Artinya: “Dari „Amir bin Abdullah bin Zubair dari ayahnya bahwa Nabi Saw, bersabda: “ umumkanlah sebuah pernikahan”.
Di samping sebagai pemberitahuan atas berlangsungnya pernikahan, juga terkandung maksud agar masyarakat menjadi saksi atau adanya ikatan antara dua
insan tersebut. Jika ada pihak yang melanggar komitmen pernikahan, minimal masyarakat dapat memberikan saksi moral kepada pihak yang melanggar.
Sedangkan hukum nikah yang tidak dicatatkan ke KUA, walaupun tetap dianggap sah menurut agama karena telah memenuhi syarat dan rukun nikah,
namun perkawinan di bawah tangan ini masih menyisakan beberapa persoalan, karena telah mengabaikan perintah al-
Qur‟an untuk mengikuti aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah ulil amri, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat
An- Nisa‟ ayat:59 yang berbunyi sebagai berikut:
رلا اوُعيِطَأَو َها اوُعيِطَأ اوُنَماَء َنيِذلا اَه يَأاَي ِها ََِإ ُودُرَ ف ٍءْىَش ِ ْمُتْعَزاَنَ ت نِإَف ْمُكنِم ِرْمَأْا َِْوُأَو َلوُس
ًليِوْأَت ُنَسْحَأَو ُرْ يَخ َ ِلَل ِرِخَأْا ِمْوَ يْلاَو ِهاِب َنوُنِمْؤُ ت ْمُتنُك نِإ ِلوُسرلاَو
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah al-Quran dan Rasul sunnahnya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian
itu adalah lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya. An- Nisa‟59:4
Di sisi lain, perkawinan sirri ini mengandung resiko yang sangat besar dan
sangat merugikan terutama pihak perempuan yang tidak dapat berbuat apa-apa. Sebagai contoh mengenai status anak yang lahir dari pernikahan siri, maka apabila
nikah siri diartikan menurut terminologi fikih yaitu nikah yang dirahasiakan atas permintaan suami, maka menurut hukum Islam anak mempunyai hubungan nasab
dengan bapaknya apalagi nikah sirri yang termasuk nikah yang diperselisihkan
boleh dan sahnya oleh para ulama karena itu nikah sirri dianggap cacatfasad yang ringan. Sedangkan menurut padangan hukum positif, anaknya hanya
mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. Ada banyak kasus dimana seorang perempuan ditelantarkan suaminya akibat nikah sirri tanpa
tahu harus kemana ia mencari perlindungan oleh negara sekalipun, sebab tidak memiliki surat bukti pernikahan. Karena itu demi kebaikan maslahah bersama,
terutama kaum perempuan, tradisi pernikahan semacam ini harus dihindarkan. Dari berbagai argumen terlihat bahwa dari beberapa kalangan ulama nikah
sirri ini masih menjadi perdebatan, sehingga susah menetapkan bahwa nikah sirri itu sah atau tidak. Namun pada umumnya menentang nikah sirri, sebab dapat
menimbulkan mudharat meskipun tidak dapat dipungkiri ada sebagian ulama yang membolehkan dengan alasan sebagai upaya menghindari zina. Akan tetapi, untuk
menghindari zina tidak mesti dengan menikah sirri, melainkan nikah yang dilakukan dengan proses yang benar dan terakui oleh negara. Padahal kalau dilihat
dari berbagai kasus yang ada, menyatakan nikah sirri tampak lebih banyak menimbulkan kemudharatan dari pada manfaatnya
25
.
4. Pernikahan Sirri Ditinjau Dalam Undang-Undang
Bagi umat Islam terdapat aturan untuk hidup bersama yaitu seperti yang telah dijelaskan di dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan bahwa “Perkawinan adalah suatu ikatan lahir antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
25
Muhammad Fu‟ad Syakir. Perkawinan Terlarang, Hlm. 52
ya ng bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
26
Pertimbangannya adalah sebagai negara yang berdasarkan pancasila di mana sila pertamanya ialah Ketuhanan Yang Maha Esa, maka perkawinan bukan saja
mempunyai unsur lahir maupun yang keduanya mempunyai peran yang penting. Perkawinan juga bertujuan untuk membentuk perjanjian anatara pria dan seorang
wanita, yang mempunyai segi-segi perdata di antaranya: kesukarelaan, persetujuan kedua belah pihak, kebebasan memilih, dan darurat.
27
Dalam Kompilasi Hukum Islam KHI yaitu pada pasal 2, di dalamnya menegaskan bahwa perkawinan itu adalah sebuah akad yang sangat kuat atau
miitsaqan ghalizhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.
28
Jadi, perkawinan bagi umat Islam merupakan peristiwa agama dan orang yang melaksanakannya telah melakukan perbuatan ibadah.
Maka pengertian perkawinan dalam ajaran agama Islam mempunyai nilai ibadah. Tujuan pernikahan dalam Islam itu adalah untuk memenuhi petunjuk Allah
dengan membina keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia. Adapun manfaat dari pernikahan
29
yaitu menunaikan perintah Allah SWT, mengikuti sunnah Nabi SAW dan sekaligus mengikuti jejak para Rasul sebelumnya, menghancurkan
syahwat dan menjaga pandangan, menjaga kemaluan dan menjaga harga diri kaum wanita, menjaga agar tidak ada kekejian yang tersebar di kalangan kaum
muslimin, memperbanyak keturunan yang dengannya Nabi SAW dapat berbangga
26
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, pasal 1.
27
A.Tihami, Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, hlm.16
28
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fikih Munakahat dan Undang-Undamg Perkawinan.hlm. 40
29
Abu Malik Kamal ibn as-Sayyid Salim, Fiqih Sunnah Wanita, Jakarta: Qisthi Press, 2013, hlm. 467-468
di hadapan para Nabi yang lain dan umat-umat mereka, mendapatkan pahala dengan cara melakukan hubungan badan yang halal, melahirkan keturunan yang
beriman yang akan mempertahankan negeri kaum muslimin dan memohon ampunan bagi orang-orang yang beriman, memperoleh syafaat dari anak-anak
untuk memasuki surga dan di dalam pernikahan akan ditemukan ketenangan, rasa cinta dan kasih saying di antara suami isteri, serta manfaat-manfaat lainnya yang
tidak diketahui kecuali oleh Allah SWT. Bagi orang Islam, nikah yang tidak bermasalah adalah nikah yang
diselenggarakan menurut hukum Islam dan keabsahan sebuah perkawinan seperti disebutkan dalam pasal 2 ayat 1 UU No.1 Tahun 1974 dan dicatat menurut ayat
2 pasal yang sama, yang menetapkan sebagai berikut: perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya
itu. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan-peraturan, perundang- undangan yang berlaku. Dengan kata lain perkawinan disebut sah bila dicatat oleh
negara.
30
Dan bagi umat muslim pencatatan perkawinan dilakukan oleh KUA. Hal ini juga ditegaskan dalam Peraturan Presiden No.1 Tahun 1991 tentang Kompilasi
Hukum Islam KHI, sebuah produk hukum yang sering dijadikan refrensi hukum bagi KUA Muslim Indonesia.
Demikian juga dalam Kompilasi Hukum Islam KHI didalamnya menegaskan bahwa keabsahan perkawinan adalah apabila dilakukan menurut
hukum Islam sesuai pasal 2 ayat 1 dan 2 UU No.1 tahun 1974, dan dicatatkan perkawinannya oleh pihak PPN. Dengan demikian, selain harus memenuhi syarat
30
. Abd, Shomad. Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia. Jakarta: Kencana. 2010,cetakan ke-1 hlm.294
dan rukun perkawinan sebagaimana dalam ketetapan hukum Islam, juga harus dicatat perkawinannya di Kantor Urusan Agama KUA oleh Pegawai Pencatat
Nikah PPN. Pencatatan nikah ini memiliki arti jaminan hukum atas status pernikahan dengan segala akibat yang ditimbulkannya.
31
Terkait pentingnya pencatatan pernikahan di Kantor Urusan Agama KUA, karena lembaga itu merupakan lembaga pemerintahan yang diberi
kewenangan dan tugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat terkait dengan masalah-masalah keagamaan.
32
KUA merupakan lembaga di Kementerian Agama tingkat kecamatan yang memberikan pelayanan langsung kepada
masyarakat Muslim, terutama terkait dengan urusan perkawinan dan pembinaan keluarga Muslim agar menjadi keluarga yang sakinah. Di samping itu, kantor ini
bersama-sama dengan Pengadilan Agama sebagai partner juga memberikan pelayanan masalah pembinaan umat secara umum, serta kerukunan umat
beragama. Dilihat dari posisinya yang demikian, dapat disimpulkan bahwa kedudukan KUA sangat strategis dalam pembinaan kehidupan sosial keagamaan
masyarakat Muslim secara luas. Hal ini berbeda dengan makna pernikahan siri, sebagaimana di dalam fikih
memiliki arti nikah yang disembunyikan, dirahasiakan, dan tidak diumumkan ke luar.
33
Sedang dalam pengertian yuridis Indonesia, pernikahan sirri adalah pernikahan yang dilakukan secara hukum Islam dengan diketahui oleh orang
31
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, hlm.26
32
Alimin, Euis Nurlaelawati, Potret Administrasi Keperdataan Islam di Indonesia. Jakarta: Orbit Publishing. 2013, hlm. 40
33
Wahbah Az-Zuhaili, Fikih Islam waadillatuhu , juz 7, hlm. 81