Struktur Organisasi Visi dan Misi PT. Pertamina Refinery Unit II Dumai

87 terhadap bahaya pekerjaan, untuk pengawasan terhadap sistem diadakannya internal audit setiap enam bulan”. Mitra kerja PT. Pertamina Refinery Unit II Bagus, selalu mengontrol sebelum memulai pekerjaan ada rapat atau safety talk sekitar 10 menit, apabila pekerjaan menggunakan api akan selalu diawasi sampai pekerjaan selesai. Berdasarkan jawaban kedua informan, pengawasan yang dilakukan oleh safety section HSE PT. Pertamina RU II sudah baik pengawasan dilakukan tidak hanya pada sistem saja tetapi pada tingkat pekerjaan juga.

IV.1.4 Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh signifikan dalam implementasi. Salah satu dari aspek struktur paling mendasar dari organisasi adalah prosedur operasi standar atau SOP, yang merupakan pedoman bagi implementator dalam bertindak. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 yang penerapannya melibatkan perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja lebih dari seratus orang. Pertanyaan pertama yang diajukan penulis yaitu mengenai tahapan pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Berikut kutipan wawancara dengan safety section PT. pertamina RU II, System Regulation PSM PT. Pertamina Refinery Unit II 88 ”Terdiri dari lima tahap yang pertama yaitu penetapan kebijakan yang berdasarkan kebijakan Sistem Manajemen Terpadu yang ditandangani oleh General Manager sebagai pimpinan tertinggi perusahaan, perencanaan melalui mitigasi resiko melalui HIRADC, perencanaan berdasarkan peraturan dan peraturan perundang-undangan, pelaksanaan yang meliputi penyediaan sumber daya sarana dan prasarana serta sistem, pemantauan dan evaluasi kinerja melalui internal dan eksternal audit, peninjauan ulang dan peningkatan kinerja melalui HSSE commite meeting”. Berdasarkan tahap-tahap yang disampaikan oleh System Regulation PSM PT. Pertamina RU II maka tahapan pelaksanaan yang dilakukan berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 yaitu penetapan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kinerja serta peninjauan ulang peningkatan kinerja dalam perapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk mempertegas pertanyaan megenai tahapan pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja penulis melalui pertanyaan terakhir bertanya mengenai pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada PT. Pertamina RU II apakah sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012, berdasarkan pertanyaan tersebut diperoleh jawaban sebagai berikut, System Regulation PSMPT. Pertamina Refinery Unit II “Pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada PT. Pertamina RU II sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 89 Tahun 2012, berdasarkan hasil audit eksternal pada bulan Januari 2015 yang dilakukan oleh Sucofindo, PT. Pertamina RU II memperoleh hasil 90 dari 166 elemen yang menjadi penilaian dalam pelaksanaan sistem manajemen keselamatan kerja, 90 berada dalam kategori sangat baik”. Berdasarkan jawaban yang disampaikan informan mengenai kesesuaian PT. Pertamina RU II dalam menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 bahwa mereka pernah melakukan audit eksternal yang berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 dan memperoleh hasil dalam kategori memuaskan.. 90 BAB V ANALISIS DATA Dalam bab ini penulis menyajikan analisis data, yaitu penyusunan secara sistematis data yang diperoleh melalui hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengelompokkan data berdasarkan kategori menjabarkannya kedalam unit-unit dan menyusunnya kedalam pola sehingga dapat dipahami oleh penulis maupun orang lain, sehingga akhirnya menghasilkan suatu kesimpulan akan fenomena yang sedang diamati. Pada penelitian ini penulis mengamati implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada suatu Badan Usaha Milik Negara yaitu PT. Pertamina Refinery Unit II Dumai dengan menggunakan empat variabel implementasi kebijakan yaitu komunikasi, sumberdaya, disposisi dan struktur organisasi, keempat variabel ini sangat berpengaruh pada implementasi kebijakan publik. 5.1. Analisis Masing-masing Variabel dalam Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dalam menganalisis variabel-variabel dalam penelitian inipenulis menggunakan pemikiran George C. Edwards III yang mengatakan bahwa implementasi kebijakan adalah tahap yang paling menentukan dari keseluruhan 91 proses kebijakan. Keberhasilan implementasi dapat dilihat dari isi kebijakan tersebut dan konsekuensi atau dampak apa yang diberikan kepada masyarakat yang dipengaruhi oleh faktor-faktor didalamnya yaitu komunikasi, sumberdaya, disposisi dan struktur organisasi. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi didalam pelaksanaannya, karena menurut Edward tidak ada faktor tunggal dalam implementasi kebijakan. Satu kondisi akan dipengaruhi oleh kondisi lain yang disebabkan oleh faktor-faktor yang saling berinteraksi. Jika suatu kebijakan tidak dapat atau tidak bisa mengurangi masalah yang merupakan sasaran kebijakan, maka kebijakan itu mungkin akan mengalami kegagalan sekalipun kebijakan tersebut diimplementasikan dengan sangat baik. Sementara itu suatu kebijakan yang cemerlang mungkin juga akan mengalami kegagalan jika kurang diimplementasikan dengan baik oleh para pelaksana kebijakan. Berikut hasil analisis faktor atau variabel yang mempengaruhi implementasi sistem keselamatan dan kesehatan kerja pada PT. Pertamina Refinery Unit II Dumai.

5.1.1. Komunikasi