realitas tersebut, perlu diperhatikan juga perbandingan jumlah wilayah rural dan urban yang ada di Kabupaten Tanggamus, dimana persentase wilayah
rural sampai dengan 85 persen, sedangkan wilayah urban hanya 15 persen saja. Sesuai dengan kodratnya masyarakat pedesaan adalah manusia-manusia
yang mempunyai sifat-sifat sebagai manusia biasanya yang antara lain mempunyai saingan dengan manifestasi sebagai sifat ini. Oleh karena itu
maka wujud persaingan itu bisa positif dan bisa negatif. Positif bila persaingan wujudnya saling meningkatkan usaha untuk meningkatkan
prestasi dan produksi atau output hasil. Sebaliknya yang negatif bila persaingan ini hanya berhenti pada sifat iri, yang tidak mau berusaha
sehingga kadang-kadang hanya melancarkan fitnah-fitnah saja, yang hal ini kurang ada manfaatnya sebaliknya menambah ketegangan dalam masyarakat.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, dapat dirumuskan beberapa saran sebagai berikut:
1. Orientasi pembangunan
daerah perlu
mengedepankan model
pembangunan partisipatif. Hal ini dimaksudkan agar disparitasperbedaan antar wilayah di Kabupaten Tanggamus dapat diminimalisir. Dalam hal ini,
Pemkab Tanggamus perlu meningkatkan investasi sosial dan pendistribusian pelayanan sosial dasar yang lebih luas, adil dan merata.
2. Bila melihat beragamnya bidanglingkup konflik sosial yang ada di Kab. Tanggamus, maka pemerintah daerah dinilai perlu memfasilitasi dan
meningkatkan peran lembaga sosial yang ada di tengah masyarakat dalam
upaya menciptakan suasana damai. Pada aspek ini Pemkab memberikan tawaran program pengembangan masyarakat yang merangkul beragam
elemen entitas yang ada. Tujuan dari program tersebut nantinya mampu meningkatkan kemampuan masyarakat dalam merealisasikan kepentingan-
kepetingannya dengan memperhatikan keragamanmultikultur yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Daerah Kabupaten Tanggamus. 2014. Data daerah potensi rawan konflik Kabupaten Tanggamus Tahun 2014. Kota
Agung: Kesbangpol Kab. Tanggamus. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2010. Lampung dalam angka 2010.
Bandar Lampung: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Eriyanto. 1999. Metodologi polling memberdayakan suara rakyat. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. Fisher et al. 2000. Mengelola konflik: ketrampilan dan strategi untuk bertindak.
Jakarta: The British Council. Hasan, M. Iqbal. 2008. Pokok-pokok materi statistik 2 statistik inferensif.
Jakarta: PT Bumi Aksara. Husman, R.C. 1985. Reading in interpersonal and organizational communication.
Boston: Holbrook Press, Inc. Mason, A.S. Rychard, S. 2005. Conflict analysis tools. Bern: Swiss Agency for
Development and Cooperation SDC. Tohari et al. 2011. Dinamika konflik dan kekerasan di Indonesia. Jakarta: Institut
Titian Perdamaian.