskan tujuan yang konstan untuk perbaikan dalam produk dan layanan. b. Gunakan filosofi baru Sebuah sekolah tidak akan mampu berkompetisi jika terus menerima dan memaafkan keterlambatan, kesalahan, atau melahirkan hasil yang tidak tepat. c. Berhentilah menggunakan pengawasan publik untuk mencapai kualitas Pengawas publik yang dilakukan unit inspeksi tidak menjamin kualitas. d. Tingkatkan kualitas palayanan dan produk layanan e. Lakukan on the job training Pelatihan merupakan salah satu yang paling penting untuk peningkatan kualitas. f. Tugas manajemen adalah memimpin bukan mengawasi, pemimpin harus mampu berperan untuk mendorong kemajuan dalam proses pelaksanaan pekerjaan agar menghasilkan layanan produk terbaik. g. Hindari rasa takut, yakni bahwa produktivitas pegawai juga dipengaruhi oleh perasaan rasa aman bekerja di tempat dia bekerja. h. Atasi berbagai kendala hubungan antara unit atau departemen, karena mereka yang ada dalam unit tersebut memerlukan kerja sama sebagai sebuah tim. i. Kurangi slogan, nasihat, target dan permintaan untuk peningkatan produktivitas baru tanpa ada pengarahan pada para pegawai tentang metode-metode baru untuk menghasilkan pekerjaan yang baik. 32 Dedi Supriadi, Membangun Bangsa Melalui Pendidikan, Bandung:Remaja Rosdakarya, 2005, cet. II, h. 95-97 33 Rosyada, Paradigma Pendidikan Demikratis: sebuah model pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan Bogor: Kencana, 2007, Cet.1 h.262-264 30 j. Kurangi standarisasi pekerjaan dengan indikator angka numeric, karena standarisasi numeris atau kuantitas sering kali akan mengurangi kualitas. k. Hilangkan berbagai kendala yang akan mengurangi kebanggaan pegawai terhadap pekerjaan, l. Lembagakan pendidikan dan pelatihan pegawai yang dapat meningkatkan semangat kerja pegawai dan peningkatan kualitas dengan dirinya sendiri. m. Posisikan setiap orang dalam institusi untuk bekerja dan melaksanakan transformasi. Oleh karena itu pentingnya peranan pemimpin dalam memberikan pengarahan kepada bawahannya, tidak lain untuk mencapai tujuan dan harapan yang telah dirancang oleh organisasi dan menjadi impian para warga sekolah lainnya. Karena tidak ada lagi pigur yang patut di contoh dalam sebuah organisasi kecuali pemimpinnya sendiri. Keberhasilan suatu sekolah dari tingkat kualitasnya, tidak terlepas dari kepiawaian seorang kepala sekolah yang menerapkan tipe kepemimpinan dilembaganya. Karena penelitian tentang efektifitas sekolah menegaskan pentingnya apa yang terjadi diruang kelas, dan kepemimpinan pendidikan dipandang sebagai upaya memberikan sebuah kultur pengajaran dan pembelajaran yang kondusif. Kepemimpinan pendidikan juga akan menjadi sentral bagi negosiasi tentang apa yang bisa dinilai dalam kurikulum dan apa yang dipandang baik dalam metode pengajaran. Kepala sekolah yang efektif tidak hanya menghabiskan waktunya untuk melakukan control internal secara eksplisit, seperti memonitor pengajaran, tapi harus lebih menekankan pada penetapan tujuan dan mekanisme consensus tujuan untuk mengarahkan perhatian para guru terhadap output organisasi Goldring dan Pasternak, 1994,hal. 251 dalam terjemahan buku Tony Bush dan Marianne Coleman. 34 34 Tony Bush dan Marianne Coleman, Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan Yogyakarta: IRGISoD, 2008, cet. II, h. 80-81 31 Pemberian otonomi kepada kepala sekolah, sebagai konsekuensi otonomi sekolah, mengharuskan kepala sekolah meningkatkan kemampua intelegensi manajerialnya. Intelegensi manajerial adalah kecerdasan memimpin dan terampil mengelola organisasi, dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada atau yang tersedia, sehingga dengan seluruh perangkat yang dimiliki organisasi menciptakan sinerji, diarahkan untuk menuju kepada pencapaian tujuan organisasi secara maksimal. Intelegensia manajerial oleh Kydd, Crawford, dan Riches 2004:11-13 diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Mencipta  Memiliki gagasan bagus  Menemukan pemecahan orisinal bagi masalah yang bersifat umum.  Mengantisipasi konsekuensi pengambilan keputusan dan tindakan  Menerapkan pemikiran  Menggunakan imajinasi dan intuisi 2. Merencanakan  Mengaitkan kebutuhan masa kini dengan masa yang akan dating  Mengenali apa yang penting dan apa yang semata mendesak  Mengatasi tren masa depan  Menganalisis 3. Mengorganisasikan  Membuat tuntutan yang adil  Mengambil keputusan dengan cepat 32  Berada di depan bilamana perlu  Tetap tenang dalam situasi yang sulit  Mengetahui kapan pekerjaan selesai 4. Berkomunikasi  Memahami orang  Mendengarkan  Menjelaskan  Komunikasi tertulis  Menggugah sesama untuk berbicara  Taktis  Bersikap toleran terhadap kekeliruan sesama  Berterima kasih dan memberikan dorongan  Memastikan setiap orang menerima informasi  Memanfaatkan teknologi informasi 5. Memotivasi  Mengilhami sesama  Menyuguhkan tantangan yang realistis  Membantu sesama untuk menetapkan tujuan dan target  Membantu sesama untuk menghargai sumbangsih dan prestasi mereka sendiri 6. Mengevalusi 33  Membandingkan hasil dengan niat  Menilai diri sendiri  Mengevaluasi pekerjaan sesama  Meralat kekeliruan di mana perlu Berbagai kemampuan di atas adalah sesuatu yang tidak dapat ditawar-tawar bagi kepala sekolah dalam konteks kepemimpinan masa depan yang menerapkan manajemen pendidikan berbasis sekolah. Beberapa penelitian yang dilakukan di berbagai Negara dalam konteks manajemen pendidikan, menunjukkan bahwa keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan dan tujuan sekolah ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah. Kekuasaan dan wewenang ini terkait dengan tanggung jawab kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja dan akuntabilitas sekolah yang dipimpinnya. Beberapa studi yang dilakukan di Indonesia sebagaimana yang disurvei oleh Achmady dan Supriadi 1996 dalam Jalal dan Supriadi 2001:287-288 menunjukkan bahwa: 1. Ciri-ciri kehidupan sekolah yang mutunya baik dan mutunya kurang baik di sekolah dasar banyak berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah. 2. Survey puluhan SMU menunjukkan bahwa sekolah-sekolah yang mutunya baik dan memiliki preferensi yang tinggi dimasyarakat memiliki cirri-ciri yang berbeda dengan sekolah-sekolah yang mutunya biasa dalam hal gairah belajar siswa, motivasi guru, hasil belajar, dan iklim sekolah secara keseluruhan. Ciri-ciri tersebut diatribusikan oleh kepemimpinan kepala sekolah, 3. Penempatan kepala SMK yang dipilih secara ketat melalui prosedur yang standar menghasilkan perubahan yang semakin meningkat. Kepemimpinan kepala sekolah secara signifikan mempengaruhi keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan dan tujuan setiap 34 sekolah. Kepemimpinan mempunyai fungsi sebagai pengarah, pengendali sekaligus melakukan control terhadap pelaksanaan seluruh rencana yang telah, sedang dan akan dilaksanakan. Kepala sekolah dalam hal ini, menjadi penanggung jawab utama untuk mencapai tujuan pendidikan persekolahan. 35 Oleh karena itu pentingnya suatu lembaga atau organisasi ditangani oleh orang yang memang memiliki kemampuan dalam bidangnya. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW: Dengan demikian, pemimpin pendidikan:  Memberikan kesempatan kepada anggota untuk berpartisipasi dalam proses perubahan guna merefleksikan praktek dan mengembangkan pemahaman personal tentang sifat dan implikasi perubahan terhadap diri mereka;  Mendorong mereka yang terlibat dalam implementasi perbaikan untuk membentuk kelompok-kelompok sosial dan membangun tradisi saling mendukung selama proses perubahan;  Membuka peluang feedback bagi semua pihak yang terlibat dalam perubahan; dan  Harus sensitif terhadap outcomes proses pengembangan dan menciptakan kondisi yang kondusif bagi feedback yang dibutuhkan, kemudian menindak lanjutinya dengan melibatkan beberapa pihak dalam mendiskusikan ide-ide dan prakteknya Duignan dan Macpherson, 1992, hal. 84 dalam buku Tony Bush dan Marianne Coleman. 35 Amiruddin Siahaan dkk, Manajemen Berbasis Sekolah , … h. 109-113 35 Seorang pemimpin pendidikan yang menerapkan program mutu pada lembaga pendidikannya, dibutuhkan prinsip-prinsip yang dijadikan tuntunan baginya agar tidak melenceng dengan komitmen yang telah dibuat. Berikut merupakan prinsip-prinsip yang diberlakukan bagi kepemimpinan bermutu antara lain: 36 1. Dalam kepemimpinan mutu, seseorang mengukur keberhasilannya dari keberhasilan orang-orang semua anggota dalam organisasi. 2. Tanggung jawab berbagi. Semua unsur dalam organisasi sekolah memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas. Tugas majelis sekolah, pengawas, dan administrator memberikan fokus serta pengarahan terhadap sekolah semua anggota organisasi sekolah memiliki visi tentang masa depan yang sama, memahami program mutu dan tugas-tugasnya. Setiap anggota disorong untuk terbuka, kreatif, dan inovatif sehingga memungkinkan mencapai visi dalam sistem yang luas. 3. Perbaikan mutu berkelanjutan. Unsur-unsur pimpinan mendorong guru dan staf untuk mencapai tujuan akhir oraganisasi yaitu penyempurnaan yang berkelanjuran. 4. Dalam piramid kepemimpinan mutu, majelis sekolah, pengawas, dan adaministrator harus menyediakan bahan serta alat-alat resources yang dibutuhkan guru dan staf. Dengan demikian, tidak ada lagi kekuasaan mutlak dalam kepemimpinan itu. 5. Peran guru dan staf. Semua orang dalam piramid kepemimpinan mutu adalah pemimpin. Untuk mencapai mutu visi mutu dalam pendidikan, guru harus menanamkan visi ini kepada siswa. Siswa harus mempunyai visi dan kemampuan untuk berbuat secara kreatif dan inovatif untuk mencapai visi tersebut. 6. Sebagai pemimpin mutu, tiap orang bertanggung jawab menghilangkan hambatan yang mencegah performansi yang tinggi. 36 Prof.Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Konsep, Prinsip, dan instrumen…hal. 14 36 7. Tiap orang ingin menjadi orang yang unggul. Tantangan utama untuk pendidikan bermutu adalah menghilangkan hambatan-hambatan organisasional yang menghambat orang untuk berhasil. Peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas pula dari peran guru, karena guru merupakan tokoh sentral di dalam proses pembelajaran. Guru yang profesional akan menghasilkan murid yang bermutu, dan murid yang bemutu akan mampu mengangkat pendidikan bermutu pula. Oleh karena itu dibutuhkan figur guru masa depan yang akan diidamkan oleh banyak pihak, diantaranya: 37 1. Planner, artinya guru memiliki program kerja pribadi yang jelas. 2. Innovator, artinya memiliki kemampuan untuk melakukan pembaharuan yang berkenaan dengan pola pembelajaran, termasuk di dalamnya metode mengajar, media pembelajaran, sistem dan alat evaluasi, serta nurturant effect lainnya. 3. Motivator, artinya guru masa depan mampu memiliki motivasi untuk terus belajar dan tentunya juga akan memberikan motivasi kepada anak didik untuk belajar dan terus belajar sebagaimana dicontohkan oleh gurunya. 4. Capable, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecapakapan, dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses pembelajaran secara efektif. 5. Developer, artinya guru mau untuk terus mengembangkan diri dan menularkan kemampuan dan keterampilan anak didiknya dan untuk semua orang. Jadi guru masa depan adalah guru yang menjadi fasilitator; pelindung; pembimbing dan punya figur yang baik disiplin, loyal, bertanggung jawab, kreatif, melayani sesuai dengan visi, misi yang diinginkan sekolah; 37 Isjoni, Saatnya Pendidikan Kita Bangkit Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, Cet. 1, h.82-85 37 Selain itu juga guru masa depan secara efektif menunjukkan motivasi, percaya diri serta mampu mandiri dan dapat bekerjasama, serta memupuk kemampuan otodidak anak didik, memberi reward ataupun apresiasi terhadap siswa agar mereka bangga akan sekolahnya dan terdidik juga untuk menghargai orang lain, baik pendapat maupun prestasinya. Menurut zuhairi, dkk 1994 dalam melaksanakan pendidikan islam, peranan pendidik sangat penting, karena dia yang bertanggung jawab dan menentukan arah pendidikan tersebut. Itulah sebabnya islam sangat menghargai dan menghormati orang-orang berilmu pengetahuan yang bertugas sebagai pendidik. Hal inidisebutkan pada surat Al-Mujadallah 58 ayat 11 : “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang- orang berilmu pengetahuan beberapa derajat …” 38 38 H. Ahmad Syar’I M.Pd, Filsafat Pendidikan Islam, 2001, pustaka Firdaus, Jakarta.Cet - 2, h. 36 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilakukan selama satu bulan, yaitu bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011. Adapun sekolah yang akan dijadikan penelitian ini Sekolah Dasar Islam Terpadu SDIT Nida El-Adabi desa Kabasiran- Parungpanjang-Bogor. Berikut jadwal penelitian, yaitu: No Jenis Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari Maret 1 Penyusunan proposal 2 Penyusunan instrumen penelitian dan revisi instrumen penelitian 3 Pengumpulan data 4 Pengolahan dan analisis data penelitian 5 Penyusunan laporan penelitian 39

B. Metode Penelitian, Jenis Data, dan Penentuan Narasumber

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dalam bentuk metode penelaahan deskriptif analitis dengan menggambarkan suatu keadaan atau sifat seperti adanya untuk kemudian dianalisa. Jadi penelitian ini dimaksudkan untuk memastikan atau menjelaskan karakteristik dari objek yang diteliti. Adapun jenis data yang dikumpulkan berupa data –data yang bersifat kualitatif yang terdiri dari data primer dan data sekunder tentang data sekolah. Seperti hasil wawancara dengan para orang tua, kepala sekolah, guru, tata usaha. Narasumber pada penelitian ini adalah kepala sekolah, kepala Tata Usaha, guru dan 10 orang tua siswa SDIT Nida El-Adabi anggota komite.

C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, penulis akan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti. Adapun teknik pengumpulan data tersebut adalah: 1. Observasi Menurut Sutrisno Hadi 1986 mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. 1 Adapun teknik ini digunakan untuk dan mencari informasi dengan cara mengamati pola pendidikan yang dilakukan SDIT Nida El-ADABI dalam memberikan materi pengajaran kepada siswa baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. 1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan:pendekatankuantitatif, kualitatif, dan RD, Bandung: CV. Alfabeta, cet. ke 6, hal.203 40 2. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara interviewer yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara interviewee yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. 2 Teknik ini digunakan untuk menggali data persepsi orang tua tentang kualitas pendidikan SDIT Nida El-Adabi Parungpanjang-Bogor. 3. Studi Dokumentasi Dokumen ialah setiap bahan ataupun film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. 3 Dengan kata lain studi dokumentasi adalah mempelajari suatu kejadian yang sedang diteliti melalui dokumentasi. Teknik ini digunakan untuk memperoleh mendapatkan data statistik siswa yang masuk, guru, dan dokumentasi tentang pembiayaan sekolah SDIT Nida El- Adabi.

D. Teknik Analisis Data

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan pengecekkan keabsahan data dengan menggunakan triangulasi. Dalam hal ini peneliti membandingkan data dari hasil wawancara, studi dokumentasi dengan referensi dari buku sebagai pendukung keabsahan data, berikut macam triangulasi yang digunakan: 1. Triangulasi sumber, yaitu membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh. Dalam hal ini peneliti membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. 2. Triangulasi metode terdapat dua strategi, yaitu: a. Pengecekkan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data yaitu berupa wawancara langsung. 2 Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif, 2007, Bandung:PT Remaja Rosdakarya, cet. 20, hal.186 3 Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif …hal. 216