Kecakapan bertindak Syarat-syarat sahnya perjanjian

pengetahuan yang dianut. Diperlukan waktu yang lama jika harus menunggu sampai mengetahui secara langsung adanya jawaban dari pihak lawan Teori penerimaan. 24 Logemann menyebut badan hukum sebagai suatu personifikasi atau perwujudan bestendigheid hak dan kewajiban. Sedangkan R. Subekti mengatakan badan hukum pada pokoknya adalah suatu badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti seorang manusia, serta memiliki kekayaan sendiri, dapat digugat atau menggugat di depan hakim. Disamping itu, Wirjono Prodjodikoro juga mengemukakan pengertian suatu badan hukum yaitu badan, disamping manusia perseorangan yang dianggap dapat

2. Kecakapan bertindak

Kecakapan bertindak adalah kecakapan atau kemampuan untuk melakukan hubungan hukum. Yang dapat melakukan suatu hubungan hukum adalah pendukung hak dan kewajiban, baik orang natuurlijk persoon atau badan hukum rechtspersoon, yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Jika yang membuat perjanjian adalah suatu badan hukum, badan hukum tersebut harus memenuhi syarat sebagai badan hukum yang sah. Dengan terpenuhinya syarat tersebut, barulah badan hukum itu dapat disebut sebagai pendukung hak dan kewajiban atau sebagai subjek hukum yang dapat melakukan hubungan hukum. 24 Ibid. Universitas Sumatera Utara bertindak dalam hukum dan yang mempunyai hak-hak, juga kewajiban-kewajiban dan hubungan hukum terhadap orang lain atau badan lain. 25 Perseroan Terbatas PT merupakan suatu bentuk organisasi yang diakui hukum yang dijadikan sebagai subjek hukum. Sebagai subjek hukum, PT merupakan pendukung hak dan kewajiban. Agar suatu PT dapat menjalankan fungsinya sebagai rechtspersoon, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu 26 1. Para pendiri harus mendirikan PT berdasarkan akta notaris, akta yang mencakup pula amggaran dasar dan keterangan lain berkaitan dengan pendirian perseroan. : 2. Para pendiri bersama-sama mengajukan permohonan pengesahan kepada Menteri Hukum dan HAM melalui jasa Teknologi Informasi Sistem Administrasi Badan Hukum secara elektronik. 3. Setelah melakukan pengesahan, menteri akan melakukan pendaftaran PT 4. Pengumuman di Tambahan Berita Negara RI oleh menteri. 27 Jika para pihak yang membuat perjanjian adalah orang, orang yang dianggap sebagai subjek hukum yang dapat melakukan hubungan hukum dengan pihak lain, adalah orang-orang tidak termasuk di dalam ketentuan Pasal 1330 KUH Perdata, yaitu 28 : 25 Mulhadi, Hukum Perusahaan: Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia, Bogor, Ghalia Indonesia, 2010, hal. 73-74. 26 Hukumonline.com. Tanya Jawab Hukum Perusahaan, Jakarta, Visimedia, 2009, hal. 6. 27 Lihat UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 28 Mohd. Syaufii Syamsuddin, Op.Cit, hal. 13. Universitas Sumatera Utara a. Orang yang belum dewasa Kriteria mengenai orang yang belum dewasa menurut KUH Perdata adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun dan sebelumnya belum kawin. Namun masih terdapat perdebatan mengenai standar usia dewasa. Menurut J. Satrio dengan menerapkan asas lex posteriori derogat lex priori, maka seharusnya nalar penetapan usia dewasa yang mendasarkan Pasal 330 jo. Pasal 1330 KUH Perdata menjadi absurd dan melanggar asas hukum tersebut. Artinya, sejak diundangkan dan berlakunya secara efektif Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan maka ketentuan-ketentuan mengenai kedewasaan dalam pasal 330 jo. Pasal 1330 KUH Perdata tidak lagi dijadikan sumber hukum. Jadi, usia dewasa yang berlaku secara umum terkait dengan kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum adalah 18 tahun. Hal ini juga dipertegas oleh Mahkamah Agung RI Putusan MA No. 477KSip1976, tanggal 13 Oktober 1976. Usia 18 tahun sebagai standar usia dewasa menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, dalam perkembangannya kemudian diadopsi secara sinkron dan konsisten oleh aturan positif lainnya, yaitu Pasal 5 jo. Pasal 61 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, Pasal 39 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Peraturan Jabatan Notaris, dan Pasal 5 jo. Pasal 6, Pasal 9, Pasal 21, Pasal 22, dan Pasal 41 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. 29 29 Muhammad Syaifuddin, Op.Cit, hal. 126. Universitas Sumatera Utara b. Mereka yang berada di bawah pengampuan Orang-orang yang diletakkan dibawah pengampuan adalah setiap orang dewasa yang selalu berada dalam keadaan kurang akal, sakit ingatan atau boros. Pembentuk undang-undang memandang bahwa yang bersangkutan tidak mampu menyadari tanggung jawabnya dan karena itu tidak cakap bertindak untuk mengadakan perjanjian. Apabila seorang yang berada dibawah pengampuan mengadakan perjanjian, yang mewakilinya adalah orang tuanya atau pengampunya. 30 c. Orang perempuan yang bersuami. Orang yang tidak sehat pikirannya tidak mampu menginsyafi tanggung jawab yang dipikul oleh seorang yang mengadakan suatu perjanjian. Orang yang ditaruh dibawah pengampuan menurut hukum tidak dapat berbuat bebas dengan harta kekayaannya. Ia berada dibawah pengawasan pengampu. Kedudukannya sama dengan seorang anak yang belum dewasa, kalau seorang anak yang belum dewasa harus diwakili oleh orang tua atau walinya, seorang dewasa yang ditaruh dibawah pengampuan harus diwakili oleh pengampu atau kuratornya. Pada awalnya, seorang perempuan yang bersuami, untuk mengadakan suatu perjanjian memerlukan bantuan atau izin tertulis dari suaminya. Tidak cakapnya seorang perempuan yang bersuami berdasarkan KUH Perdata itu, di Negara Belanda sendiri sudah dicabut karena dianggap tidak sesuai lagi dengan kemajuan zaman. Ketentuan tersebut di Indonesia sudah dihapuskan. Mahkamah Agung menganggap Pasal 108 sd 110 KUH Perdata tentang wewenang seorang 30 Lihat Pasal 433 KUH Perdata. Universitas Sumatera Utara istri untuk melakukan perbuatan hukum dan untuk menghadap di depan pengadilan tanpa bantuan atau izin dari suaminya, sudah tidak berlaku lagi. Setelah dikeluarkannya Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 1963, maka sejak saat itu seorang perempuan yang masih mempunyai suami telah dapat bertindak bebas dalam melakukan perbuatan hukum serta sudah diperbolehkan menghadap di muka pengadilan tanpa seijin suami dan kemudian setelah dikeluarkannya Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 tahun 1963 sejak saat itu beberapa pasal dalam KUH Perdata sudah dinyatakan tidak berlaku lagi, antara lain pasal 108, 110, 284 ayat 3 dan pasal 1238 KUH Perdata. 31 d. Orang yang dilarang Undang-undang Dalam kasus orang yang dilarang oleh undang-undang, dapat diambil contoh dari ketentuan Pasal 1601i KUH Perdata. Dalam ketentuan itu diatur bahwa perjanjian kerja antara suami istri adalah batal, dengan demikian undang-undang melarang suami dan istri untuk membuat perjanjian kerja.

3. Suatu Hal tertentu