88
Hasil tes prestasi belajar bangun datar yang diperoleh siswa dapat menunjukan prestasi belajar matematika pada pokok bahasan mengenal
bangun datar sederhana meliputi ; menyebutkan jenis-jenis bangun datar dan mengelompokan bangun datar sederhana sesuai dengan kelompok dan
bentuknya dengan mandiri mengalami peningkatan yang cukup memuaskan.
Penggunaka media paper clay dalam pembelajaran bangun datar pada pokok bahasan mengenal bangun datar sederhana siswa tunagrahita
ringan kelas II SLB Sekar Teratai I Srandakan mendapat respon yang positif dari gru dan siswa.
J. Uji Hipotensis Uji hipotensis tindakan dilakukan atas dasar ketercapaian tindakan
yang menyatakan bahwa tindakan dinyatakan berhasil apabila dapat mencapai kriteria keberhasilan sebesar 65. Hasil prestasi belajar pada siklus II
menunjukan bahwa persentase skor yang dicapai oleh subjek DH sebesar 80, sedangkan persentase skor yang dicapai oleh subjek MP sebesar 72. Hal ini
berarti bahwa kriteria keberhasilan dapat tercapai. Demikian hasil dari hipotensis tindakan yang menyatakan bahwa
prestasi belajar matematika pada siswa tunagrahita ringan kelas II SLB Sekar Teratai I Srandakan dapat ditingkatkan melalui penggunaan media paper clay
telah terbukti.
89
K. Pembahasan Hasil Penelitian Peningkatan Prestasi Belajar Bangun Datar Pada Siswa Tunagrahita Ringan
Tindakan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan media paper clay untuk meningkatkan prestasi belajar matematika bangun datar
siswa tunagrahita ringan dalam mengenal istilah bangun datar sederhana dilaksanakan dalam dua siklus. Adapun pembelajaran matematika bangun
datar dalam mengenal bangun datar sederhana dilakukan dengan tindakan pembuatan media paper clay dalam mengenal bangun datar sederhana
kedalam pembelajaran untuk meningkatkan dan mengenalkan bangun datar, serta mengerjakan soal tes prestasi belajar matematika yang dapat
meningkatkan prestasi belajar bangun datar pada siswa tunagrahita ringan kelas II. Berdasarkan hasil evaluasi pada pra tindakan dua subjek masih
memperoleh nilai dibawah KKM yang sudah ditentukan. Subjek DH masih belum dapat membedakan nama-nama bentuk dalam bangun datar. Subjek
baru mengenal bentuk bangun datra dan belum dapat menyebutkan jenis-jensi bangun datar sehingga masih banyak dibimbing guru. Subjek sedikit demi
sedikit juga mampu menyebutkan beberapa bangun datar meski belum lengkap. Subjek MP masih mengalami kesulitan dalam mengelompokan
bentuk bangun datar diantaranya bangun datar persegi, persegi panjang, persegitiga, lingkaran, subjek belum mampu belajar secara mandiri,
perhatiannya sering beralih dan sering mengeluh, subjek juga pencemburu dan marah ketika tidak diperhatikan oleh guru. Subjek juga belum fokus
mengerjakan soal. Hal ini senada dengan pendapat Moh Amin 1995:34 yang
90
juga mengatakan bahwa anak tunagrahita ringan mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian, jangkauan perhatiannya sangat sempit, cepat beralih,
pelupa, kurang kreatif dan inisiatif, cenderung pemalu, minim peebendaharaan kata, dana mengalami kesukaran mengukapkan kembali ingatan.
Berdasarkan hasil prestasi belajar matematika bangun datar dan observasi siklus I dua subjek masih banyak mengalami kesulitan dalam
mengelompokan dan menyebutkan jenis-jenis bangun datar diantaranya mengelompokan bangun datar persegi, persegi panjang, persegitiga, dan
lingkaran subjek masih banyak didampingin guru tetapi didalam peningkatan tes pra tindakan dan tes pasca tindakan I dua subjek yaitu : DH mengalami
peningkatan 6 skor dari mampu menjawab 12 menjadi 17 dari 25 soal yang diberikan atau dengan persentase pencapaian ketuntasan belajar 48 menjadi
68. Dari hasil tersebut kriteria DH meningkat dari cukup menjadi baik. Sedangkan subjek MP mengalami peningkatan 5 skor dari mampu menjawab
benar 11 soal menjadi 16 soal dari 25 soal yang diberikan atau dengan persentase ketuntasan belajar dari 44 menjadi 64, sehingga kriteria subjek
DH meningkat dari cukup menjadi baik. Semua subjek telah mengalami peningkatan dan sudah menguasai pembelajaran matematika mengenal bangun
datar sederhana, akan tetapi subjek MP belum memenuhi kriteria ketuntasan belajar yakni 65 dari keseluruhan materi.
Setelah melakukan tes pra tindakan tersebut, maka subjek diberikan tindakan berupa penerapan media paper clay. Skor yang diperoleh DH sudah
memenuhi kriteria keberhasilan yaitu 65. Sedangkan MP belum mencapai
91
kriteria keberhasilan meskipun sudah mengalami peningkatan prestasi belajar matematika dala pokok pembahasan mengenal bangun datar sederhana.
Peningkatan prestasi belajar matematika bangun datar DH dapat dilihat dari prestasi subjek dalam mengerjakan soal dengan persentase pencapaian
68. Sedangkan pada saat mengerjakan tes lisan DH mampu menyebutkan jenis-jenis bangun datar secara sendiri, DH mengelompokan bentuk bangun
datar sesuai dengan kelompoknya namun masih dengan bantuan guru. Peningkata prestasi belajar MP mampu menyebutkan bangun datar dengan
sendiri meskipun terkadang subjek masih mengeluh “ah lali” gurupun langsung memberikan bantuan dengan membimbing. MP mulai
mengelompokan bentuk bangun datar sesuai dengan jenis-jenis nya. Hasil dari pelaksanaan tindakan siklus I menunjukan bahwa semua
subjek telah mengalami peningkatan prestasi belajar matematika bangun datar namun subjek MP belum mencapai KKM yang ditentukan. Oleh karena itu
perlu diberikan tindakan siklus ke II. Setelah pemberian tindakan siklus II semua subjek telah mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan yaitu 65.
Peningkatan prestasi belajar matematika subjek DH dapat dilihat semakin banyak jawaban subjek yang benar sesuai dengan ketentuan. Kemampuan
mengelompokan bangun datar semakin baik. Peningkatan prestasi belajar matematika MP dapat dilihat dari semakin lengkapnya jawaban soal yang
diberikan dan bertambahnya jawaban subjek yang benar. Peningkatan prestasi belajar matematika bangun datar pada penelitian
ini tidak terlepas dari adanya beberapa perbaikan dari tindakan siklus I ke
92
tindakan siklus II. Beberapa berbaikan yang dilakukan antara lain dari segi pemberian pembelajaran yang runtut dan berulang. Pemberian contoh yang
mudah dipahami siswa dan melakukan bimbingan lebih kepada subjek MP karena memiliki daya tangkap materi lemah dan membutuhkan wkatu lama
sehingga sering diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan sementara subjek lain diminta untuk menanggapi agar berlangsung maksimal. Siswa
diberikan kesempatan untuk mengenal media paper clay dan pemberian pujian motivasi untuk mendorong siswa agar percaya diri dalam membuat kembali
bentuk bangun datar dengan mandiri. Prestasi belajar subjek sebelum tindakan masih kurang, subjek pasif
kurang percaya diri, subjek ada yang mengantuk, dan asik bermain sendiri, serta kesulitan menjawab terlebih lagi pada saat diminta untuk mengerjakan
secara mandiri. Setelah diberikan tindakan berupa penerapan media paper clay mengenal bangun datar sederhana, prestasi belajar subjek meningkat. Hal ini
dapat dilihat dari antusias dan aktifitas selama pembelajaran, siswa menjadi lebih aktif. Subjek menjadi lebih percaya diri, tidak mengantuk dan siswa
dapat berinteraksi langsung dengan media paper clay tersebut dan mulai mengelompokan bentuk sesuai dengan kelompok dan jenisnya.
Siklus II diawali guru dengan menjelaskan ulang materi dan langkah- langkah penggunaan media paper clay dengan detail dan rinci. Perincian ini
memudahkan siswa melakukan dan menguasai materi pembelajaran matematika mengenal bangun datar. Setelah itu siswa bimbing sedangkan
guru dan peneliti hanya berperan sebagai fasilitator jika siswa mengalami
93
kesulitan. Melalui media paper clay mengenal bangun datar siswa mengasah kemampuannya dalam mengelompokan bentuk dalam media paper clay secara
aktif dan mandiri dengan mengerjakan sendiri. Dengan media paper clay bisa langsung dipraktekan dan berulang-ulang untuk mendalami materi
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa tunagrahita ringan dan hasilnya pun terbukti dengan baik. Hal ini senada denagn Wina Sanjaya 2009: 221-
222 yang juga mengatakan bahwa materi yang diajarkan dapat langsung dipraktekkan dan terdapat fungsi repeat yang bermanfaat untuk mengulang-
ulang materi sehingga siswa dapat benar-benar menguasai materi. Dengan menggunakan media paper clay siswa dapat mempelajari materi bangun datar
sederhana dengan lebih mudah. Media paper clay ini dapat mendorong siswa untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini tampak ketika sebelum diberikan
tindakan berupa penggunaan media paper clay mereka tampak kurang antusias, bahkan mengantuk dan ada yang sibuk bermain sendiri, namun
setelah diberikan tindakan semua siswa tampak antusias dan merasa senang mengikuti pembelajaran matematika khususnya dalam mengenal bangun datar
sederhana melalui media paper clay. Hal ini sependapat dengan Gagne Arief S. Sadiman et.all. 2006:6 berpendapat bahwa media merupakan segala alat
fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang untuk belajar. Selain perubahan hasil belajar, perubahan partisipasi dalam
pembelajaran matematika khusunya mengenal bangun datar juga terlihat. Siswa yang awalnya ragu-ragu dan kurang percaya diri ketika bertanya
mengenai bangun datar dan sekarang terlihat menjadi lebih percaya diri dan
94
berani meskipun masih dengan bantuan guru. Penggunaan media paper clay dapat membantu siswa dan guru memperbaiki kualitas pembelajaran
matematika. Dengan penggunaan media paper clay ini siswa dibiasakan untuk ikut aktif berpartisipasi dalam pembelajaran matematika selain dengan
memperhatikan. Berdasarkan pencapaian subjek dalam penelitian ini menunjukan
penggunaan media paper clay dalam pembelajaran matematika bangun datar memuaskan bagi peneliti dan guru, karena indicator keberhasilan sudah
tercapai. Penggunaan media paper clay dalam pembelajaran matematika siswa kelas II SLB Sekar Teratai I Srandakan mendapat respon positif dari guru
maupun para siswa.
L. Keterbatasan Penelitian