sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Hasil belajar setiap siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Bahan mentah hasil
belajar terwujud dalam lembar-lembar jawaban soal ulangan atau ujian dan yang berwujud karya atau benda. Semua hasil belajar tersebut merupakan bahan yang
berharga bagi guru dan siswa. Bagi guru, hasil belajar siswa di kelasnya berguna untuk melakukan perbaikan tindak mengajar atau evaluasi. Bagi siswa, hasil
belajar tersebut berguna untuk memperbaiki cara-cara belajar lebih lanjut.
F. Disposisi Matematis
Pada teori belajar behaviorisme, belajar diartikan sebagai kondisi yang menghasilkan perubahan perilaku yang timbul terus menerus. Oleh karena itu
pembelajaran yang baik haruslah mampu mengubah perilaku manusia ke arah yang lebih baik. Salah satu perilaku baik dalam matematika yang dapat
dipengaruhi oleh pembelajaran adalah disposisi matematis. Mulyana 2009: 29 mengemukakan disposisi matematis merupakan
kecenderungan siswa dalam memandang dan bersikap terhadap matematika, serta bertindak ketika belajar matematika. Siswa memerlukan disposisi yang akan
menjadikan mereka gigih dalam menghadapi masalah yang lebih menantang, untuk bertanggung jawab terhadap belajar mereka sendiri, serta untuk
mengembangkan kebiasaan baik di matematika. Misalnya ketika siswa dapat menyelesaikan suatu permasalan, maka sikap dan keyakinannya sebagai seorang
pelajar akan menjadi lebih positif. Semakin banyak konsep matematika yang dipahami, maka siswa akan semakin yakin bahwa matematika dapat dikuasai.
Menurut Sumarmo 2006: 54, disposisi matematis adalah keinginan, kesadaran, dan dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan
melaksanankan berbagai kegiatan matematika. Terdapat hubungan yang erat antara disposisi matematis dan pembelajaran matematika. Pembelajaran
matematika selain untuk meningkatkan hasil belajar atau aspek kognitif siswa, haruslah juga memperhatikan aspek afektif siswa, yaitu disposisi matematis.
Pembelajaran matematika di kelas harus dirancang khusus sehingga selain dapat meningkatkan hasil belajar siswa juga dapat meningkatkan disposisi matematis.
Menurut Maxwell 2001, disposisi matematis terdiri dari 1 inclination kecenderungan, yaitu bagaimana sikap siswa terhadap tugas-tugas; 2
sensitivity kepekaan, yaitu bagaimana kesiapan siswa dalam mengahadapi tugas; 3 ability kemampuan, yaitu bagaimana siswa focus untuk menyelesaikan tugas
secara lengkap; dan 4 enjoyment kesenangan, yaitu bagaimana tingkah laku siswa dalam menyelesaikan tugas.
Lebih lanjut Wardani 2009: 76 mengungkapkan aspek-aspek yang diukur pada disposisi matematis antara lain:
1. Kepercayaan diri dengan indikator percaya diri terhadap kemampuan. 2. Keingintahuan dengan indikator sering mengajukan pertanyaan,
antusiassemangat belajar, dan banyak membacamencari sumber lain. 3. Ketekunan dengan indikator gigih, perhatian, dan sungguh-sungguh.
4. Fleksibilitas dengan indikator kerja sama atau berbagi pengetahuan, menghargai pendapat yang berbeda, dan berusaha mencari solusi lain.
5. Reflektif dengan indikator senang terhadap matematika.
G. Peran Kemampuan Awal dalam Belajar Matematika