Pelayanan nikah sirri secara online ini memberikan berbagai informasi dengan menggunakan kalimat iklan semenarik mungkin, yaitu “Jasa penghulu
untuk mencegah dari perbuatan dosa”. Jasa nikah sirri online memiliki website di media sosial, sebagai sarana yang digunakan untuk pernikahan tersebut. Jasa
pernikahan sirri online ini memasang iklan dengan menggunakan beberapa “dalih” sebagai kekuatan hukum berupa dalil, sehingga membuat calon pengguna
nikah sirri online merasa yakin untuk menikah dengan menggunakan jasa ini. Salah satu dalil yang digunakan yaitu hadits; sebagaimana sabda Rasulullah saw :
:ُلوُقَ ي ُبُطْخَي َمَلَسَو ِهْيَلَع ُها ىَلَص َيِبَنلا ُتْعِمَس :ُلوُقَ ي ،ٍساَبَع َنْبا ُتْعِمَس «
وُذ اَهَعَمَو ََِإ ٍةَأَرْماِب ٌلُجَر َنَوُلْخَي ََ اَسُت َََو ،ٍمَرْحَم
مَرْحَم يِذ َعَم ََِإ ُةَأْرَمْلا ِرِف ٍ
7
Artinya: “Aku mendengar Ibnu Abbas berkata: aku mendengar Rasulullah SAW berkhutbah, beliau bersabda:
“Tidak diperbolehkan seorang lelaki dan perempuan berkhalwat berdua-duaan kecuali jika perempuan itu disertai
mahramnya dan janganlah berepgian kecuali bersama makhramnya. Pernikahan sirri yang dilakukan secara online pada saat ini telah menuai
banyak kontroversi baik dari pemerintah maupun para ulama. Adapun Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menuturkan bahwa masyarakat yang memilih
menikah dengan jalur tidak resmi, seperti pernikahan tersebut memilki konsekuensi menanggung berbagai resiko. Pernikahan sirri itu negara tidak tahu-
menahu, karena negara tidak mencatat pernikahan tersebut. Jadi kalau terjadi apa- apa. konsekuensi dari pelaksanaan hak-hak dan pelaksanaan kewajiban itu
berakibat tidak bisa diketahui, padahal hal ini adalah peristiwa sakral.
7
Muslim bin al-Haja
j, Shahih Muslim, Beirut:Dar ih}ya‟ al-T{uras, t.t. Juz
II. Hlm. 978
Sementara itu, aktifis dakwah yang juga Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak P2TP2A yaitu Netty Prasetyani Heryawan
mengatakan praktik nikah sirri online adalah sebuah pembodohan bagi perempuan, dan sering kali pihak yang rugi adalah perempuan. Sehingga ia
menghimbau bagi masyarakat turut mencegah pernikahan tersebut.
8
Pada kenyataannya sekarang ini banyak masyarakat yang memilih dengan melakukan pernikahan sirri dan dilakukan secara online, sehingga baik para
pemerintah dan para ulama menuai kritik tajam dari beberapa ormas-ormas Islam yang menyatakan ketidakpersetujuan mereka atas praktik pernikahan yang terjadi
pada saat ini. Pada pernyataan yang telah dikemukakan di atas bahwa berawal dari latar
belakang tersebut, penyusun sangat tertarik untuk mengkaji lebih dalam atas hasil pemikiran para ulama terkait permasalahan praktik pernikahan sirri yang
dilakukan secara online, sehingga menjadi objek penelitian dalam penulisan skripsi ini dengan judul:
“ FENOMENA PERNIKAHAN SIRRI SECARA ONLINE
DI INDONESIA”
8
http:bersamadakwah.netnikah-siri-online-ini-pandangan-ulama-dan-pemerintah .
Diunduh pada tanggal 25 Maret 2015, pukul 16.00
B. Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini ditemukan permasalahan mengenai Peninjauan Kembali yang masih menjadi perdebatan di kalangan pakar-pakar dan aktivis
hukum. Seperti; Bagaimana prosedur pernikahan sirri secara online? Apa yang menjadi penyebab seseorang untuk melakukan pernikahan sirri secara online?
Apa saja dampak yang diterima oleh seseorang yang melakukan pernikahan sirri secara online? Bagaimana pemerintah menanggulangi penyebab terjadinya praktik
pernikahan sirri secara online? Bagaimana pandangan para ulama tentang hukum pernikahan sirri secara online? Bagaimana istinbat hukum yang dikeluarkan oleh
para ulama tentang hukum pernikahan sirri secara online? Apa saja sanksi yang dapat diterima bagi para penyedia jasa praktik pernikahan sirri secara online
menurut para pemerintah dan para ulama? Bagaimana pendapat keduannya mengenai pelaku pernikahan sirri secara online yang dilakukan oleh anak di
bawah umur menurut para ulama? C.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar pembahasan dalam penulisan ini arahnya tidak terlalu melebar dan
lebih fokus pada tema yang diharapkan, maka penulis membatasi pembahasan
pernikahan sirri secara online menurut pandangan ulama NU, MUI dan
Muhammadiyah.
Adapun perumusan masalah berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis rinci dalam bentuk pertanyaan, antara lain:
1. Bagaimana pendapat para ulama NU, MUI dan Muhammadiyah tentang
pernikahan sirri secara online?
2. Apa dasar hukum para ulama tentang hukum akad pernikahan sirri secara
online?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, antara lain: 1.
Mengetahui bagaimana pendapat para ulama NU, MUI dan Muhammadiyah tentang pernikahan sirri secara online.
2. Mengetahui dasar hukum para ulama tentang hukum akad pernikahan sirri
secara online. Adapun beberapa manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari skripsi ini
antara lain: Bagi penulis, diharapakan manfaat yang dapat diambil adalah bertambahnya
wawasan dan pengetahuan baru mengenai masalah nikah sirri secara online; 1.
Diharapkan dapat menyadarkan masyarakat betapa pentingnya pencatatan pernikahan;
2. Diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran, baik pada teori
maupun praktek langsung di lapangan. Untuk menambah bahan pustaka mengenai pendapat seorang tokoh atau ulama dalam menetapkan
pendapatnya yang dijadikan dasar rujukan ketetapan hukum masalah pernikahan sirri secara online.
E. Review Studi Terdahulu
Berdasarkan penelusuran yang telah penulis lakukan di beberapa skripsi serta artikel, maka terdapat skripsi dengan tema yang pernah membahas terkait
dengan skripsi yang dituju, di antaranya adalah:
Pertama Wahyu Rishandi, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad Nikah Melalui Telefoncerence. Dalam pembahasan skripsi ini penulis
mengangkat permasalahan tentang bagaimana kedudukan akad nikah yang dilakukan melalui teleconfrence, bagaimana akibat hukum terhadap adanya
pelaksanaan akad nikah melalui teleconference. Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan, penulis menarik kesimpulan bahwa Pernikahan melalui jalur atau
sarana teleconference hukumnya adalah tidak sah. Hal ini diperkuat dengan pendapat Nadhatul Ulama yang menyatakan bahwa akad nikah melalui media
telekomunikai teleconference, internet, telepon dan lain-lain adalah tidak sah, karena tidak satu majelis dan sulit dibuktikan
Kedua, Onti Rug
9
, Studi Analisis Hukum Islam Terhadap Akad Nikah Jarak Jauh Analisis putusan No. 175P1989 Tentang Akad Nikah di Pengadilan
Agama Jakarta Selatan. Dari uraian yang penulis paparkan, maka penulis simpulkan bahwa Nikah lewat telepon tidak boleh dan tidak sah, karena
bertentangan dengan ketentuan hukum syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Penetapanputusan pengadilan agama Jakarta Selatan
yang mengesahkan nikah lewat telepon No. 175P1989 tanggal 20 April 1990 merupakan preseden yang buruk bagi dunia Peradilan Agama di Indonesia, karena
melawan arus dan berlawanan dengan pendapat mayoritas dari dunia Islam. Penetapan peradilan agama tersebut hendaknya tidak dijadikan oleh para hakim
9
http:kumpulansebuahskripsi.blogspot.com201411studi-analisis-hukum-islam-terhadap .
Diakses Pad a hari jum‟at, 20 Maret 2015 pukul 10.36
.
pengadilan agama seluruh Indonesia sebagai yurisprudensi untuk membenarkan dan mengesahkan kasus yang sama.
Ketiga, Abu Muawiyah,
10
“Akad Nikah Melalui Telepon”, menurutnya Sah jika diyakini bahwa itu adalah betul suara dia yang bersangkutan. Jika tidak
yakin, maka sungguh telah ditemukan ada orang yang mampu meniru suara.Saya telah dikabarkan tentang seseorang di Sh
on‟a yang mampu meniru suara fulan dan suara fulan. Maka perkara-perkara ini tidak bisa dijadikan sandaran karena kadang
ada seorang lelaki -sebagaimana yang kami katakan- dia memiliki kemampuan untuk mengubah suaranya”
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan
Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan empiris
11
atau sosiologi hukum. Jenis Penelitian ini adalah pendekatan dengan melihat sesuatu
kenyataan hukum dalam masyarakat. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang digunakan untuk melihat aspek-aspek hukum dalam interaksi sosial di dalam
masyarakat, dan berfungsi sebagai penunjang untuk mengidentifikasi dan mengklarifikasi temuan bahan non hukum bagi keperluan penelitian atau
penulisan hukum.
10
Abu Muawiyah, “ Akad Nikah Melalui Telepon”, artikel diakses pada 22 Maret 2015 dari
http:al-atsariyyah.comakad-wali-melalui-telepon .html
11
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2010 hlm.105