78
merupakan bagian System Regulation PSM pada Health Safety Environment PT. Pertamina Refinery Unit II, dan informan utama dalam penelitian ini
berjumlah dua orang yaitu pekerja dan mitra kerja. Tipe wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
terstruktur, sebelum memulai wawancara penulis terlebih dahulu membuat daftar pertanyaan yang akan diajukan berdasarkan teori George Edward III yaitu
komunikasi, sumberdaya, disposisi dan struktur organisasi.
4.2.1 Komunikasi
Proses penyampaian informasi dari pembuat kebijakan kepada pelaksana kebijakan. Keputusan kebijakan dan peraturan implementasi harus ditransmisikan
kepada personalia yang tepat. Komunikasi yang efektif diperlukan untuk menghindari kurangnya kejelasan dalam perintah-perintah implementasi dan
tumpang tindih makna. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi antara PT. Pertamina Refinery
Unit II Dumai selaku perusahaan yang menerapkan kebijakan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan para pekerja dan mitra kerja selaku
kelompok sasaran. Komunikasi dapat dilakukan melalui sosialisasi ataupun interaksi, penulis tertarik untuk menanyakan bagaimana sosialisasi yang
dilakukan oleh implementor. Berikut kutipan jawaban wawancara dengan salah satu informan,
79
System Regulation PSM PT. Pertamina Refinery Unit II
“Sosialisasi terdiri dari beberapa tahapan, untuk pekerja baru, tamu, pekerja lapangan kontrak diberikan safety induction atau informasi
peraturan sebelum masuk kilang. Untuk pekerja lama diberikan training HSE, sosialisasi via intranet, CFM Cross Function Meeting yaitu rapat
dengan seluruh bagian termasuk HSE. Sosialisasi melalui safety sign yang berupa rambu-rambu.”
Seperti jawaban yang dikemukakan oleh System Regulation PSM PT. Pertamina RU II, pekerja pun menyatakan pernyataan yang senada bahwa
komunikasi yang dilakukan melalui sosialisasi yang dilakukan oleh HSE kepada pekerja sangat baik dan mudah dipahami, komunikasi dilakukan setiap hari
sebelum melakukan pekerjaan. Pernyataan dari System Regulation PSM dan pekerja juga didukung oleh jawaban dari mitra kerja yang menyatakan bahwa
sosialisasi yang disampaikan oleh HSE sudah baik, penyampaian materi informasi sangat baik, mendasar dan mudah dipahami sehingga tidak menimbulkan kesalah
pahaman. Setelah mengetahui mengenai komunikasi yang dilakukan, peneliti ingin
mengetahui siapa saja yang terlibat dalam sosialisasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Berikut ini jawaban dari para informan,
System Regulation PSMPT. Pertamina Refinery Unit II
“Sosialisasi dilakukan oleh bagian HSE, tidak menutup kemungkinan seluruh pekerja, karena intinya adalah saling mengingatkan”
Pekerja PT. Pertamina Refinery Unit II
80
“Sosialisasi dilakukan secara universal, karena setiap akan bekerja dilakukan tool box meeting yang membicarakan tentang rencana kerja
dan potensi bahaya kerja”.
Mitra kerja PT. Pertamina Refinery Unit II
“Sosialisasi dilakukan oleh Health Safety Environment, sebelum melakukan pekerjaan. Tapi dari tiap mitra kerja ada yang bertugas
sebagai safety man”. Berdasarkan pemaparan jawaban oleh ketiga informan tersebut yang
terlibat dalam sosialisasi adalah semua pihak yang ada di area kilang PT. Pertamina RU II, dan HSE yang memiliki peran utama dalam sosialisasi
keselamatan dan kesehatan kerja. Setelah mengetahui siapa saja yang terlibat dalam sosialisasi, selanjutnya peneliti ingin mengetahui bentuk-bentuk sosialisasi
yang dilakukan pada PT. Pertamina RU II. Berikut kutipan wawancara dengan kedua informan utama
Pekerja PT. Pertamina Refinery Unit II
“Sosialisasi dilakukan dalam bentuk himbauan, Safety poster, Safety sign, booklet, pesan via intranet, safetyman”.
Mitra kerja PT. Pertamina Refinery Unit II
Melalui sharing setiap pagi sebelum pekerjaan dimulai, mudah dimengerti dengan apa yang harus dikerjakan, rambu-rambu, pelatihan safety man.
Berdasarkan jawaban yang disampaikan oleh kedua informan utama, hal senada juga tegaskan oleh jawaban dari System Regulation PSM yang menyatakan
bahwa bentuk-bentuk sosialisasi untuk para pekerja secara tidak langsung
81
dilakukan via intranet, untuk para mitra kerja dilapangan dilakukan melalui program safetyman yaitu pemberian materi dan arahan mengenai keselamatan dan
kesehatan kerja yang dilakukan sebelum mereka memasuki area kilang, untuk sosilisasi rutinnya dilakukan Tool Box Meeting untuk mengetahui pekerjaan apa
yang dilakukan dan resiko apa yang mungkin ditimbulkan, selain itu pada area kilang terdapat banyak safety sign atau papan himbauan yang dapat
menginformasikan para pekerja dan mitra kerja mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama berada di area kilang minyak.
Untuk melengkapi komunikasi pada pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, penulis mengharapkan respon dari
implementor maupun kelompok sasaran mengenai kebijakan yang dilakasanakan. Berikut kutipan wawancara:
System Regulation PSMPT. Pertamina Refinery Unit II
“Kebijakan mengenai Sistem Implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja sudah cukup baik, merupakan regulasi mengenai Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dibuat oleh pemerintah tentu sangat diapresiasi dengan baik”.
PekerjaPT. Pertamina Refinery Unit II
“Bagus, Sistem Implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan penyempurnaan dari sistem yang lama”.
Mitra kerjaPT. Pertamina Refinery Unit II
“Menurut saya bagus, mitra kerja merasa lebih terbantu dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja”.
82
Berdasarkan jawaban-jawaban yang disampaikan informan dalam wawancara, dapat diketahui bahwa indikator komunikasi dalam implementasi
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sudah baik, implementor megetahui dan memahami kebijakan yang dijalankannya dan para kelompok
sasaran juga mengetahui mengenai kebijakan yang sedang dijalankan oleh PT. Pertamina RU II, sehingga mengindikasi bahwa komunikasi dalam Implementasi
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat dinilai baik.
4.2.2 Sumber Daya