persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan potensi konflik sosial di Kabupaten Tanggamus pada wilayah rural pedesaan dan urban perkotaan.
B. Definisi Konseptual
Guna memudahkan dalam penafsiran berbagai teori yang ada dalam penelitian ini, maka ditentukan beberapa definisi konsep yang berhubungan
dengan apa yang akan diteliti. Untuk konteks ini definisi konseptual yang dikaji dalam penelitian ini merujuk pada pendapat yang dikemukakan oleh
Husman 1985 tentang pentahapan konflik, diantaranya yakni: 1. Latent conflict. Menggambarkan suatu situasi di mana di dalamnya
terdapat kondisi-kondisi persaingan di dalam memperoleh sumberdaya. 2. Perceived conflict. Terjadi di mana masing-masing pihak menganggap
adanya kondisi-kondisi konflik. 3. Felt conflict. Ini menggambarkan suatu tahapan di mana anggota
kelompok yang berkonflik tidak hanya menyadari adanya kondisi konflik. 4. Manifest conflict. Ini terjadi pada tahapan di mana ketegangan-ketegangan
yang sudah terjadi di antara mereka sudah disalurkan diungkapkan melalui agresi secara terbuka atau melalui cara-cara tersembunyi covert
means. 5. Conflict aftermath. Tahapan ini menunjukkan hasil setelah konflik.
C. Definisi Operasional
Adapun operasionalisasi konseptual guna mengukur variabel yang dikaji dalam penelitian ini secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini:
Variabel Indikator
Latet conflict •
Kondusifitas wilayah tempat tinggal responden •
Pola interaksi masyarakat di wilayah sekitar tempat tinggal responden
Perceived conflict •
Isu tertentu yang dimungkinkan menjadi penyebabpotensi konflik sosial
Felt conflict •
Gambaran eksalasi isu potensi konflik, dari prakonflik hingga menuju konflik nyata
Manifest conflict •
Rangkaian kejadian konflik terbuka, mencakup: lokasi, waktu, pihak yang terlibat, dan dampak
yang ditimbulkan
Conflict aftermath •
Peran stakeholders dalam menyikapi potensi konflik yang ada ditengah masyarakat
• Pihak mana saja yang terlibat dalam
menyelesaikan konflik
D. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk mendapatkan gambaran sebagaimana yang menjadi tujuan penelitian, maka penelitian ini membatasi diri dengan lingkup penelitian yang hanya
untuk mengetahui dan menjelaskan peta potensi konflik sosial di Kabupaten
Tanggamus yang merujuk pada kategori wilayah rural pedesaan dan urban perkotaan. Identifikasi wilayah rural dan urban merujuk pada kategori yang
ditetapkan oleh Kepolisisan Daerah Polda Lampung. Penelitian ini merupakan penelitian kolaboratif yang diselenggarakan secara bersamaan
dengan kegiatan “Pemetaan Daerah Rawan Konflik Sosial di Kabupaten Tanggamus” oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda
Kabupaten Tanggamus. Oleh karenanya, lingkup penelitian yang mencakup seluruh kabupaten yang ada di Tanggamus memungkinkan untuk dilakukan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan sepenuhnya data sekunder. Data tersebut diperoleh dari lembaga pemerintah daerah Kabupaten
Tanggamus. Untuk lingkup ini, ada beberapa lembaga pemerintah daerah Kabupaten Tanggamus yang merilis data konflik sosial di tahun 2014,
diantaranya yakni: Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kesbangpol Kab. Tanggamus dan Kepolisian Resort Tanggamus. Selain itu, digunakan juga
data sekunder yang bersumber dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kesbangpol Provinsi Lampung.
F. Analisis Data
Data penelitian yang telah diperoleh dari lapangan, dianalisis agar data tersebut dapat digunakan sebagai landasan empirik dalam menjawab rumusan