Bentuk Badan Usaha Milik Negara

30

1.6.6.2. Bentuk Badan Usaha Milik Negara

Di Indonesia ada dua bentuk Badan Usaha Milik Negara, dua bentuk Badan Usaha Milik Negara tersebut ditentukan dengan wadah hukum yang berbeda-beda agar pengaturan selanjutnya baik mengenai susunan organnisasi, personalia, hubungan pertanggungjawaban dan yang lainnya dapat dilakukan lebih sempurna, berikut ketiga bentuk BUMN tersebut : 1. Perusahaan Umum Perum Perum dipimpin oleh direksi yang bertanggung jawab kepada mentri yang bersangkutan, perum bertugas melayani kepentingan umum dan sekaligus untuk memupuk keuntungan dan bergerak di bidang yang oleh pemerintah dianggap vital. Perum pada umumnya menjalankan tugas pemerintahan. Perum dibebani tugas tertentu oleh pemerintah di departemen yang bersangkutan, maka tidak ada lagi unit organisasi yang menjalankan tugas pemerintahan yang telah diserahkan kepada perum tersebut. 2. Perusahaan Perseroan Persero Persero dipimpin oleh direksi dibawah pengawasan dewan komisaris yang masing-masing bertanggung jawab pada rapat umum pemegang saham. Persero melakukan kegiatan perusahaan yang bisa dilakukan oleh swasta dan bukan semata-mata menjadi tugas pemerintah. 31

1.7. Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang dipergunakan untuk menjabarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu tertentu yang menjadi pusat perhatian Singarimbun. 1995:33. Dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan masing-masing konsep yang digunakan. Hal ini sangat diperlukan agar tidak menimbulkan kekacauan atau kesalahpahaman yang dapat mengaburkan tujuan penelitian. Konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. 2. Badan Usaha Milik Negara atau BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. 3. Implementasi merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan, dapat diartikan bahwa implementasi sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah pelaksanaan dari kebijakan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 pada suatu Badan Usaha Milik Negara BUMN. 32

1.8. Sistematika Penulisan BAB I

PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, dan sistematika penulisan. BAB II METODE PENELITIAN Bab ini terdiri dari bentuk penelitian , lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data. BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan gambaran umum mengenai lokasi penelitian yang meliputi sejarah singkat, visi dan misi, serta struktur organisasi BAB IV PENYAJIAN DATA Bab ini membahas tentang hasil data-data yang diperoleh di lapangan atau berupa dokumen-dokumen yang akan dianalisis. BAB V ANALISIS DATA Bab ini memuat analisa data yang diperoleh dari hasil penelitian dan memberikan interpretasi atas permasalahan yang diajukan. 33 BAB VI PENUTUP Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan saran-saran yang dianggap perlu sebagai rekomendasi kebijakan 34 BAB II METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Zuriah 2006:4 penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak untuk mencari atau menerangkan saling berhubungan satu variabel dengan variabel lain dengan menguji hipotesis.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada PT. Pertamina Persero Refinery Unit II Dumai yang beralamat di Jalan Puteri Tujuh Kecamatan Dumai Timur Kota Dumai, Provinsi Riau.

2.3 Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objeksubjek yang mempunyai karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 35 Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi tersebut Sugiyono, 2008:297. Hendarso dalam Usman 2009:50 menjelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian yang dilakukan sihingga subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Informan kunci key informan, yaitu mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Berdasarkan uraian diatas maka penelitian menentukan informan dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu penentuan informan tidak didasarkan atas strata, kedudukan,pedoman atau wilayah tetapi didasarkan adanya tujuan tertentu yang berhubungan dengan permasalahan penelitian yang terdiri atas : 1. Informan Kunci, yaitu : System Regulation PSMHealth Safety and Environment HSE. 2. Informan Utama, yaitu : Pekerja dan Mitra Kerja PT. Pertamina R.U. II Dumai yang bekerja di area kilang.

2.4 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri atau yang disebut Human Instrument. Peneliti akan berfungsi sebagai instrumen dan setelah peneliti dapat melihat fokus penelitian secara jelas maka peneliti harus mengembangkan fokus penelitian tersebut secara sederhana dengan melengkapi data yang 36 dibutuhkan dalam penelitian. Menurut Arikunto 2000:134 instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kehiatan tersebut menjadi sistemtis dan dipermudah olehnya. Sehingga penulis juga menggunakan beberapa alat bantu seperti pedoman wawancara, alat dokumentasi dan catatan penelitian.

2.5. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder : 1. Data Primer Teknik pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik ini dilakukan melalui : a. Wawancara, yaitu dengan cara wawancara mendalam untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam dari informan. Metode ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian. b. Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung terhadap objek penelitian kemudian mencatat gejala-gejala yang ditemukan di lapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan untuk yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. 37 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh baik yang belum diolah maupun telah diolah, baik dalam bentuk angka maupun uraian. Dalam penelitian ini data-data sekunder yang diperlukan antara lain literatur yang relevan dengan judul penelitian seperti buku-buku, artikel, makalah, peraturan- peraturan, struktur organisasi, jadwal, waktu, penunjuk teknis, dan lain- lain yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

2.6 Teknik Analisa Data

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian dikumpulkam untuk diolah secara sistematis. Menurut Moleong 2006:274, teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah dan menyusunnya dalam satuan-satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan dan serta menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian. Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa data kualitatif yaitu analisa terhadap data yang diperoleh dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang telah terkumpul, menyusunnya dalam suatu satuan kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya serta memeriksa keabsahan 38 dan menafsirkannya dengan analisis berdasarkan kemampuan nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian. Melalui teknik analisis data, penulis menguji kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta data dan informasi yang diperoleh. Dan selanjutnya akan dianalisis sehingga peneliti dapat memperoleh informasi dan kebenaran dari setiap permasalahan yang ada dalam penelitian. Menurut Burhan Bungin 2012 terdapat beberapa aktifitas dalam analisis data yaitu: 1. Reduksi data Reduksi dapat diartikan sebagagi proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus-menerus sejalan pelaksanaan penelitian berlangsung. tentu saja proses reduksi data ini tidak harus menunggu data terkumpul semuanya terlebih dahulu baru melaksnakan analisis namun dapat dilakukan sejak data masih sedikit sehingga meringankan kerja peneliti dan memudahkan peneliti dalam melakukan kategorisasi data yang telah ada. 2. Penyajian data Penyajian data bermakna sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penerikan kesimpulan dan penarikan tindakan. Kegiatan reduksi data dan proses penyajian data adalah aktivitas- 39 aktivitas yang terkait dengan proses analisis data model interaktif. Dengan demikian kedua proses ini berlangsung selama proses penelitian berrlangsung dan belum berakhir sebelum laporan hasil akhir penelitian disusun. Penyajian data dilakukan untuk mempermudah peneliti memahami data yang diperoleh selama penelitian dibuat dalam bentuk uraian atau teks yang bersifat naratif, bagan atau bentuk tabel. 3. Penarikan kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Kesimpulan ini sebagai hipotesis, dan bila didukung oleh data maka akan dapat menjadi teori. 40 BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Sejarah Umum PT. Pertamina Refinery Unit II Dumai

Pertamina Refinery Unit II Dumai merupakan salah satu unit operasi pengolahan minyak bumi PT. PERTAMINA Persero. Kilang Pertamina Refinery Unit II Dumai pertama selesai dibangun dan diresmikan oleh presiden Republik Indonesia Bapak Soeharto pada tanggal 8 Desember 1971 diberi nama kilang “Puteri Tujuh”. Kilang ini hanya terdiri dari Crude Destilation Unit CDU yang mengolah minyak mentah jenis Sumatera Light CrudeSLC. dari pengolahan tersebut dihasilkan beberapa jenis produk diantaranya Naptha, Kerosine, Solar, ADOAutomotive Diesel Oil dan Low Sulfur Wax Residue. Pada tahun 1972 dilakukan perluasan Kilang Puteri Tujuh untuk mendapatkan produk lainnya berupa premium dan Mogas Component dengan mendirikan Plant atau Unit proses yaitu Hydrobon Unit, Naptha Return Unit, Platforming Unit dan Mogan Component Blending Plant. LSWR yang diekspor ke Jepang dan Amerika Serikat akhirnya dihentikan, Pertamina mengalami kesulitan pemasaran disebabkan konsumen di Jepang dan Amerika Serikat tidak mengolah LSWR sehingga tanki-tanki timbun yang berada di kilang Pertamina Refinery Unit II Dumai menjadi penuh, mengakibatkan kilang tidak beroperasi. Sejalan dengan pertumbuhan pemakaian dan kebutuhan BBM, 41 maka dirancang pengembangan kilang dengan membangun kilang Hydrocracker yang bertujuan mengolah LSWR. Pada tanggal 2 November 1979, berdasarkan Surat Keputusan Dirjen Migas No. 73KptsDM1979, dibentuk tim studi pengembangan kilang terdiri dari unsur-unsur Dirjen Migas dan Pertamina yangg mengakaji dan melakukan studi untuk kemungkinan dilakukannya perluasan Kilang Putri Tujuh dengan berpedoman kepada Surat Keputusan Mentri Pertambangan dan Energi No. 55KptsPertam1980, tim pengkaji merekomendasikan perluasan kilang Dumai dan Kilang lain-lainnya. Pada tahun 1980 ditanda tangani perjanjian lisensi dan proses untuk kilang antara Pertamina dan Universal Oil Production UOP Amerika Serikat sebagai pemegang hak paten. Selanjutnya tanggal 27 April 1981, kontrak proyek perluasan kilang Dumai ditandatangani antara Pertamina dengan Technicas Reunicas Centunio TRC Spanyol sebagai kontrak pertama proyek dan sebagai sub kontraknya adalah Daelim dan Hyundai serta beberapa perusahaan dalam negeri. Perluasan Kilang Minyak diresmikan oleh presiden pada 16 Februari 1984. 42 Tabel 3.1 Unit-Unit Pengolahan di PT. Pertamina Refinery Unit II Dumai No. Nama Proses Unit 1. High Vacum Unit 110 2. Delayed Cooker Unit 140 3. Cooke Calcining Unit 170 4. Distillate Hydroteater unit 220 5. Naphtha Hydrotreating Unit 200 6. Platforming Unit 300 7. CCR Platforming Unit 310 8. Hydrocracker Unibon 211212 9. Hydrogen Plant Unit 701702 10. Amine LPG Recovery Unit 410 11. Sour Water Stripper Unit 840 12. Fasilitas Penunjang Operasi Kilang Utilities 13. Fasilitas Tanki Penimbun dan Dermaga Baru Sumber: HSC Production RU II Dumai Seiring dengan kebutuhan bahan bakar minyak nasional, yang semakin tinggi, pada tahun 1992 dilakukan beberapa modifikasi peralatan kilang sehingga kapasitas olah kilang Pertamina Refinery Unit II Dumai dinaikkan menjadi 120.000 Barrel per hari. 43 Pada tahun 2007 sampai sekarang dilakukan kerja sama dengan perusahaan Korea Selatan untuk membangun Kilang Lube Base Oil yang tujuannya untuk memanfaatkan produk bottom Hydrocracking Unit dan memperoleh produk bahan baku minyak pelumas sehingga kilang ini lebih menguntungkan. Bahan baku yang diolah oleh PT. Pertamina Refinery Unit II Dumai adalah minyak mentah produksi PT. Chevron Pasifik Indonesia yang dihasilkan dari ladang minyak Duri Duri Crude dan Minas Minas Crude dengan perbandingan 85 Minas Crude dan 15 Duri Crude. Sedangkan Kilang Minyak RU II Sei Pakning yang menjadi satu sistem integrasi dengan kilang yang ada di Dumai, mengolah minyak mentah jenis Handil dan Lirik Crude yang merupakan produksi dari Pertamina Unit Eksplorasi Produksi UEP II Lirik Riau dengan kapasitas desain 50.000 barrel per hari. Dua untuk proses selanjutnya dikirim ke Dumai via Tanker atau Kapal Laut. 44

3.2 Visi dan Misi PT. Pertamina Refinery Unit II Dumai

A. Visi

Menjadi kilang minyak dan petrokimia yang kompetitif di Asia Tenggara

B. Misi

Melakukan usaha dibidang pengolahan minyak bumi dan petrokimia yang dikelola secara profesional dan kompetitif berdasarkan Tata Nilai 6 C Clean, Competitive, Confident, Costumer Focus, Commercial dan Capable untuk memberikan nilai lebih bagi pemegang saham, pelanggan, pekerja, dan lingkungan.

3.3 Logo dan Slogan

A. Logo

Gambar 3.1 Logo Pertamina Sebagai bagian dari upaya menghadapi persaingan bisnis, PT Pertamina mengubah logo dari lambang kuda laut menjadi anak panah 45 dengan tiga warna dasar hijau, biru, merah. Logo tersebut menunjukkan unsur kedinamisan serta mengisyaratkan wawasan lingkungan yang diterapkan dalam aktivitas usaha Perseroan.Elemen logo membentuk huruf “P” yang secara keseluruhan merupakan representasi bentuk panah , dimaksudkan sebagai Pertamina yang bergerak maju dan progresif. Warna- warna yang berani menunjukkan langkah besar yang diambil Pertamina dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan dinamis. Dimana Biru mencerminkan andal, dapat dipercaya, dan bertanggung jawab. Hijau mencerminkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan. Merah mencerminkan keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam meghadapi berbagai macam kesulitan.

B. Slogan

Semangat terbarukan Renewable Spirit

3.4. Lokasi PT. Pertamina Refinery Unit II

PT. Pertamina Refinery Unit II berlokasi di Kota Dumai yang berada pada pantai timur Sumatera yang berjarak 180 KM dari ibukota provinsi Riau. Pada awalnya daerah ini jauh dari lokasi pemukiman penduduk, dimana batasannya adalah: a. Sebelah utara berbatasan dengan selat Rupat b. Sebelah selatan berbatasan dengan perkampungan penduduk 46 c. Sebelah barat berbatasan dengan komplek perkantoran d. Sebelah timur sekitar 8 KM berbatasan dengan perumahan karyawan. Pemilihan Dumai sebagai lokasi kilang minyak antara lain adalah dengan beberapa pertimbangan antaranya adalah: 1. Dumai terletak ditepi pantai selat Rupat menuju perairan bebas selat Malaka, sehingga produk-produk kilang akan lebih mudah untuk didistribusikan melalui transportasi laut, yang dapat dikunjungi kapal- kapal tanker. 2. Riau merupakan ladang minyak dan letaknya dekat dengan PT. Chevron Pasifik Indonesia sebagai penyalur Crude Oil, yang mampu memproduksi 850.000 barrelhari. 3. Kota Dumai merupakan daerah dataran rendah yang cukup stabil dan banyak hutan, yang letaknya cukup jauh dari pusat gempa Sumatera disepanjang pegunungan Bukit Barisan sehingga aman untuk perluasan kilang. 4. Kota Dumai termasuk daerah yang jarang penduduknya sehingga banyak membantu pemerintah dalam pemerataan penduduk. 5. Tanah Kota Dumai kurang subur atau rawa sehingga tidak merugikan. 47

3.5. Tata Nilai PT. Pertamina Refinery Unit II Dumai

Tata nilai yang dijalankan oleh PT. Pertamina Refinery Unit II mengacu pada tata nilai korporat yaitu 6C Clean, Confident, Competitive, Costumer Focused, Comercial, Capable 1. Clean Bersih Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik. 2. Competitive Kompetitif Mampu berkompetensi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja. 3. Confident Percaya Diri Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa. 4. Customer Focus Fokus Pada Pelanggan Berorientasi pada kepentingan pelanggan, dan memberikan komitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan. 5. Commercial Komersial Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip yang sehat. 48 6. Capable Berkemampuan Dikelola oleh pemimpin dan pekerja profesional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan. 3 .6. Sasaran Strategik PT. Pertamina Refinery Unit II Dumai Berdasarkan hasil analisa SWOT dan GE 9 Cells, PT. Pertamina Refinary Unit II menetapkan sasaran strategik utama yaitu: 1. Peningkatan kehandalan kilang 2. Optimasi biaya produksi 3. Peningkatan nilai tambah produk 4. Peningkatan kompetensi pekerja 5. Peningkatan kepuasan pelanggan Tujuan yang paling penting dari sasaran strategik tersebut adalah: 1. Peningkatanrevenue dancost reduction. 2. Peningkatan kepuasan pelanggan 3. Peningkatan citra positif perusahaan Dalam menetapkan sasaran-sasaran strategik. PT. Pertamina Refinery Unit II telah mempertimbangkan tantangan strategik, keunggulan strategik serta peluang inovasi terhadap produk, operasi dan model bisnis. 49

a. Faktor utama : Kekuatan, kelemahan peluang dan ancaman

Deskripsi: 1. Kekuatan • Fasilitas produksi dan distribusi memadai • Bahan baku kontinyu dan sangat dekat • Kapasitas kilang cukup besar • Organisasi dan metode kerja memadai • SDM dengan kompetensi yang cukup dalam pengoperasian kilang • Leadership yang berpengalaman dalam bisnis kilang • Pangsa pasar tetap captive market 2. Kelemahan • Fasilitas produksi dan distribusi memadai • Bahan baku kontinyu dan sangat dekat • Kapasitas kilang cukup besar • Organisasi dan metode kerja memadai • SDM dengan kompetensi yang cukup dalam pengoperasian kilang • Leadership yang berpengalaman dalam bisnis kilang • Pangsa pasar tetap captive market 3. Peluang • Pasar BBM tumbuh 5-6 per tahun • Pemasok tunggal untuk 2-3 tahun mendatang • Undang-undang Migas Baru • Pemasaran Jenis produk baru 50 4. Ancaman • Kompetitor 3-4 tahun mendatang • Sistim perpajakan yang baru PPN • Aturan lindungan lingkungan • Tuntutan kualitas produk

a. Faktor utama: Perkembangan, pasar, preferensi pelanggan, persaingan,

regulasi. Deskripsi: 1. Pengembangan teknologi kilang diarahkan pada efisiensi dan safety serta trend produk ramah lingkungan. 2. Perlu peningkatan nilai tambah produk LSWR dan Green Coke. 3. RU II fokus pada pangsa pasar BBM wilayah Sumatera. 4. Strategi pemasaran produk NBM dan BBK melalui kontrak jangka pendek dan panjang dengan trading company.

c. Faktor Utama: Keberlangsungan perusahaan jangka panjang

1. Potensi resiko sosial pencemaran, keluhan masyarakat dan Pemda diantisipasi dengan menerapkan SML ISO-14001 dan peningkatan ComDev. 2. Potensi resiko berkurangnya pasokan crude dari PT. CPI diantisipasi dengan mencari jenis crude alternatif serta penyediaan fasilitas penerimaan. 51 3. Potensi resiko aspek safety diminimalisasi dengan implementasi MKP dan survey oleh Asuransi. 4. Pemenuhan standard internasional diantisipasi dengan implementasi ISO- 9001, ISO-14001 dan ISO-17025

d. Faktor utama: Kemampuan perusahaan untuk mengeksekusi rencana strategi

Deskripsi: 1. Perlu alokasi sumber daya untuk menjamin terlaksananya rencana strategik 2. Cascading KPI menjadi KPI FungsiBagian dan SMK Individu 3. Prosedur untuk mengantisipasi terjadinya perubahan terhadap strategi atau sasaran yang telah ditetapkan, termasuk realokasi sumber daya Berdasarkan kebijakan strategik Dit Pengolahan yang dijabarkan ebih lanjut menjadi perencanaan strategik RU II General Manager bersama Tim Manajemen menyusun rencana kerja dan target kinerjadisusun dengan mempertimbangkan kinerja sebelumnya, kemampuan finansial, kemampuan dan kehandalan peralatan dan kemampuan SDM. Rencana kerja RU II dijabarkan menjadi rencana kerja tiap fungsidan bagian yang tercermin dalam KPI sampai menjadi SMK bagi tiap pekerja. 52 3.7. Struktur Organisasi 3.7.1 Struktur Organisasi Pusat Pertamina dikelola oleh suatu dewan direksi perusahaan dan diawasi olehsuatu komisaris pemerintah RI.Pelaksanaan kegiatan diawasi oleh seperangkatpengawas yaitu lembaga negara dan dari unsur pemerintah sendiri.Berdasarkan Kepres No.218 M 2001 D TD Presiden RI tanggal 2 Juli2001 dan tanggal 9 Juli 2001 berlangsung serah terima jabatan direksi Pertaminadengan susunan : 1. Direktur Utama. 2. Direktur Hulu dan Deputi Direktur Hulu. 3. Direktur Hilir : • Deputi Bidang Pemasaran dan Niaga. • Deputi Direktur Pengolahan. • Deputi Direktur Bidang Perkapalan. 4. Direktur Keuangan. 5. Direktur Pengembangan. 6. Direktur Manajemen Production Sharing. Selain jabatan diatas,ada juga jabatan lain yang dibentuk yaitu : 1. KADIV BBM: Manajer senior rencana ekonomi dan operasiBBM. 2.KADIV GP: Manager senior rencana ekonomi dan operasianBBMpetrokimia 53 3.KADIV Teknik: Manager senior kehandalan dan jasa operasi 4.K3LL: Manager K3LL 5.Keuangan: Manager keuangan 6. URS Personalia: Manager personalia 7. URS Logistik: Manager logistik Dewan Direksi dipimpin oleh seorang direktur utama. Dalam operasinyadirektur utama pertamina dibantu oleh enam direktorat dimana setiap direktoratdipimpin oleh seorang Direktur.Direktorat-direktorat tersebut adalah: a. Direktorat Ekplorasi dan Produksi Bertugas mempertahankan dan meningkatkan produksi minyak dan gasbumi, baik untuk menyediakan BBM yang diperlukan didalam negeri,maupun ekspor guna meningkatkan pendapatan negara. b.Direktorat Pengolahan Secara kegiatan pengolahan adalah mengusahakan tersedianya produk-produk migas berupa BBM maupun bahan baku, dengan menggunakanperangkat kilang- kilang minyak, gas dan petrokimia yang ada maupunyang akan dibangun dan kemudian mengoperasikannya secara optimal,ekonomis, dan efisien. c.Direktorat Pembekalan dan Pemasaran Dalam Negeri PPDN 54 Sasaran kegiaanPPDN adalah meningkatkan kelancaran distribusi produk BBM atau Non BBM untuk kebutuhan dalam negeri dalam jumlah yangcukup, tepat waktu, efektif dan efisien. d. Direktorat Perkapalan, kebandaraan, dan telekomunikasi Menyelenggarakan angkutan lalu lintas laut minyak bumi dan produk-produknya untuk mendistribusikan ke seluruh Indonesia e. Direktorat keuangan Mengelola keuangan dan pendanaan proyek perusahaan yang dinilai sehat,baik dari segi reabilitas, likuiditas, maupun solvabilitas sehingga mampumendukung proyek yang akan diadakan. f. Direktorat Umum Meningkatkan pembinaan organisasi dan sumber daya manusia.Mengusahakan peningkatan volume penjualan dan perluasandaerahpemasaran dalam negeri. Meningkatkan citra Pertamina di matamasyarakat internasional, dengan mempromosikan iklim usaha yang lebihmenarik.

3.7.2 Struktur Organisasi PT. Pertamina RU II Dumai