Faktor Penghambat dalam pelaksanaan perjanjian

Engineering yang menandatangani surat perjanjian tersebut Pasal 1340 KUHPerdata;

D. Faktor penghambat dalam pelaksanaan Perjanjian Jasa Konsultansi dan upaya penyelesaiannya.

1. Faktor Penghambat dalam pelaksanaan perjanjian

Dalam pelaksanaan perjanjian, biasanya terdapat berbagai macam hambatan. Hambatan ini bisa saja terjadi karena faktor internal maupun eksternal sehingga menyebabkan ketidaksesuaian waktu dengan yang apa yang telah disusun. Efek domino dari permasalahan yang terjadi tersebut adalah biaya pelaksanaan pekerjaan yang mungkin akan meningkat dengan adanya keadaan tertentu yang sebelumnya tidak diperkirakan atau salah perkiraan . Dalam pelaksanaan pekerjaan Survey dan Penyelidikan tanah tersebut terdapat dua kendala yang menghambat pelaksanaan pekerjaan tersebut. Dua kendala tersebut adalah keadaan sosial masyarakat di lapangan dan proses koreksi laporan yang berlangsung lama oleh pihak pengguna jasa. Faktor penghambat yang berasal dari keadaan sosial masyarakat terjadi karena pada saat pelaksanaan pekerjaan tersebut sedang terjadi konflik yang melanda wilayah Aceh yang melibatkan pihak GAM Gerakan Aceh Merdeka. Dengan adanya keadaan yang seperti itu, maka pembangunan tower jaringan yang berada di kabupatenkotamadya Sigli – Lhoksumawe Takengon – Blang Kjeren, Provinsi DI. Aceh tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan sehingga pembangunan tower jaringan tegangan tinggi ini menjadi terlambat. Selanjutnya, faktor penghambat kedua adalah karena lamanya Universitas Sumatera Utara proses koreksi laporan yang dilakukan oleh pengguna jasa untuk pekerjaan survey dilapangan sehingga pekerjaan sondir tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan dalam dokumen perjanjian. Faktor-faktor penghambat yang terjadi dilapangan tersebut menyebabkan jadwal pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan waktunya sehingga dalam hal ini PT. Pemetar Argeo Consultant Engineering tidak dapat menyelesaikan pekerjaan selama 120 seratus dua puluh hari kalender. Secara teoritisnya, PT. Pemetar Argeo Consultant engineering dapat saja dikatakan telah melakukan pelanggaran atau wanprestasi karena tidak dapat menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu atau sudah dianggap lalai atau berada dalam keadaan lalai yang disebut juga in mora atau verzuim dan otomatis akan memunculkan kerugian akibat ketidaktepatan waktu dalam menyelesaikan kewajibannya sehingga memunculkan adanya tanggung jawab untuk mengganti kerugian tersebut. Disamping itu, berdasarkan surat perjanjian yang telah disepakati bersama bahwa apabila penyelesaian pekerjaan melampaui batas waktu pelaksanaan pekerjaan, maka Pihak Kedua dalam hal ini penyedia jasa akan dikenakan denda keterlambatan sebesar 1 00 satu perseribu dari total nilai surat perjanjian untuk setiap hari keterlambatan, denda maksimum sebesar 5 lima persen dari total nilai surat perjanjian kecuali dalam hal force majeure dan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan diperpanjang. Namun dalam hal ini, pelanggaran tersebut hilang atau terhapus karena kesalahan yang mengakibatkan wanprestasi itu bukan berasal dari PT. Pemetar Universitas Sumatera Utara Argeo Consultant Engineering tetapi berasal dari luar PT. Pemetar Argeo Consultant Engineering yaitu keadaan sosial masyarakat di lapangan dan lamanya proses koreksi laporan yang dilakukan oleh pengguna jasa sehingga pelaksanaan pekerjaan tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, PT. Pemetar Argeo Consultant Engineering tidak melakukan wanprestasi dan denda keterlambatan sebagaimana yang disebutkan diatas tidak dapat dikenakan kepada PT. Pemetar Argeo Consultant.

2. Upaya Penyelesaian