dan rukun perkawinan sebagaimana dalam ketetapan hukum Islam, juga harus dicatat perkawinannya di Kantor Urusan Agama KUA oleh Pegawai Pencatat
Nikah PPN. Pencatatan nikah ini memiliki arti jaminan hukum atas status pernikahan dengan segala akibat yang ditimbulkannya.
31
Terkait pentingnya pencatatan pernikahan di Kantor Urusan Agama KUA, karena lembaga itu merupakan lembaga pemerintahan yang diberi
kewenangan dan tugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat terkait dengan masalah-masalah keagamaan.
32
KUA merupakan lembaga di Kementerian Agama tingkat kecamatan yang memberikan pelayanan langsung kepada
masyarakat Muslim, terutama terkait dengan urusan perkawinan dan pembinaan keluarga Muslim agar menjadi keluarga yang sakinah. Di samping itu, kantor ini
bersama-sama dengan Pengadilan Agama sebagai partner juga memberikan pelayanan masalah pembinaan umat secara umum, serta kerukunan umat
beragama. Dilihat dari posisinya yang demikian, dapat disimpulkan bahwa kedudukan KUA sangat strategis dalam pembinaan kehidupan sosial keagamaan
masyarakat Muslim secara luas. Hal ini berbeda dengan makna pernikahan siri, sebagaimana di dalam fikih
memiliki arti nikah yang disembunyikan, dirahasiakan, dan tidak diumumkan ke luar.
33
Sedang dalam pengertian yuridis Indonesia, pernikahan sirri adalah pernikahan yang dilakukan secara hukum Islam dengan diketahui oleh orang
31
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, hlm.26
32
Alimin, Euis Nurlaelawati, Potret Administrasi Keperdataan Islam di Indonesia. Jakarta: Orbit Publishing. 2013, hlm. 40
33
Wahbah Az-Zuhaili, Fikih Islam waadillatuhu , juz 7, hlm. 81
banyak, hanya saja tidak dicatatkan ke Kantor Urusan Agama, sehingga yang membedakan antara nikah sirri dan bukan adalah akta nikah sebagai bukti atas
adanya pernikahan. Maka menurut Quraish Shihab nikah sirri adalah sah menurut hukum Islam, tetapi dapat mengakibatkan dosa bagi pelakunya, karena melanggar
ketentuan perintah aturan ulil amri harus ditaati selama tidak bertentangan dengan hukum-hukum Allah.
34
Sebagai akibat adanya pemahaman fikih Imam Syafi‟i yang sudah
membudaya di kalangan umat Islam di Indonesia. Menurut paham mereka, perkawinan telah dianggap cukup bila syarat dan rukun terpenuhi, tanpa diikuti
oleh pencatatan, apalagi akta nikah. Kondisi seperti ini terjadi dalam masyarakat sehingga masih ditemukan perkawinan di bawah tangan. Perkawinan yang
dilakukan oleh calon mempelai laki-laki dengan perempuan yang tanpa ada pencatatan oleh Pegawai Pencatat Nikah dan tidak memiliki Akta Nikah
35
. Dengan penandatanganan Akta Nikah maka perkawinan telah tercatat secara
yuridis normatif berdasarkan pasal 11 PP No. 9 Tahun 1975 dan mempunyai kekuatan hukum berdasarkan pasal 6 ayat 2 di dalam KHI.
Kenyataan dalam masyarakat seperti ini merupakan hambatan Undang- undang Perkawinan dalam KHI pasal 5 dan 6, diantarannya adalah agar terjamin
ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap perkawinan harus dicatat. Pencatatan perkawinan tersebut, sebagaimana yang disebutkan pada ayat 1
dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah sebagaimana yang diatur dalam Undang- undang No.22 Tahun 1946 jo. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1954. Untuk
34
Quraish Shihab, Wawasan A- Qur‟an, Bandung: Mizan, 2007, hlm.271
35
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, hlm.27-29
memenuhi ketentuan dalam pasal 5, setiap perkawinan harus dilangsungkan di hadapan dan di bawah pengawasan Pegawai Pencatat Nikah. Perkawinan yang
dilakukan di luar pengawasan Pegawai Pencatat Nikah tidak mempunyai kekuatan hukum.
Dari perspektif yuridis formal, nikah siri dilarang oleh Undang-undang, baik UU No.1 tahun 1974 maupun Kompilasi Hukum Islam KHI. Maka
perkawinan yang dilakukan dengan tidak memenuhi kriteria kedua hukum positif itu, dianggap tidak sah atau sama saja dikatakan pernikahan tersebut dianggap
tidak ada.
B. Pernikahan Online
1. Pengertian Pernikahan Online: Macam-Macam Pernikahan Online
Nikah Online ialah pernikahan yang dilakukan melalui via media komunikasi, yang memang dipandang lebih efektif dan efisien bagi calon
pengantin yang berjauhan. Dilihat dari sisi kepraktisan, selain dapat menghemat waktu, karena salah satu calon mempelai berada di luar negeri, tentunya juga
dapat menghemat biaya transportasi. Di sela-sela perkembangan internet dan telepon, lahirlah penemuan baru
yang menggabungan antara televisi dan telepon yang disebut Teleconference. Dengan media ini komunikasi orang yang berbicara dapat menyampaikan
pesannya kepada recipient lawan bicara tanpa hanya mendengarkan suara audio tapi juga bisa melihat fisiknya visual. Dengan segala bentuk
kecanggihan dan fasilitas dari teknologi ini, konsumen dapat berkomunikasi
dengan model apapun yang diinginkan seperti berhadapan langsung, sekaligus menyimpan data-data yang dianggap penting.
Namun dalam sisi lain, internet dan telepon di Indonesia masih mengalami perdebatan terkait penggunaanya dalam penyelenggaraan transaksi perjanjian,
baik yang berupa perdagangan maupun proses pernikahan. Selain itu alat komunikasi seperti telepon dan lainnya masih belum cukup kuat untuk dijadikan
sebagai alat bukti telah terjadi perbuatan hukum. Proses pernikahan melalui internet, kalau mebicarakan mengenai ijab
kabul, maka yang terpenting unsurnya adalah calon suami, ayah calon istri dan dua orang saksi. Bila ayah calon istri tidak bisa berkumpul secara fisik dengan
calon suami dan dua orang saksi, maka dia boleh mewakilkan kepada orang lain yang bisa berkumpul secara fisik. Hal ini dikarenakan aqad yang dilakukan
termasuk aqad yang berat yang menghalalkan keperawanan seorang gadis. Aqad seperti ini tidak bisa disamakan begitu saja dengan dengan aqad dalam jual beli.
Karena itu aqad nikah adalah sesuatu yang lebih serius karena terkait dengan masalah kehormatan seorang wanita. Sehingga semua sisinya harus jelas sehingga
diperlukan dua orang saksi yang spesifik pula.
2. Hukum Pernikahan Online
Sebuah akad pernikahan yang sah harus terpenuhi rukun dan syarat- syaratnya. Rukunnya adalah ijab dan qabul, sedang syaratnya adalah ijin dari wali
perempuan dan kehadiran dua orang saksi. Ini semuanya harus dilakukan dengan jelas dan transparan, sehingga tidak ada unsur penipuan dan pengelabuhan. Oleh
karena itu, calon suami atau wakilnya harus hadir di tempat, begitu juga wali
perempuan atau wakilnya harus hadir di tempat, dan kedua saksipun harus hadir di tempat untuk menyaksikan akad pernikahan.
36
Maka untuk menentukan hukumnya, paling tidak ada dua syarat sah nikah yang harus dibahas terlebih
dahulu :
Syarat Pertama : calon mempelai laki-laki atau yang mewakilinya dan
wali perempuan atau yang mewakilinya harus berada dalam satu majlis ketika dilangsungkan akad pernikahan. Dalam hal ini,
Majma‟ al Fiqh telah menetapkan hukum penggunakan ponsel, hp, dan internet di dalam melakukan transaksi, yang
isinya sebagai berikut : “ Jika transaksi antara kedua pihak berlangsung dalam satu waktu, sedangkan mereka berdua berjauhan tempatnya, tetapi menggunakan
telepon, maka transaksi antara keduanya dianggap transaksi antara dua pihak yang bertemu dalam satu majlis.”
37
Syarat Kedua : pernikahan tersebut harus disaksikan oleh dua orang atau
lebih. Orang yang menikah lewat telpun dan internet tidak lepas dari dua keadaan:
1. Salah satu pihak yang melakukan akad serta dua orang saksi tidak yakin
dengan suara pihak kedua. Maka dalam hal ini, pernikahan lewat telepon dan internet hukumnya tidak sah. Inilah yang diputuskan oleh Lajnah
Daimah li al Ifta‟ ketika ditanya masalah tersebut, mereka memutuskan sebagai berikut: “Dengan pertimbangan bahwa pada hari-hari ini banyak
36
http:www.ahmadzain.comreadkarya-tulis226hukum-menikah-lewat-internet Diunduh pada tanggal 20 Juni 2015, pukul 14.55
37
Majalah Ma jma‟ al Fiqh al Islami, OKI, periode ke – 6 no : 21256
penipuan dan manipulasi, serta canggihnya orang untuk meniru pembicaraan dan suara orang lain, bahkan di antara mereka ada yang bisa
meniru suara sekelompok laki-laki dan perempuan baik yang dewasa maupun yang masih anak-anak, dia meniru suara dan bahasa mereka yang
bermacam-macam sehingga bisa menyakinkan orang yang mendengar bahwa yang bicara tersebut adalah orang banyak, padahal sebenarnya hanya
satu orang.” Begitu juga mempertimbangkan bahwa Syariat Islam sangat menjaga
kemaluan dan kehormatan, dan agar berhati-hati dalam masalah tersebut lebih dari masalah lainnya seperti muamalah. Oleh karenanya, Lajnah memandang bahwa
seharusnya tidak menyandarkan secara penuh akad pernikahan ijab dan qabul serta perwakilannya dengan menggunakan alat telpun, agar tujuan Syariat bisa
teralisir serta lebih menekankan kepada penjagaan terhadap kemaluan dan kehormatan, sehingga tidak memberikan kesempatan kepada orang-orang jahat
untuk bermain-main dalam masalah ini dengan manipulasi dan penipuan. 2.
kedua belah pihak yang melakukan akad sangat mengenal suara antara satu dengan yang lain, begitu juga dua orang saksi yakin bahwa itu suara dari
pihak kedua yang melakukan akad. Pada kondisi seperti ini, persaksian atas pernikahan tersebut dianggap sah, dan pernikahannya sah
juga.Khususnya dengan kemajuan teknologi sehingga seseorang bisa bicara langsung dengan pihak kedua melalui gambar dan suara,
sebagaimana yang terdapat dalam teleconference.