perseleksian PNS dan kemudian ia ditempatkan di Fakultas Syariah. Kemudian mengajar di fakultas Syariah bukan lagi mengajar di fakultas Ushuluddin. Pada
tahun 2001 beliau melanjutkan pendidikan S3 dengan konsentrasi yang sama selesai pada tahun 2007. Sambil mengajar, kuliah, kerja di masyarakat dilakukan
dengan seimbang. Selain mengajar beliau juga mengabdikan masyarakatnya dengan memberikan ceramah kajian agama tafsir, hadis, fikih, kultum ,khutbah,
beberapa radio-televisi, narasumber beberapa pelatihan Kanwil-Kemenag-Dinas dan masih banyak lagi.
Di MUI awalnya beliau mulai berkiprah menjadi sekretaris Komisi Dakwah selama 5 tahun, setelah itu di komisi fatwa ini adalah periode 2 jadi
hampir 8 tahun di Komisi Fatwa menjadi sekretaris. Pertama menjadi sekretaris yang diketuai oleh K.H Syarifuddin yang sekarang menjadi ketua umum dan yang
kedua adalah Dr. Muhammad Lutfi Fatullah. Disamping itu beliau juga aktif di PBNU di Lembaga Dakwah Nahdatul Ulama menjadi salah satu sekretaris dan di
lembaga bathsul masail salah satu ketua, jadi beliau terkadang menjadi perwakilan LBM-Lembaga Dakwah termasuk Talk Show di beberapa stasiun televisi dan
radio terkadang mewakili PBNU atau MUI terkadang juga undangan pribadi sebagai narasumber. Beliau banyak menulis di Jurnal, Koran, majalah-majalah
Islam, editor buku, ikut kontribusi beberapa judul di buku.
2. Pendapat dan Dasar Hukum Tentang Pernikahan Sirri Secara Online.
Pernikahan sirri online itu peristiwa yang sudah terjadi dan kemudian menimbulkan polemik yang luar biasa di tengah masyarakat. Polemik itu
setidaknya karena negara kita kalau berbicara tentang perkawinan itu sudah ada
aturannya yaitu di dalam UU No.1 Tahun 1974 dan hukum pencatatan perkawinanpun telah diatur didalamnya, sebagaimana dalam pasal pencatatan
perkawinan.
Pandangan fikih terhadap pernikahan sirri online itu dapat dikaitkan dengan pengertian pernikahan itu sendiri, yaitu nikah secara bahasa bisa diartikan
kumpul atau “akad”, bergantung kepada mahzab. Kalau mahzab Syafi‟i, lebih menitikberatkan arti nikah secara bahasa al-
wath‟u atau al-jam‟u, kalau imam Hanafi lebih mengartikan kepada al-aqdu kepada akadnya. Secara istilah nikah
adalah akad, dengan akad itu bisa menghalakan hubungan suami istri yang sebelum terjadinya akad itu masih dihukumi terlarang .
Pada zaman Nabi, ia selalu berpesan hendaknya pernikahan itu dilakukan dengan ijab yang datang dari pihak wali perempuan atau yang mewakili dan
qabul yang diucapkan oleh calon mempelai laki-laki. Kemudian dalam ijab –qabul
disebutkan jumlah mahar, apakah maharnya itu dibayar cashtunai atau secara hutang, biasanya seperti itu. Meskipun secara fikih tanpa menyebutkan nilai
mahar ijab qabul bisa dianggap sah hukumnya. Pada umumnya ulama-ulama fikih ketika melakukan kajian terkait pelaksanaan ijab-qabul itu, memang harus
ittihadul majelis, artinya satu majelissatu tempat. Dalam arti wali ada yang mewakili berada di tempat,adanya calon mempelai dan saksi yang adil,
sebagaimana berdasarkan hadis Nabi tentang wali, yaitu:
:َملَسَو ِْيَلَع ُها ىلَص ِها ُلوُسَر َلاَق :َلاَق ِيِبَأ ْنَع ،َةَدْرُ ب َِِأ ْنَع ََ
ٍَِِوِب َِإ َحاَكِن
5
5
Ahmad bin Hambal, Musnad Imam Ahmad bin Hambal Beirut : Muassasatu al-Risalah, 1421 H2001 M. Juz 32. Hlm. 482
Artinya: “ Dari Abi Burdah, dari Ayahnya, Rasulullah SAW bersabda: tidak ada nikah kecuali dengan adanya wali”
Kemudian kaitannya terhadap ittihadul majlis, lebih mengarah agar ketika akad nikah berlangsung, ijab yang disampaikan wali itu bisa langsung didengar
oleh calon laki-laki dan 2 saksi, begitu juga pada waktu calon mempelai laki-laki menjawab yang disebut qabul. Redaksinya bisa didengar wali perempuan atau
yang mewakili dan bisa didengar 2 saksi yang menyaksikan akad pernikahan tersebut. Oleh itu, jangan sampai mengabaikan tugas kehadiran oleh 2 orang saksi
di dalam sebuah pernikahan, karena hal itu sangat bermanfaat. Dua orang saksi yang duduk pada waktu akad nikah berlangsung, tugasnya 1. mengecek apakah
yang antara yang mengaku wali itu mengaku wali mujbir bagi anak gadis yang akan dinikahkan atau bukan, saksi harus tahu dan kedua itu apakah betul bahwa
calon laki-laki yang menikahi perempuan itu bukan hitungan mahram. Jadi 2 saksi menilai semua itu sudah jelas dengan mengecek lafaz ijab yang disampaikan wali
perempuanmewakili dan mengoreksi redaksi yang disampaikan oleh pihak calon laki-laki yang disebut qabul. salah atau tidak struktur bahasannya dan keliru tidak
struktur bahasanya. Pada waktu ijab qabul berlangsung itu ada batasan baik batasan yang lama atau tidak. Contoh; ketika wali bilang ijab sedang dilantunkan
seketika qabul tidak langsung diucapkan dengan kata lain si mempelai laki-laki berbuat, perbuatan ini disebut tidak pada satu waktu. karena di sela-sela dengan
pekerjaan lain yang tidak ada hubungannya dengan akad nikah. Jadi 2 orang saksi itu sangat penting apalagi kalau terkait dengan rukun nikah, yang terdiri dari:
Walimewakili, mempelai laki-laki atau yang mewakili, ijab qabul, 2 orang saksi,