Kesehatan 1 GAMBARAN UMUM LINGKUP PENELITIAN

URAIAN TAHUN 2009 2010 2011 2012 2013 kelahiran hidup KH Angka Kematian Ibu AKI per 100.000kelahir an hidup KH 104,77 100.000 KH 97,3 100.000 KH 99,95 100.000 KH 90,15 100.000 KH 88,80 1.000.000 KH Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Tanggamus, 2014 Pada Tahun 2012 jumlah kematian ibu sebanyak 11 kasus dari 12.202 kelahiran hidup 90,15 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan pada Tahun 2013 kematian ibu sebanyak 11 kasus dari 12.387 kelahiran hidup 88,80 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu terbanyak disebabkan karena pendarahan sebanyak 5 kasus, selain itu juga disebabkan oleh Eklampsi, Infeksi, Diabetes Melitus, TB Paru, Malaria Cerebral dan Radang selaput otak masing-masing 1 kasus. 3 Balita Gizi Buruk Kasus Gizi Buruk di Kabupaten Tanggamus mendapatkan perhatian yang serius dengan melakukan berbagai langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan yang efektif. Pada tahun 2012 kasus balita gizi buruk di Kabupaten Tanggamus sebanyak 7 kasus dan mendapatkan perawatan 7 kasus atau 100 . Sedangkan pada tahun 2013 ditemukan 5 kasus balita gizi buruk dan seluruhnya mendapat perawatan 100 . 4 Umur Harapan Hidup UHH Meningkatnya status kesehatan masyarakat selain ditunjukkan oleh menurunnya angka kesakitan dan kematian, juga ditunjukkan dengan meningkatnya status gizi dan Umur Harapan Hidup UHH. Umur Harapan Hidup penduduk Kabupaten Tanggamus pada tahun 2007 sebesar 68,7 tahun sedangkan pada tahun 2008 sebesar 68,51 tahun dan 2009 meningkat menjadi 68,92 tahun, angka tersebut terus mengalami peningkatan yang mencapai 69,33 pada tahun 2010, pada tahun 2011 meningkat menjadi 69,7 dan meningkat kembali pada tahun 2012 menjadi 70,15. 5 Ketenagakerjaan Sedangkan dari sektor ketenagakerjaan di Kabupaten Tanggamus pada tahun 2013 Tingkat Pengangguran Terbuka TPT sebesar 5,03 , lebih rendah dibandingkan dengan TPT rata-rata Provinsi Lampung pada periode yang sama sebesar 5,85 dan Nasional 6,25 . Hal ini menunjukkan peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan adanya peningkatan penyediaan lapangan kerja yang menyebabkan angka Tingkat Pengangguran Terbuka menurun. Dengan terobosan-terobosan baru dibidang penyediaan lapangan kerja Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Tanggamus berhasil ditekan seminimal mungkin. Pengurangan jumlah pengangguran harus tetap menjadi prioritas utama bagi Pemerintah Kabupaten Tanggamus. Untuk mempercepat penurunan angka pengangguran yang sejalan dengan kebijakan nasional, pelaksanaan berbagai program pembangunan perlu diarahkan ke kecamatan dan desa-desa miskin, serta dilakukan dengan pola padat karya. Dengan demikian, pelaksanaan program pembangunan dapat meningkatkan ketersediaan dan perbaikan serta pemeliharaan prasarana dan sarana fisik dan berbagai sarana pelayanan dasar, serta sekaligus menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan bagi masyarakat di sekitarnya. Dengan program aksi tersebut diharapkan TPT akan terus menurun dan dapat mempercepat pertumbuhan sektor riil dalam rangka perluasan kesempatan kerja. Gambar 4.3 Komparasi TPAK dan TPT Antara Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung dan Nasional Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK Usia 15 Tahun ke Atas 15 Tingkat Pengangguran Terbuka TPT Usia 15 Tahun ke Atas 15 Sumber : BPS Kabupaten Tanggamus, 2014

4.2.3 Fokus Sumber Daya Manusia A. Ketenagakerjaan

Banyaknya penduduk produktif 15-64 tahun disuatu wilayah sangat menentukan rasio ketergantungan penduduk diwilayah tersebut. Semakin kecil persentase penduduk usia produktif maka semakin besar penduduk yang harus ditanggung oleh penduduk usia produktif tersebut. Angka ketergantungan penduduk Kabupaten Tanggamus Tahun 2013 adalah sebesar 51,18 yang berarti bahwa dalam setiap seratus penduduk produktif, harus menanggung sekitar 52 orang penduduk yang tidak produktif. Tabel 4.5 Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Rasio Ketergantungan di Kabupaten Tanggamus Tahun 2007-2011 TAHUN KELOMPOK UMUR RASIO KETERGANTUNGAN 0 - 14 15 -64 65 + 2007 32,03 64,04 3,93 56,15 2008 31,50 63,60 4,90 57,23 2009 31,37 62,48 5,79 59,48 2010 30,01 65,20 4,79 53,37 2011 29,99 65,15 4,86 53,49 2012 52,91 2013 51,18 Sumber: Kompilasi data BPS Kabupaten Tanggamus, 2012 2014 .

B. Pembangunan Manusia

Sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Keberadaan SDM ini harusnya menjadi perhatian yang paling penting. Karena modal pembangunan yang terpenting adalah manusia. Tanpa manusia tak akan terjadi perubahan, pergerakan, dan kemajuan suatu wilayah. Kemajuan pembangunan manusia secara umum dapat dilihat dari perkmbangan indeks pembangunan manusia IPM. IPM mencerminkan pencapaian kemajuan dibidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Berdasarkan perkembangan angka IPM tiap tahunnya, tampak kemajuan yang telah dicapai Kabupaten Tanggamus selama ini. Angka IPM Kabupaten Tanggamus mengalami sedikit peningkatan dari 72,32 pada tahun 2012 menjadi 72,66 pada tahun 2013. Peningkatan ini merupkan dampak investasi dibidang kesehatan dan pendidikan, khususnya terhadap peningkatan indikator pembangunan manusia secara nyata dalam jangka panjang, walaupun belum merata. Tabel 4.6 IPM KabupatenKota di Provinsi Lampung 2011 – 2013 KabupatenKota 2011 2012 2013 Lampung Barat 69,72 70,17 70,37 Tanggamus 71,83 72,32 72,66 Lampung Selatan 70,53 70,95 71,25 Lampung Timur 71,26 71,64 72,14 Lampung Tengah 71,28 71,81 72,30 Lampung Utara 70,81 71,28 71,70 Way Kanan 70,43 70,84 71,08 Tulang Bawang 70,96 71,60 71,86 Pesawaran 70,30 70,90 71,25 Pringsewu 72,37 72,80 73,22 Mesuji 67,98 68,30 68,79 Tulang Bawang Barat 69,32 69,82 70,38 Pesisir Barat 68,43 Bandar Lampung 76,29 76,83 77,17 Metro 76,95 77,30 77,53 LAMPUNG 71,94 72,45 72,87 masih tergabung dengan kabupaten induk Sumber: Statistik Daerah Provinsi Lampung, 2014

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, beberapa kesimpulan yang dihasilkan dalam penelitian ini diantaranya: 1. Kabupaten Tanggamus memiliki cakupan wilayah yang cukup luas antara satu wilayah dengan wilayah lain. Kondisi tersebut dapat menjadi peluang dan atau penghambat, bahkan dapat juga menjadi ancaman dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya. Untuk itu, penyediaan infrastuktur fisik dan non fisik yang mudah dijangkaudigunakan oleh masyarakat mesti menjadi perhatian khusus bagi kalangan stakesholders Pemkab Tanggamus. 2. Terkait dengan daerah rawan konflik sosial di Kabupaten Tanggamus, bila merujuk kategorisasi rural dan urban, secara intensitas frekuensi terdapat perbedaan yang mencolok antara kedua wilayah tersebut. Terlihat bahwa untuk wilayah rural terdapat 29 kasus sedangkan untuk urban terdapat 11 kasus. Dalam hal ini, dapat dikatakan, wilayah rural di Kabupaten Tanggamus cenderung memiliki potensi konflik sosial yang lebih tinggi dibandingkan untuk wilayah urban. Meskipun demikian, tidak serta merta bahwa untuk wilayah urban tidak berpotensi konflik sosial. Dalam melihat realitas tersebut, perlu diperhatikan juga perbandingan jumlah wilayah rural dan urban yang ada di Kabupaten Tanggamus, dimana persentase wilayah rural sampai dengan 85 persen, sedangkan wilayah urban hanya 15 persen saja. Sesuai dengan kodratnya masyarakat pedesaan adalah manusia-manusia yang mempunyai sifat-sifat sebagai manusia biasanya yang antara lain mempunyai saingan dengan manifestasi sebagai sifat ini. Oleh karena itu maka wujud persaingan itu bisa positif dan bisa negatif. Positif bila persaingan wujudnya saling meningkatkan usaha untuk meningkatkan prestasi dan produksi atau output hasil. Sebaliknya yang negatif bila persaingan ini hanya berhenti pada sifat iri, yang tidak mau berusaha sehingga kadang-kadang hanya melancarkan fitnah-fitnah saja, yang hal ini kurang ada manfaatnya sebaliknya menambah ketegangan dalam masyarakat.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, dapat dirumuskan beberapa saran sebagai berikut: 1. Orientasi pembangunan daerah perlu mengedepankan model pembangunan partisipatif. Hal ini dimaksudkan agar disparitasperbedaan antar wilayah di Kabupaten Tanggamus dapat diminimalisir. Dalam hal ini, Pemkab Tanggamus perlu meningkatkan investasi sosial dan pendistribusian pelayanan sosial dasar yang lebih luas, adil dan merata. 2. Bila melihat beragamnya bidanglingkup konflik sosial yang ada di Kab. Tanggamus, maka pemerintah daerah dinilai perlu memfasilitasi dan meningkatkan peran lembaga sosial yang ada di tengah masyarakat dalam