a. Harus sudah tertentu atau dapat ditentukan
b. Harus mungkin
c. Harus diperbolehkan halal
d. Harus ada manfaatnya bagi kreditur
e. Bisa terdiri dari satu perbuatan atau serentetan perbuatan.
Jika salah satu atau semua sifat ini tidak dipenuhi pada prestasi itu, maka perikatan itu dapat menjadi tidak berarti, dan perikatan itu menjadi batal atau
dapat dibatalkan.
2. Wanprestasi
Yang dimaksud dengan wanprestasi adalah apabila seorang debitur tidak melakukan prestasi sama sekali atau melakukan prestasi yang keliru atau
terlambat melakukan prestasi, maka dalam hal-hal yang demikian inilah yang disebut seorang debitur melakukan wanprestasi. Dari batasan ini dapat kita
ketahui bentuk-bentuk dari wanprestasi itu, yakni: a.
Tidak melakukan prestasi sama sekali b.
Melakukan prestasi yang keliru c.
Terlambat melakukan prestasi. Wanprestasi atau cidera janji itu ada kalau seorang debitur itu tidak dapat
membuktikan bahwa tidak dapatnya ia melakukan prestasi adalah diluar kesalahannya atau dengan kata lain debitur tidak dapat membuktikan adanya
overmacht, jadi dalam hal ini debitur jelas bersalah. Sejak kapankah debitur itu telah wanprestasi? Di dalam praktek dianggap bahwa wanprestasi itu tidak secara
Universitas Sumatera Utara
otomatis, kecuali kalau memang sudah disepakati oleh para pihak, bahwa wanprestasi itu ada sejak tanggal yang disebutkan dalam perjanjian dilewatkan
sehingga oleh karena itu untuk memastikan sejak kapan adanya wanprestasi, diadakan upaya hukum yang dinamakan “in gebreke stelling”, yakni penentuan
mulai terjadinya wanprestasi. Istilah lain sering disebut Somasi.
58
Jadi, seorang debitur baru dikatakan wanprestasi apabila ia telah diberikan somasi oleh kreditur atau juru sita. Somasi itu minimal telah dilakukan sebanyak
tiga kali oleh kreditur atau juru sita. Apabila somasi itu tidak diindahkannya, maka kreditur berhak membawa persoalan itu ke pengadilan. Dan pengadilanlah
yanag akan memutuskan, apakah debitur wanprestasi atau tidak.
59
1. Perbuatan yang dilakukan debitur itu dapat disesalkan
Sedangkan menurut Sri Soedewi Masychoen Sofwan, bahwa debitur dinyatakan melakukan
wanprestasi, harus dipenuhi tiga unsur, yaitu:
2. Akibatnya dapat diduga lebih dahulu baik dalam arti yang objektif, yaitu
orang yang normal dapat menduga bahwa keadaan itu akan timbul, maupun dalam arti yang subjektif, yaitu sebagai orang yang ahli dapat
menduga keadaan demikian akan timbul. 3.
Dapat diminta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, artinya bukan orang gila atau lemah ingatan.
60
Akibat yang timbul dari wanprestasi adalah keharusan atau kemestian bagi debitur membayar ganti rugi schadevergoeding atau dengan adanya wanprestasi
58
A. Qirom, Op.Cit, hal. 27.
59
Salim H.S, Hukum Kontrak: Teori Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta, Sinar Grafika, 2010. hal. 99.
60
A. Qirom,Op.Cit, hal. 26 dan 29.
Universitas Sumatera Utara
olehs alah satu pihak, pihak yang lainnya dapat menuntut pembatalan perjanjian seperti yang dapat kita lihat dalam Keputusan Mahkamah Agung tanggal 21 Mei
1972 No. 70HKSip1972: apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi karena tidak melaksanakan pembayaran barnag yang dibeli, pihak yang dirugikan dapat
mnuntut pembatalan jual-beli. Sebab dengan tindakan salah satu pihak dalam melaksanakan kewajiban tidak tepat waktu atau tidak layak, jelas merupakan
pelanggaran hak pihak lainnya. Setiap pelanggaran hak orang lain, berarti merupakan perbuatan melawan hukum atau onrechtmatige daad seperti yang
dirumuskan dalam pasal 1365 KUH Perdata. Ada empat akibat adanya wanprestasi, yaitu:
61
1. Perikatan tetap ada
Kreditur masih dapat menuntut kepada debitur pelaksanaan prestasi, apabila ia terlambat memenuhi prestasi. Disamping itu, kreditur berhak
menuntut ganti rugi akibat keterkambatan melaksanakan prestasinya. Hal ini disebabkan kreditur akan mendapat keuntungan apabila kreditur
melaksanakan prestasi tepat pada waktunya. 2.
Debitur harus membayar ganti rugi kepada debitur Pasal 1243 KUH Perdata
3. Beban resiko beralih untuk kerugian debitur, jika halangan itu timbul
setelah debitur wanprestasi, kecuali ada kesengajaan atau kesalahan besar dari pihak kreditur. Oleh karena itu, debitur tidak dibenarkan untuk
berpegang pada keadaan memaksa.
61
Salim H.S, Loc.Cit.
Universitas Sumatera Utara
4. Jika perikatan lahir dari perjanjian timbal balik, kreditur dapat
membebaskan diri dari kewajibannya memberikan kontra prestasi dengan menggunakan Pasal 1266 KUH Perdata.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KETENTUAN PERJANJIAN PENGADAAN JASA KONSULTANSI
A. Pengertian Perjanjian Pengadaan Jasa Konsultansi