BAB III KETENTUAN PERJANJIAN PENGADAAN JASA KONSULTANSI
A. Pengertian Perjanjian Pengadaan Jasa Konsultansi
Istilah kontrak perjanjian jasa konsultansi berasal dari bahasa Inggris, yaitu consultance service contract. Kita tidak dapat menemukan pengertian
perjanjian kontrak pengadaan jasa konsultansi dalam berbagai peraturan perundang-undangan, tetapi yang ada pengertiannya hanya jasa konsultansi yang
terdapat dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah. Jasa konsultansi adalah:
“jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu di berbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir
brainware” Subjek dalam perjanjian jasa konsultansi terdiri dari dua macam, yaitu
pengguna jasa dan penyedia jasa konsultansi. Pengguna jasa konsultansi dapat berasal dari instansi pemerintahan dan swasta. Pengguna jasa yang berasal dari
instansi pemerintahan seperti Pejabat pemegang kewenangan penggunaan Barang danatau Jasa milik Negara Daerah di masing-masing Kementerian Lembaga
Satuan Kerja Perangkat Daerah Institusi lainnya yang menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN danatau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah APBD. Sedangkan pengguna jasa yang berasal dari swasta dapat berupa orang perseorangan atau badan sebagai pemberi tugas atau pemilik
pekerjaanproyek yang memerlukan layanan jasa konsultansi. Penyedia jasa
Universitas Sumatera Utara
konsultansi adalah orang perseorangan atau badan yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konsultansi.
Yang menjadi objek jasa konsultansi adalah layanan jasa keahlian profesional. Layanan jasa keahlian profesional merupakan pelayanan jasa yang
diberikan oleh konsultan secara profesional. Bentuk prestasi dari jasa konsultansi ini adalah berbuat sesuatu yaitu memberikan layanan jasa profesional yang
berbentuk piranti lunak atau dokumen lainnya yang berasal dari olah pikir brainware.
Pengadaan Jasa Konsultansi dapat berupa jasa konsultansi Konstruksi atau nonkonstruksi. Konsultansi
Konstruksi biasanya berbentuk konsultansi Perencanaan atau Pengawasan untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi,
sedangkan konsultan nonkonstruksi dapat berupa kajian, produk hukum dan sebagainya yang tidak terkait dengan bidang pekerjaan konstruksi.
62
Oleh karena itu perjanjian pengadaan jasa konsultansi dalam penulisan ini termasuk layanan
jasa perencanaan konstruksi yang pengaturannya kemudian dapat disadur dari pekerjaan konstruksi dalam jenis usaha perencanaan konstruksi yang berarti
memberikan layanan jasa perencanaan dalam pekerjaan konstruksi yang meliputi rangkaian kegiatan atau bagian-bagian dari kegiatan mulai dari studi
pengembangan sampai dengan penyusunan dokumen kontrak kerja konstruksi.
63
62
Pengadaan barang jasa
Hal ini diperjelas kemudian dalam Pasal 5 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 4
Tahun 2010 bahwa lingkup layanan jasa perencanaan konstruksi dapat terdiri atas survei; perencanaan umum, studi makro, dan studi mikro; studi kelayakan proyek,
http:pengadaan-barang-jasa.blogspot.com201207pengadaan- jasa-konsultansi.html, diunduh pada tanggal 18 April 2014.
63
Pasal 4 ayat 2 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi
Universitas Sumatera Utara
industri, dan produksi; perencanaan teknik, operasi, dan pemeliharaan; dan, penelitian, sehingga berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa antara
pengertian jasa konsultansi dengan layanan jasa perencanaan konstruksi memiliki persamaan sasaran atau tujuan yaitu menghasilkan suatu keluaran output yang
berbentuk piranti lunak atau brainware. Istilah “jasa konsultansi” muncul pertama kali dalam Keputusan Presiden
Nomor 18 Tahun 2000. Rumusan jasa konsultansi dalam Keppres ini kemudian dipertahankan dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tetapi dengan
sedikit perbedaan yakni terletak pada penambahan ruang lingkup bidang pekerjaannya. Tidak seperti rumusan dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun
2003 yang menetapkan ruang lingkup jasa konsultansi meliputi: jasa perencanaan konstruksi, jasa pengawasan konstruksi, dan jasa pelayanan profesi lainnya,
Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2000 tidak menentukan ruang lingkup. Namun rumusan dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tersebut
diubah dengan rumusan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tersebut diatas, dimana tidak ada lagi ruang lingkup bidang pekerjaan.
Namun di dalam penjelasan Pasal 4 huruf c Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 terdapat ruang lingkup pengadaan jasa konsultansi yang meliputi,
namun tidak terbatas pada: a.
Jasa rekayasa engineering; b.
Jasa perencanaan planning, perancangan design, dan pengawasan supervision untuk pekerjaan konstruksi;
Universitas Sumatera Utara
c. Jasa perencanaan planning, perancangan design, dan
pengawasan supervision untuk pekerjaan selain pekerjaan konstruksi, seperti transportasi, pendidikan, kesehatan, kehutanan,
perikanan, kelautan, lingkungan hidup, kedirgantaraan, pengembangan usaha, perdagangan, pengembangan SDM,
pariwisata, pos dan telekomunikasi, pertanian, perindustrian, pertambangan, dan energi;
d. Jasa keahlian profesi, seperti jasa penasehatan, jasa penilaian, jasa
pendampingan, bantuan teknis, konsultan manajemen, dan konsultan hukum.
B. Dasar Hukum Perjanjian Pengadaan Jasa Konsultansi