Konflik Sosial dan Masyarakat Multikultural
Kerja bakti itu ada dua macam, yaitu kerja sama untuk pekerjaan-pekerjaan yang timbul dari inisiatif warga masyarakat itu sendiri, dan kerja sama untuk
pekerjaan-pekerjaan yang timbulnya tidak dari inisiatif warga itu sendiri.
Secara umum kota adalah tempat bermukimnya warga kota, tempat bekerja, tempat kegiatan dalam bidang ekonomi, pemerintah dan lain-lain. Dengan
kata lain, Kota adalah suatu ciptaan peradaban budaya umat manusia. Kota sebagai hasil dari peradaban yang lahir dari pedesaan, tetapi kota berbeda
dengan pedesaan, karena masyarakat kota merupakan suatu kelompok teritorial di mana penduduknya menyelenggarakan kegiatan-kegiatan hidup
sepenuhnya, dan juga merupakan suatu kelompok terorganisasi yang tinggal secara kompak di wilayah tertentu dan memiliki derajat interkomuniti yang
tinggi. Dilihat dari kenyataan yang tampak pada saat ini dalam sudut pandang
geografi, kota merupakan suatu daerah yang memiliki wilayah batas administrasi dan bentang lahan luas, penduduk relatif banyak, adanya
heterogenitas penduduk, sektor agraris sedikit atau bahkan tidak ada, dan adanya suatu sistem pemerintahan.
Secara sosiologis penekanannya pada pola hubungan serta kesatuan masyarakat industri, bisnis, dan wirausaha lainnya dalam struktur yang lebih
kompleks. Sedangkan secara fisik, kota dinampakkan dengan adanya
gedung-gedung yang menjulang tinggi, hiruk pikuknya kendaraan, pabrik, kemacetan, kesibukan warga masyarakatnya, persaingan yang tinggi,
polusinya, dan sebagainya. Masyarakat di perkotaan secara sosial
kehidupannya cendrung heterogen, individual, persaingan yang tinggi yang sering kali menimbulkan pertentangan atau konflik. Munculnya sebuah
asumsi yang menyatakan bahwa masyarakat kota itu pintar, tidak mudah tertipu, cekatan dalam berpikir, dan bertindak, dan mudah menerima
perubahan, itu tidak selamanya benar, karena secara implisit dibalik semua itu masih ada masyarakatnya yang hidup di bawah standar kehidupan sosial.
Karakteristik masyarakat desa pada umumnya kehidupannya tergantung pada alam, ini disebabkan oleh lokasi geografis pedesaan dan anggotanya
saling mengenal, sifat gotong royong erat, penduduknya sedikit perbeda an penghayatan dalam kehidupan religi lebih kuat. Karakteristik masyarakat
perkotaan yaiitu hubungan suasana yang saling memepengaruhi, keprcayaan yang kuat akan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai sarana
masyarakatnya untuk meningkatkan kesejahteraan dalam kehidupan, masyarakatnya tergolong ke dalam macam-macam profesi yang dapat
dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga pendidikan, keterampilan dan kejuruan Tingkat pendidikan formal pada umumnya tinggi dan merata,
hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang sangat kompleks.
Menurut Max Weber mengenai “kota”, para ahli kemasyarakatan telah menekankan perbedaan-perbedaan antara masyarakat kota dan desa
Weber,1977. Pandangan yang berlaku dahulu bahwa kota adalah
“modernt”, bahwa wilayah perkotaan merupakan pusat-pusat perubahan sosial, sedangkan masyarakat selalu terbelakang dan “tradisional”, tidak lagi
berlaku. Begitu banyak telah memperlihatkan bukti empiris, bahwa istilah