Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia diwajibkan untuk melaksanakan jenjang dalam pendidikan, agar dapat mendukung tujuan pendidikan nasional di Indonesia. Adapun pendidikan yang telah diwajibkan pemerintah adalah wajib belajar 9 tahun dalam arti pendidikan minimal yang ditempuh sampai pada tingkat SMP dan sederajat. Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 Pasal 3, tentang tujuan pendidikan nasional menyebutkan: pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan adanya pendidikan, setiap orang dapat mengembangkan segala potensi yang dimiliki baik dari kemampuan, keterampilan dan pemikiran sebagai wujud dari ekstensi diri. Tantangan pendidikan pada abad ke-21 adalah membangun masyarakat berpengetahuan knowledge-based society yang dapat dibangun melalui pengintegrasian Information and Communication Technology ICT dalam proses pembelajaran. Kebutuhan akan keterampilan dalam bidang ICT dewasa ini sangat mendesak, dimana kondisi ini sangat urgen bagi semua kalangan untuk mampu berperan lebih kompetitif dalam menguasai perkembangan zaman. Hal ini sama 2 dalam upaya menguasai bidang keilmuan tertentu yang ternyata kemampuan dan penguasaan ICT sangat menentukan. Begitu pula dengan pendidikan, dimana perkembangan ICT telah sejak lama dimanfaatkan. Tujuan dalam pengintegrasian Information and Communication Technology ICT dalam proses pembelajaran diperlukan adanya tenaga pendidik yakni seorang guru. Adanya guru yang berkompeten dan profesional merupakan syarat mutlak hadirnya sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas. Menurut UNESCO 2005: 22 pendidikan modern guru dituntut untuk mampu mengintegrasikan ICT dalam proses pembelajaran. Dilihat dari sisi peran ICT bagi guru, maka pengintegrasian ICT dalam proses pembelajaran seharusnya memungkinkan dirinya untuk: 1 menjadi fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar; dan 2 dapat memberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar kepada siswa untuk mengalami peristiwa belajar. Oleh karena itu keterampilan guru dalam memanfaatkan ICT sangat diperlukan untuk mendukung adanya proses pembelajaran. Guru memegang peran penting dalam proses pendidikan, selain itu guru menjadi tolok ukur berhasil atau tidaknya proses pendidikan yang dijalankan. Oleh karena itu, Guru sebagai aktor utama dalam proses pendidikan di sekolah perlu memiliki kompetensi dalam penggunaan ICT sebagai pendukung dalam kegiatan pembelajaran. Kompetensi merupakan uraian yang memadai dalam segi pengetahuan, keterampilan, sikap dan menguasai standar materi. Kompetensi akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. 3 Dalam peningkatan mutu pendidikan melalui ICT Indonesia khususnya di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta DIY membuat program yaitu Information and Communication Technology Utilization for Educational Quality Enhancement Program in DIY Province ICT-EQEPDIY. Program ini bertujuan untuk peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan yang dituangkan dalam perencanaan pemanfaatan ICT. Program ini dilaksanakan pada tanggal 9 November 2006 bertempat di Kementerian Komunikasi dan Informatika Jakarta. Program ini disepakati antara Pemerintah Jepang yang diwakili oleh Japan International Cooporation Agency JICA dengan Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika KOMINFO, Badan Perencanaan dan Pengembangan Nasional BAPPENAS dan Daerah Istimewa Yogyakarta DIY pada Minutes of Discussion MoD. Selain itu beberapa kegiatan telah dimulai seperti penyusunan rencana strategis pendidikan untuk rencana jangka menengah dan jangka panjang, penyiapan instalasi peralatan ICT, tersedianya Jogja Learning Gateway JLG. Dengan kesiapan tersebut masih diperlukan upaya perbaikan secara berkesinambungan untuk melengkapi dan mengembangkannya. Program ini juga diharapkan akan mampu menjadi cikal bakal untuk dimulainya program ICT untuk pendidikan di daerah lain di Indonesia demi kemajuan masyarakat dan negara Indonesia Kementerian Komunikasi dan Informatika, 18- 04-2013. Selanjutnya program lanjutan dalam pemanfaatan ICT pada tahun 2011 adalah Information and Communication Technology Utilization for Educational Quality Enhancement Program ICT-EQEP diadakan di SMP Negeri 1 Bantul. 4 Program ini sebagai pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk peningkatan dan pemerataan pendidikan di provinsi DIY. Adapun tema yang diambil adalah “Belajar Tanpa Batas” guna mewujudkan kesempatan belajar bagi siswai SD dan SMP, tanpa terikat ruang dan waktu. Pelaksanaan program ini ditargetkan di tahun 2012 dapat diimplementasikan di 500 sekolah yang terdiri dari 300 SD dan 200 SMP di DIY. Saat ini program ICT-EQEP baru diresmikan pada 110 sekolah di DIY. Peluncuran Program ICT-EQEP diresmikan langsung oleh Menkominfo Tifatul Sembiring didampingi Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Kepala Dinas Dikpora DIY Drs. Kadarmanta Baskara Aji. Hadir dalam peluncuran ini Kohara perwakilan dari Japan International Cooperation Agency JICA lembaga yang mendanai program ini. Program ini diharapkan tepat mutu dan tepat tuju, sehingga menjadi program yang bermanfaat bagi dunia pendidikan. Oleh karena itu, diberikan pelatihan bagi guru untuk meningkatkan kompetensi dalam bidang TIK, khususnya dalam pengembangan pembelajaran konten digital. Program ICT-EQEP merupakan pengembangan dari Program One School One Lab OSOL. Program OSOL adalah pengadaan infrastruktur di sekolah-sekolah, sedangkan Program ICT-EQEP lebih luas yaitu meliputi penyediaan perangkat ICT, konten pembelajaran dan pelatihan. Perangkat TIK terdiri dari 21 PC untuk laboratorium komputer di sekolah dan pembangunan Internet Data Center IDC di BTKP DIY, serta jaringan komunikasi yang menghubungkan IDC ke sekolah-sekolah sumber : http:btkp- diy.or.id. 5 Dalam perkembangan ICT di sekolah-sekolah DIY cenderung stagnan, karena semua kegiatan tergantung pada program dan pendanaan dari pemerintah pusat. Akan tetapi hal tersebut tidak menjadi permasalahan karena Pemerintah telah memberikan bantuan seperangkat perangkat lunak sebagai media pembelajaran ICT. Dalam bidang pendidikan penerapan ICT dapat meningkatkan mutu pendidikan, sebagaimana ICT dapat memperbaiki komunikasi dan motivasi antar pemangku kepentingan terkait seperti, manajemen sekolah, guru, murid, orang tua, lembaga pendidikan, pemerintah, dan masyarakat pada umumnya. Information and Communication Technology ICT dapat mendukung proses belajar-mengajar di sekolah serta meningkatkan kualitas pengajaran dengan memfasilitasi akses ke situs web yang bertema pendidikan, meningkatkan keterampilan pemanfaatan ICT dan interaksi di antara sekolah-sekolah, murid dan guru. Hal yang sering terjadi dalam satuan pendidikan pada jenjang SMP upaya implementasi ICT untuk pembelajaran juga menghadapi banyak kendala. Kendala-kendala tersebut baik yang bersifat internal yang berhubungan dengan kemampuan sekolah dan keterampilan guru, sedangkan yang bersifat eksternal yang berhubungan dengan pemangku kepentingan stakeholder. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru bahwa salah satu kompetensi guru dalam bidang Pedagogik adalah memanfaatkan ICT untuk kepentingan pembelajaran, yaitu memanfaatkan ICT dalam pembelajaran yang diampu. Disebutkan juga bahwa salah satu kompetensi guru dalam bidang profesional 6 adalah memanfaatkan ICT untuk mengembangkan diri, yaitu memanfaatkan ICT dalam berkomunikasi dan pengembangan diri. Realitas saat ini guru-guru di Indonesia pada umumnya masih banyak yang belum mengimplementasikan ICT dalam pembelajaran. Di sisi lain, ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai di suatu sekolah maupun yang merupakan milik pribadi guru, sering tidak diiringi dengan kemampuan para guru untuk memanfaatkannya sebagai media pendukung pembelajaran secara optimal, sehingga peralatan ICT tersebut masih terkesan hanya dijadikan pajangan sebagai simbol teknologi. Guru yang berkompeten dan profesional adalah hal yang menjadi persyarat utama untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu diperlukan adanya kemampuan baik dari sisi pengetahuan, keterampilan seorang guru dalam menciptakan suatu pembelajaran yang baru guna meningkatkan motivasi siswa. Adapun indikator guru profesional dan kompeten adalah guru yang mampu beradaptasi dengan perkembangan keilmuan yang hari demi hari semakin canggih. Selain itu, guru yang profesional dan kompeten juga harus mampu menerapkan model dan metode pembelajaran berdasarkan tuntutan waktu dan kebutuhan peserta didik. Penerapan pola ini akan menciptakan suasana menyenangkan dalam belajar, enjoy dalam mengajar, yang pada akhirnya akan menghasilkan proses KBM yang berkualitas termasuk peserta didik yang berprestasi. Sama halnya pendidikan di wilayah Kabupaten Bantul, Yogyakarta pengetahuan akan keberadaan ICT dikalangan guru dinilai masih rendah terlihat dari belum dimanfaatkannya secara maksimal beberapa software dalam 7 pembelajaran ICT. Terutama untuk wilayah yang sekolahnya berada di pelosok bagian timur Yogyakarta dimana kebanyakan tidak mendapatkan informasi mengenai pengembangan ICT untuk guru, sehingga informasi tidak menyebar dengan merata. Sehingga kondisi tersebut akan berbeda dengan sekolah-sekolah yang berada diwilayah tengah dan barat. Oleh karena itu implementasi ICT guru belum secara merata dapat diimplementasikan di sekolah, masih sangat diperlukan adanya pelatihan, diklat yang membahasa tentang pembekalan ICT. Pelatihan untuk pembekalan ICT guru sering dilakukan salah satunya dari pelatihan yang diselenggarakan PT Telekomunikasi Indonesia Telkom Tbk bekerja sama dengan Intel Indonesia Corporation dan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta. Tujuan diadakanya pelatihan untuk menciptakan para pendidik yang inovatif melalui pemanfaatan TIK dalam pembelajaran abad ke-21 dan menyongsong implementasi Kurikulum 2013. Kegiatan tersebut di bagi menajdi beberapa wilayah Kabupaten, termasuk Kabupaten bantul sebanyak 300 guru dari kabupaten bantul mengikuti pelatihan tersebut. Selain itu dapat membuat guru khususnya di Kabupaten Bantul menjadi terampil dalam menggunakan ICT dan dapat memanfaatkan dalam propses pembelajaran, dan terakhir menyadarkan para guru khususnya yang mengajar mata pelajaran ICT tentang pentingnya menghargai Hak Atas Kekayaan Intelektual HAKI Darmawan dan Supardi, 2009. Penggunaan ICT dalam pembelajaran selalu digunakan karena sekolah memiliki guru yang khusus untuk mengajarkan ICT dalam kelas. Akan tetapi sebagian besar kemampuan guru di sekolah dapat mengoperasikan komputer, 8 laptop ataupun netbook seperti pembuatan Powerpoint untuk presentasi, perhitungan Excel, dan navigasi standar perintah dalam komputer. Beberapa hal yang masih kurang dipahami oleh sebagian guru adalah tentang database sekolah baik input maupun ouput, hal ini dikarenakan kemampuan internet sebagian guru kurang memahami bagaimana connenct internet, alamat website, penggunaan sarana ICT lainnya. Guru menggunakan ICT setiap hari dalam pembelajaran misalkan untuk pada saat presentasi. Pada pokok bahasan tertentu proses pembelajaran dilakukan oleh guru khusus komputer atau guru yang lebih bisa mengoperasikan komputer. Kondisi tersebut dirasakannya masih kurang optimal dalam penggunaan ICT khususnya untuk keterampilan guru saat ini, disamping kurangnya latihan mandiri untuk masing-masing guru, terbatasnya program pelatihan ICT. Sebenarnya keinginan guru untuk memanfaatkan ICT dalam pembelajaran atau proses kegiatan sekolah sangat besar, akan tetapi keterbatasan waktu, dan tidak ada pengawasan secara intensif membuat hal tersebut tidak terlaksana. Lebih khusus untuk pembelajaran di SMP, ICT digunakan sebagai media belajar, memfasilitasi guru mengembangkan alat peraga, meningkatkan keterampilan untuk meningkatkan pemahaman siswa dari hal yang abstrak menjadi visual, dalam rangka meningkatkan produktivitas hasil belajar, meningkatkan interaksi belajar, dan pada akhirnya meningkatkan kebanggaan siswa serta meningkatkan akuntabilitas guru dalam meningkatkan kapasitas pribadi siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah sekolah tetapkan. 9 Prestasi belajar pada SMP di Kabupaten Bantul merupakan hal yang sangat membanggakan hal tersebut dapat dilihat dari hasil UNAS di Kabupaten Bantul yang menjadi salah satu yang terbaik pada tingkat nasional. Hasil UNAS yang baik tidak terlepas dari pengaruh fasilitas ICT yang ada di Kabupatten Bantul. Fasilitas ICT mempengaruhi prestasi belajar siswa, sehingga siswa dapat lebih mudah menangkap materi pelajaran. PBM sangat mendukung untuk mendapatkan hasil UNAS yang memuaskan, dengan fasilitas yang mencukupi proses PBM akan berjalan dengan baik dan tentu siswa akan mampu memperoleh hasil yang memuaskan terhadap Ujian Akhir Nasional atau UNAS. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila hasil akreditasi SMP Negeri di Kabupaten Bantul banyak yang mendapatkan akreditasi yang sangat memuaskan. Berdasarkan beberapa hal yang telah dikemukakan sebelumnya, maka sangat penting untuk diteliti dan dikaji lebih mendalam tentang pemanfaatan ICT oleh guru SMP, serta kendala-kendala yang menjadi penghambat implementasi tersebut.

B. Identifikasi Masalah