PEMANFAATAN (INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY) ICT OLEH GURU SMP DI KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Achmed Rizky Nugraha NIM 08101241031

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

“Memiliki otak yang cerdas tidaklah cukup, yang paling penting adalah bagaimana menggunakannya dengan baik.”

(Rene Descartes)

“Keingintahuan adalah kunci kreativitas” (Akio Morita)


(6)

Karya tulis Skripsi ini saya persembahkan pada :

1. Kedua orangtuaku, serta seluruh keluarga atas dukungan yang diberikan 2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta


(7)

YOGYAKARTA ABSTRAK

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk; a) mendeskripsikan pemanfaatan ICT oleh guru SMP; b) mendeskripsikan kendala-kendala yang menjadi penghambat implementasi ICT; dan c) mendeskripsikan upaya untuk mengatasi kendala implementasi ICT pada tingkat SMP.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Subyek penelitian adalah guru SMP sedangkan populasi sebanyak 1968 guru sampel yang digunakan 5% dari jumlah populasi sehingga jumlah sampel sebanyak 90 guru dari 10 sekolah yang terbagi atas wilayah timur, tengah, dan barat.

Hasil dalam penelitian ini diperoleh bahwa; 1) sebagian besar guru SMP di Kabupaten Bantul Yogyakarta dengan persentase 69,24% telah memanfaatkan ICT dengan baik. Pemanfaatan ICT terdiri atas; a) navigasi file komputer dengan persentase 69,52%; b) pemanfaatan email dengan persentase 51,90%; c) pemanfaatan web dan internet dengan persentase 75,08%; d) pemanfaatan word processor dengan persentase 72,22%; dan e) pemanfaatan media presentasi dengan persentase 77,46%. 2) kendala-kendala implementasi tersebut terangkum di antaranya tidak meratanya penyuluhan dari pemerintahan, besarnya dana yang tidak mencukupi untuk melengkapi sarana dan prasarana ICT, banyak perangkat ICT yang mengalami kerusakan dan jumlah perangkat ICT yang belum memadai (LCD, Scaner, printer, wifi). 3) upaya-upaya dalam mengatasi kendala-kendala yang ada adalah dengan terus mangajukan permohonan mengenai permohonan untuk pengembangan ICT, mengadakan pelatihan tentang pengetahuan penggunaan ICT melakukan memperbaiki pada perangkat ICT yang rusak dengan menggunakan dana sekolah masing-masing, membangun kesadaran setiap guru untuk terus berinovasi dan berkreasi.


(8)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemanfaatan ICT Oleh Guru SMP di Kabupaten Bantul Yogyakarta” dengan baik dan lancar. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini atas bantuan dari berbagai pihak baik yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada. 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan, Dosen Pembimbing Akademik, dan Segenap Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan yang telah memberikan bimbingan, arahan, ijin dan bantuan selama penulisan Tugas Akhir Skripsi ini.

4. Ibu Meilina Bustari M.Pd dan MM Wahyuningrum MM selaku dosen tugas akhir skripsi yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, motivasi, saran dan bantuan selama proses penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.


(9)

(10)

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

PENGESAHAN... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Batasan Masalah ... 10

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II. KAJIAN TEORI A. Sistem “Information and Communication Technology (ICT)” ... 12

B. Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis ICT ... 21

C. Kompetensi ICT bagi guru ... 32

D. Pemanfaatan ICT dalam Pembelajaran ... 36

E. Hambatan dalam Penggunaan ICT ... 39

F. Penelitian yang relevan ... 42

G. Kerangka Berpikir ... 44


(11)

B. Populasi dan Sampel ... 49

C. Teknik Pengumpulan Data ... 53

D. Instrumen Penelitian ... 53

E. Validasi Intrumen ... 55

F. Analisis Data ... 60

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 61

B. Pembahasan ... 84

C. Keterbatasan Penelitian.... ... 92

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA... 97


(12)

Tabel 1. Populasi ... 50

Tabel 2. Sampel ... 52

Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen ... 54

Tabel 4. Uji Validitas Instrumen ... 58

Tabel 5. Uji Reliabilitas Instrumen ... 60

Tabel 6. Karakteristik Jenis Kelamin Responden ... 61

Tabel 7. Karakteristik Umur Responden ... 62

Tabel 8. Karakteristik Pendidikan Responden ... 63

Tabel 9. Karakteristik Mata Pelajaran Responden ... 64

Tabel 10. Karakteristik Lama Mengajar Responden ... 65

Tabel 11. Persentase “Navigasi File” ... 66

Tabel 12. Persentase Email ... 68

Tabel 13. Persentase Web/Internet ... 69

Tabel 14. Persentase Word Processor ... 70

Tabel 15. Persentase Pemanfaatan Media Presentasi ... 72

Tabel 16. Rekap Pemanfaatan ICT ... 73


(13)

Gambar 1. Kerucut Pengalaman Belajar ... 24


(14)

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 101

Lampiran 2. Data Hasil Penelitian ... 109

Lampiran 3. Instrumen Karakteristik Responden ... 121

Lampiran 4. Instrumen Uji Validitas dan Reliablitas ... 123


(15)

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia diwajibkan untuk melaksanakan jenjang dalam pendidikan, agar dapat mendukung tujuan pendidikan nasional di Indonesia. Adapun pendidikan yang telah diwajibkan pemerintah adalah wajib belajar 9 tahun dalam arti pendidikan minimal yang ditempuh sampai pada tingkat SMP dan sederajat. Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 Pasal 3, tentang tujuan pendidikan nasional menyebutkan: pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan adanya pendidikan, setiap orang dapat mengembangkan segala potensi yang dimiliki baik dari kemampuan, keterampilan dan pemikiran sebagai wujud dari ekstensi diri.

Tantangan pendidikan pada abad ke-21 adalah membangun masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society) yang dapat dibangun melalui pengintegrasian Information and Communication Technology (ICT) dalam proses pembelajaran. Kebutuhan akan keterampilan dalam bidang ICT dewasa ini sangat mendesak, dimana kondisi ini sangat urgen bagi semua kalangan untuk mampu berperan lebih kompetitif dalam menguasai perkembangan zaman. Hal ini sama


(16)

dalam upaya menguasai bidang keilmuan tertentu yang ternyata kemampuan dan penguasaan ICT sangat menentukan. Begitu pula dengan pendidikan, dimana perkembangan ICT telah sejak lama dimanfaatkan.

Tujuan dalam pengintegrasian Information and Communication Technology (ICT) dalam proses pembelajaran diperlukan adanya tenaga pendidik yakni seorang guru. Adanya guru yang berkompeten dan profesional merupakan syarat mutlak hadirnya sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas. Menurut UNESCO (2005: 22) pendidikan modern guru dituntut untuk mampu mengintegrasikan ICT dalam proses pembelajaran. Dilihat dari sisi peran ICT bagi guru, maka pengintegrasian ICT dalam proses pembelajaran seharusnya memungkinkan dirinya untuk: (1) menjadi fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar; dan (2) dapat memberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar kepada siswa untuk mengalami peristiwa belajar. Oleh karena itu keterampilan guru dalam memanfaatkan ICT sangat diperlukan untuk mendukung adanya proses pembelajaran.

Guru memegang peran penting dalam proses pendidikan, selain itu guru menjadi tolok ukur berhasil atau tidaknya proses pendidikan yang dijalankan. Oleh karena itu, Guru sebagai aktor utama dalam proses pendidikan di sekolah perlu memiliki kompetensi dalam penggunaan ICT sebagai pendukung dalam kegiatan pembelajaran. Kompetensi merupakan uraian yang memadai dalam segi pengetahuan, keterampilan, sikap dan menguasai standar materi. Kompetensi akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru.


(17)

Dalam peningkatan mutu pendidikan melalui ICT Indonesia khususnya di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) membuat program yaitu (Information and Communication Technology Utilization for Educational Quality Enhancement Program) in DIY Province (ICT-EQEPDIY). Program ini bertujuan untuk peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan yang dituangkan dalam perencanaan pemanfaatan ICT. Program ini dilaksanakan pada tanggal 9 November 2006 bertempat di Kementerian Komunikasi dan Informatika Jakarta. Program ini disepakati antara Pemerintah Jepang yang diwakili oleh Japan International Cooporation Agency (JICA) dengan Pemerintah Indonesia melalui

Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO), Badan Perencanaan dan Pengembangan Nasional (BAPPENAS) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Minutes of Discussion (MoD). Selain itu beberapa kegiatan telah dimulai seperti penyusunan rencana strategis pendidikan untuk rencana jangka menengah dan jangka panjang, penyiapan instalasi peralatan ICT, tersedianya Jogja Learning Gateway (JLG). Dengan kesiapan tersebut masih diperlukan upaya

perbaikan secara berkesinambungan untuk melengkapi dan mengembangkannya. Program ini juga diharapkan akan mampu menjadi cikal bakal untuk dimulainya program ICT untuk pendidikan di daerah lain di Indonesia demi kemajuan masyarakat dan negara Indonesia (Kementerian Komunikasi dan Informatika, 18-04-2013).

Selanjutnya program lanjutan dalam pemanfaatan ICT pada tahun 2011 adalah Information and Communication Technology Utilization for Educational Quality Enhancement Program (ICT-EQEP) diadakan di SMP Negeri 1 Bantul.


(18)

Program ini sebagai pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk peningkatan dan pemerataan pendidikan di provinsi DIY. Adapun tema yang diambil adalah “Belajar Tanpa Batas” guna mewujudkan kesempatan belajar bagi siswa/i SD dan SMP, tanpa terikat ruang dan waktu. Pelaksanaan program ini ditargetkan di tahun 2012 dapat diimplementasikan di 500 sekolah yang terdiri dari 300 SD dan 200 SMP di DIY. Saat ini program ICT-EQEP baru diresmikan pada 110 sekolah di DIY. Peluncuran Program ICT-EQEP diresmikan langsung oleh Menkominfo Tifatul Sembiring didampingi Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Kepala Dinas Dikpora DIY Drs. Kadarmanta Baskara Aji. Hadir dalam peluncuran ini Kohara perwakilan dari Japan International Cooperation Agency (JICA) lembaga yang mendanai program ini. Program ini diharapkan tepat mutu dan tepat tuju, sehingga menjadi program yang bermanfaat bagi dunia pendidikan. Oleh karena itu, diberikan pelatihan bagi guru untuk meningkatkan kompetensi dalam bidang TIK, khususnya dalam pengembangan pembelajaran konten digital. Program ICT-EQEP merupakan pengembangan dari Program One School One Lab (OSOL). Program OSOL adalah pengadaan infrastruktur di sekolah-sekolah, sedangkan Program ICT-EQEP lebih luas yaitu meliputi penyediaan perangkat ICT, konten pembelajaran dan pelatihan. Perangkat TIK terdiri dari 21 PC untuk laboratorium komputer di sekolah dan pembangunan Internet Data Center (IDC) di BTKP DIY, serta jaringan komunikasi yang menghubungkan IDC ke sekolah-sekolah (sumber : http://btkp-diy.or.id/).


(19)

Dalam perkembangan ICT di sekolah-sekolah DIY cenderung stagnan, karena semua kegiatan tergantung pada program dan pendanaan dari pemerintah pusat. Akan tetapi hal tersebut tidak menjadi permasalahan karena Pemerintah telah memberikan bantuan seperangkat perangkat lunak sebagai media pembelajaran ICT. Dalam bidang pendidikan penerapan ICT dapat meningkatkan mutu pendidikan, sebagaimana ICT dapat memperbaiki komunikasi dan motivasi antar pemangku kepentingan terkait seperti, manajemen sekolah, guru, murid, orang tua, lembaga pendidikan, pemerintah, dan masyarakat pada umumnya. Information and Communication Technology (ICT) dapat mendukung proses belajar-mengajar di sekolah serta meningkatkan kualitas pengajaran dengan memfasilitasi akses ke situs web yang bertema pendidikan, meningkatkan keterampilan pemanfaatan ICT dan interaksi di antara sekolah-sekolah, murid dan guru.

Hal yang sering terjadi dalam satuan pendidikan pada jenjang SMP upaya implementasi ICT untuk pembelajaran juga menghadapi banyak kendala. Kendala-kendala tersebut baik yang bersifat internal yang berhubungan dengan kemampuan sekolah dan keterampilan guru, sedangkan yang bersifat eksternal yang berhubungan dengan pemangku kepentingan (stakeholder). Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru bahwa salah satu kompetensi guru dalam bidang Pedagogik adalah memanfaatkan ICT untuk kepentingan pembelajaran, yaitu memanfaatkan ICT dalam pembelajaran yang diampu. Disebutkan juga bahwa salah satu kompetensi guru dalam bidang profesional


(20)

adalah memanfaatkan ICT untuk mengembangkan diri, yaitu memanfaatkan ICT dalam berkomunikasi dan pengembangan diri. Realitas saat ini guru-guru di Indonesia pada umumnya masih banyak yang belum mengimplementasikan ICT dalam pembelajaran. Di sisi lain, ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai di suatu sekolah maupun yang merupakan milik pribadi guru, sering tidak diiringi dengan kemampuan para guru untuk memanfaatkannya sebagai media pendukung pembelajaran secara optimal, sehingga peralatan ICT tersebut masih terkesan hanya dijadikan pajangan sebagai simbol teknologi.

Guru yang berkompeten dan profesional adalah hal yang menjadi persyarat utama untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu diperlukan adanya kemampuan baik dari sisi pengetahuan, keterampilan seorang guru dalam menciptakan suatu pembelajaran yang baru guna meningkatkan motivasi siswa. Adapun indikator guru profesional dan kompeten adalah guru yang mampu beradaptasi dengan perkembangan keilmuan yang hari demi hari semakin canggih. Selain itu, guru yang profesional dan kompeten juga harus mampu menerapkan model dan metode pembelajaran berdasarkan tuntutan waktu dan kebutuhan peserta didik. Penerapan pola ini akan menciptakan suasana menyenangkan dalam belajar, enjoy dalam mengajar, yang pada akhirnya akan menghasilkan proses KBM yang berkualitas termasuk peserta didik yang berprestasi.

Sama halnya pendidikan di wilayah Kabupaten Bantul, Yogyakarta pengetahuan akan keberadaan ICT dikalangan guru dinilai masih rendah terlihat dari belum dimanfaatkannya secara maksimal beberapa software dalam


(21)

pembelajaran ICT. Terutama untuk wilayah yang sekolahnya berada di pelosok bagian timur Yogyakarta dimana kebanyakan tidak mendapatkan informasi mengenai pengembangan ICT untuk guru, sehingga informasi tidak menyebar dengan merata. Sehingga kondisi tersebut akan berbeda dengan sekolah-sekolah yang berada diwilayah tengah dan barat. Oleh karena itu implementasi ICT guru belum secara merata dapat diimplementasikan di sekolah, masih sangat diperlukan adanya pelatihan, diklat yang membahasa tentang pembekalan ICT. Pelatihan untuk pembekalan ICT guru sering dilakukan salah satunya dari pelatihan yang diselenggarakan PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk bekerja sama dengan Intel Indonesia Corporation dan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta. Tujuan diadakanya pelatihan untuk menciptakan para pendidik yang inovatif melalui pemanfaatan TIK dalam pembelajaran abad ke-21 dan menyongsong implementasi Kurikulum 2013. Kegiatan tersebut di bagi menajdi beberapa wilayah Kabupaten, termasuk Kabupaten bantul sebanyak 300 guru dari kabupaten bantul mengikuti pelatihan tersebut. Selain itu dapat membuat guru khususnya di Kabupaten Bantul menjadi terampil dalam menggunakan ICT dan dapat memanfaatkan dalam propses pembelajaran, dan terakhir menyadarkan para guru khususnya yang mengajar mata pelajaran ICT tentang pentingnya menghargai Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) (Darmawan dan Supardi, 2009).

Penggunaan ICT dalam pembelajaran selalu digunakan karena sekolah memiliki guru yang khusus untuk mengajarkan ICT dalam kelas. Akan tetapi sebagian besar kemampuan guru di sekolah dapat mengoperasikan komputer,


(22)

laptop ataupun netbook seperti pembuatan Powerpoint untuk presentasi, perhitungan Excel, dan navigasi standar perintah dalam komputer. Beberapa hal yang masih kurang dipahami oleh sebagian guru adalah tentang database sekolah baik input maupun ouput, hal ini dikarenakan kemampuan internet sebagian guru kurang memahami bagaimana connenct internet, alamat website, penggunaan sarana ICT lainnya.

Guru menggunakan ICT setiap hari dalam pembelajaran misalkan untuk pada saat presentasi. Pada pokok bahasan tertentu proses pembelajaran dilakukan oleh guru khusus komputer atau guru yang lebih bisa mengoperasikan komputer. Kondisi tersebut dirasakannya masih kurang optimal dalam penggunaan ICT khususnya untuk keterampilan guru saat ini, disamping kurangnya latihan mandiri untuk masing-masing guru, terbatasnya program pelatihan ICT. Sebenarnya keinginan guru untuk memanfaatkan ICT dalam pembelajaran atau proses kegiatan sekolah sangat besar, akan tetapi keterbatasan waktu, dan tidak ada pengawasan secara intensif membuat hal tersebut tidak terlaksana. Lebih khusus untuk pembelajaran di SMP, ICT digunakan sebagai media belajar, memfasilitasi guru mengembangkan alat peraga, meningkatkan keterampilan untuk meningkatkan pemahaman siswa dari hal yang abstrak menjadi visual, dalam rangka meningkatkan produktivitas hasil belajar, meningkatkan interaksi belajar, dan pada akhirnya meningkatkan kebanggaan siswa serta meningkatkan akuntabilitas guru dalam meningkatkan kapasitas pribadi siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah sekolah tetapkan.


(23)

Prestasi belajar pada SMP di Kabupaten Bantul merupakan hal yang sangat membanggakan hal tersebut dapat dilihat dari hasil UNAS di Kabupaten Bantul yang menjadi salah satu yang terbaik pada tingkat nasional. Hasil UNAS yang baik tidak terlepas dari pengaruh fasilitas ICT yang ada di Kabupatten Bantul. Fasilitas ICT mempengaruhi prestasi belajar siswa, sehingga siswa dapat lebih mudah menangkap materi pelajaran. PBM sangat mendukung untuk mendapatkan hasil UNAS yang memuaskan, dengan fasilitas yang mencukupi proses PBM akan berjalan dengan baik dan tentu siswa akan mampu memperoleh hasil yang memuaskan terhadap Ujian Akhir Nasional atau UNAS. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila hasil akreditasi SMP Negeri di Kabupaten Bantul banyak yang mendapatkan akreditasi yang sangat memuaskan.

Berdasarkan beberapa hal yang telah dikemukakan sebelumnya, maka sangat penting untuk diteliti dan dikaji lebih mendalam tentang pemanfaatan ICT oleh guru SMP, serta kendala-kendala yang menjadi penghambat implementasi tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan. Identifikasi masalah yang muncul adalah sebagai berikut:

1. Terdapat guru yang belum dapat memanfaatkan ICT misalkan projector. 2. Terdapat guru yang belum maksimal dalam mencari materi melalui

internet.

3. Terdapat guru yang masih belum bervariasi dalam menggunakan ICT. 4. Terdapat kendala pada penggunaan internet dan sarana prasarana ICT.


(24)

5. Terdapat guru yang masih tidak membuat sendiri materi pembelajaran melainkan hanya copy paste.

C. Batasan Masalah

Dari berbagai permasalahan yang ada, tidak kesemuanya dijadikan masalah dalam penelitian. Supaya hasil penelitian lebih terfokus, maka penulisan penelitian ini dibatasi pada implemntasi pemanfaatan ICT sebagai media pembelajaran guru di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan kendala yang berkaitan dengan pemanfaatan ICT di sekolah beserta upaya dalam mengatasi kendala tersebut.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan dari latar belakang di atas, merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pemanfaatan ICT oleh guru SMP?

2. Kendala-kendala apa saja yang menjadi penghambat implementasi ICT tingkat SMP?

3. Bagaimana upaya untuk mengatasi kendala yang menjadi penghambat implementasi ICT tingkat SMP?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dijabarkan di atas, maka tujuan dari penelitian yang adalah untuk mendeskripsikan:

1. Mendeskripsikan pemanfaatan ICT oleh guru SMP.

2. Mendeskripsikan kendala-kendala yang menjadi penghambat implementasi ICT tingkat SMP.


(25)

3. Mendeskripsikan upaya untuk mengatasi kendala yang menjadi penghambat implementasi ICT tingkat SMP.

F. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat khususnya bagi bidang yang terkait, sehingga proses penelitian yang dilakukan tidak sia-sia.

a. Manfaat teoretis

Penelitian ini dapat menambah wawasan tentang penggunaan ICT dalam pembelajaran dan lebih memahami hal yang berkaitan bidang garapan manajemen pendidikan terutama manajemen kurikulum.

b. Manfaat praktis 1. Bagi Sekolah

Sebagai acuan informasi untuk program pelatihan dan pendidikan yang berkaitan dengan implementasi ICT di sekolah.

2. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan menjadi referensi dalam memanfaatkan ICT di sekolah.


(26)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Sistem Information and Communication Technology (ICT) 1. Pengertian Sistem information and communication technology (ICT)

Information and Communication Technology (ICT) mencakup dua aspek

yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi dapat dikatakan sebagai ilmu yang diperlukan untuk mengelola informasi agar informasi tersebut dapat dicari dengan mudah dan akurat. Selain itu teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi merupakan wujud hasil pemikiran dan komunikasi bermedia sebagai salah satu upaya dalam memenuhi kebutuhan informasi dengan cepat, jelas dan melampaui batas ruang waktu. Cakupan teknologi komunikasi adalah segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentrasfer data dari perangkat satu keperangkat lain. Oleh karena itu penguasaan ICT berarti kemampuan memahami dan menggunakan alat ICT secara umum termasuk komputer dan memahami informasi ( Darmawan,2012: 16).

Menurut Miarso (2007: 131) teknologi informasi dan komunikasi adalah sarana prasarana (hardware, software, useware), sistem dan metode untuk perolehan, pengiriman, penerimaan, pengolahan, penafsiran, penyimpanan, pengorganisasian, dan penggunaan data yang bermakna. ICT merupakan seperangkat ilmu, prosedur, program, alat yang membentuk sebuah sistem tertentu yang dapat memudahkan kerja manusia. Sebagai sebuah sistem, di dalamnya


(27)

terkandung berbagai perangkat, baik perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan manusia sebagai useware untuk mempelajari dan mengaplikasikannya sesuai dengan tingkat urgensinya. Menurut Fauziah dan Hedwig (2010: 4) Information and Communication Technology adalah teknologi yang digunakan untuk menangani informasi dan membantu cara komunikasi (pengolahan informasi) dengan bantuan perangkat lunak dan perangkat keras komputer untuk mengkonversikan atau mengubah, menyimpan, mengolah, mengirim dan menerima informasi

Dari beberapa pengertian dasar di atas, dapat disimpulkan pengertian tentang Information Communication And Technology (ICT) yaitu merupakan alat yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu. Penerapan teknologi komputer (peralatan tehnik berupa perangkat keras dan perangkat lunak) untuk menciptakan, menyimpan, mempertukarkan dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk.

2. Jenis-jenis Information Communication And Technology (ICT) dalam proses pembelajaran

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 mengenai standar proses pendidikan dengan cara guru guru memberikan pengalaman belajar yang beragam kepada siswa seperti melakukan percobaan, diskusi kelompok, kegiatan memecahkan masalah (problem solving), mencari informasi di media massa,


(28)

mencari informasi dari nara sumber, mencari informasi di internet, menulis laporan, membuat cerita, berkunjung dan belajar di suatu objek di luar kelas.

Menurut Kwartolo (2010: 20) media berbasis komputer yang dimanfaatkan dalam dalam pembelajaran guna untuk meningkatkan kualitas pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Internet

Internet singkatan dari Interconnection Networking. Internet Diartikan sebagai a global network of computer networks atau sebuah jaringan komputer dalam skala global. Jaringan komputer ini berskala internasional yang dapat membuat masing-masing komputer saling berkomunikasi. Internet adalah sebuah jaringan komputer global yang terdiri atas jutaan komputer yang saling berhubungan dengan menggunakan protokol yang sama untuk berbagi informasi secara bersama. Aplikasi internet dapat dimanfaatkan dalam berbagai pola pembelajaran, yaitu: (a) pola pemanfaatan di laboratorium komputer; (b) pola pemanfaatan di kelas; (c) pola penugasan; dan (d) pola pemanfaatan individual.

b. E-learning

E-learning merupakan suatu jenis pembelajaran yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain. Dengan kata lain e-learning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet. Model pembelajaran e-learning ini memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan


(29)

menggunakan internet, intranet atau jaringan komputer lain. Terdapat tiga kreteria sebagai landasan e-learning dalam penggunaan teknologi internet untuk penyampai pembelajaran yaitu: 1) e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbarui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi. 2) pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar. dan 3) memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional.

Saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis ICT seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance Education,

CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (Learner-Centerted Classroom),

Teleconferencing, WBT (Web-Based Training). Umumnya e-learning

sebagai pembelajaran online melalui web ataupun internet. Meskipun demikian, e-learning, sesungguhnya meliputi web-based training, distance learning, virtual classroom, bahkan CD-ROM sekali pun. Dalam elearning,

bahan ajarnya bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja, di mana saja.

c. Email

E-mail atau Electronic Mail atau surat elektronik adalah pesan, atau surat


(30)

dikirimkan dari satu alamat ke alamat lain di jaringan internet. E-mail dapat dimanfaatkan secara efektif oleh guru dan siswa untuk berkomunikasi dan menyampaikan informasi yang berkaitan dengan tugas-tugas belajar, misalnya guru mengirimkan tugas untuk dikerjakan oleh siswa ke alamat e-mail setiap siswa, selanjutnya mengerjakan tugas tesebut, lalu dikirim kembali ke e-mail gurunya. Dalam kegiatan belajar dan pembelajaran di luar sekolah, siswa yang menghadapi kesulitan pelajaran dapat bertanya melalui e-mail kepada gurunya. Kegiatan tutorial dapat juga dilakukan melalui e-mail. Dalam keadaan guru berhalangan hadir, guru dapat memberi materi

dan tugas yang dikirim lewat e-mail. d. Laboratorium Bahasa

Laboratorium bahasa berbasis komputer tersebut mampu mengontrol siswa, mengatur komunikasi antara guru dengan siswa tertentu, guru dengan keseluruhan siswa, siswa dengan siswa. Hal ini sangat berbeda jauh dengan laboratorium bahasa konvensional yang mengandalkan kaset audio. Saat ini laboratorium bahasa sudah terintegrasi dengan komputer. Contohnya adalah Computerized Laboratories System. Sistem ini telah dilengkapi dengan

perangkat lunak teaching lab, software yang dibuat untuk mengoptimalkan kemampuan laboratorium komputer agar dapat pula berfungsi sebagai laboratorium bahasa.

e. Presentase power point

PowerPoint merupakan salah satu software presentasi yang sering dimanfaatkan guru dan siswa. Guru dan siswa dapat membuat teks, gambar,


(31)

tabel, diagram, grafik, memasukkan foto atau video, audio, dan membuat animasi sesuai kebutuhan. Presentasi menggunakan PowerPoint mampu mengkomunikasikan suatu gagasan kepada orang lain dengan berbagai tujuan, terutama untuk menarik perhatian siswa terhadap materi yang disajikan. PowerPoint dapat digunakan secara interaktif untuk membuat siswa lebih berkesan terhadap materi yang dipresentasikan.

f. CD Pembelajaran

CD pembelajaran merupakan salah satu media pembelajaran berbasis komputer. Saat ini juga sudah dikembangan CD pembelajaran interaktif, dimana siswa dapat berineteraksi dengan software tersebut. CD pembelajaran merupakan salah satu sumber belajar siswa yang dapat dimanfaatkan secara individual maupun kelompok. Standar kompetensi guru di bidang ICT menurut UNESCO empat langkah pemanfaatan ICT dalam proses pembelajaran menurut UNESCO, tujuh model pemanfaatan komputer dengan perangkatnya dalam proses pembelajaran (pembelajaran dengan komputer; pembelajaran berbantuan komputer; pembelajaran berbasis web; pembelajaran jarak jauh; pembelajaran melalui jaringan; pembelajaran dengan portal pengetahuan (knowledge portals) atau internet; dan pembelajaran dengan jaringan pengetahuan (knoweledge networks) atau e-learning menjadi landasan peneliti untuk melakukan analisis terhadap berbagai temuan penelitian.

Menurut Darmawan (2012: 204) sistem pembelajaran berbasis ICT dapat menyajikan materi pelajaran yang lebih menarik, tidak monoton dan memudahkan


(32)

penyampaian salah satunya dengan pembelajaran berbasis multimedia. Dimana siswa dapat mempelajari materi tertentu secara mandiri dengan menggunakan komputer yang dilengkapi program berbasis multimedia. Secara umum multimedia merupakan kombinasi teks, gambar, seni grafik, animasi, suara, dan video, yang sangat membantu dalam pendidikan karena informasi yang dihasilkan memiliki nilai komunikasi interaktif yang tinggi. Selain itu dalam proses pembelajaran saat ini telah memanfaatkan teknologi informasi yang berupa overhead, projector, slide, film, videotape dan CD ROM.

3. Peranan teknologi Information Communication And Technology (ICT) dalam dunia pendidikan.

Menurut Hamzah dan Nina (2010: 61) mengemukakan peranan ICT dalam dunia pendidikan dimasa yang akan datang antara lain sebagai berikut:

a) Berkembangnya pendidikan terbuka dengan modus belajar jarak jauh (Distance Learning).

b) Sharing resource bersama antar-lembaga pendidikan atau pelatihan dalam sebuah jaringan.

c) Perpustakaan dan instrumen pendidikan lainnya seperti guru, perpustakaan, dan laboratorium akan berubah fungsinya menjadi sumber informasi.

d) Penggunaan teknologi informasi interaktif seperti CD-ROM/DVD-ROM dan multimedia dalam pendidikan secara bertahap akan mengganICTan televisi dan video.

e) Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dalam bidang pendidikan memungkinkan lembaga dengan peserta didik dapat melakukan sistem pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan media internet, terutama untuk menghubungkan siswa dengan pengajarnya, tatap muka dapat dilakukan secara online, melakukan transaksi pembayaran, melihat jadwal belajar, mengirim berkas tugas yang diberikan pengajar, dan sebagainya.

Menurut Darmawan (2012: 55) pemanfaatan ICT untuk pendidikan yang telah diterapkan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:


(33)

a) kelompok pertama adalah pemanfaatan sebagai media dalam penyampaian materi pengajaran atau sering dikenal sebagai Computer Assiated Instructional (CAI). Pemanfaatan ini informasi materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa di kemas dalam suatu perangkat lunak. b) Pemakaian kelompok kedua merupakan pendistribusian materi ajar

melalui jaringan internet. Dalam hal ini materi pembelajaran dapat dikemas dalam bentuk webpage ataupun program belajar interatif.

c) Pemakaian kelompok ketiga adalah media komunikasi dengan pakar, narasumber atau peserta didik yang lain. Komunikasi ini dapat digunakan untuk menanyakan hal-hal yang tidak bisa dimengerti atau mengemukakan pendapat supaya dapat ditanggapi peserta yang lain.

Berdasarkan pendapat di atas mengenai peranan ICT dalam dunia pendidikan disimpulkan bahwa adanya ICT dalam lingkungan pendidikan lebih memudahkan dalam proses pembelajaran seperti penyampain materi, pembuatan CD interaktif yang lebih dapat menarik siswa, pencarian materi diluar dari buku panduan tersebar luas dan dapat berkomunikasi dengan jarak jauh untuk berbagai keperluan dalam pendidikan. Selain itu dengan adanya ICT memudahkan dalam pemberian informasi jarak jauh misalkan pengiriman tugas belajar, melihat jadwal pelajaran, dll.

4. Keuntungan Penggunaan Information Communication And Technology (ICT) Menurut Fauziah dan Hedwig (2010: 101) keuntungan yang didapat dalam bidang pendidikan dari berbagai ICT yaitu keuntungan dalam bidang pendidikan banyak memberikan manfaat bagi perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan ICT telah mendorong lahirnya sistem pembelajaran jarak jauh, misalnya di hardvard university yang sudah menggunakan e-learning sehingga para peserta

didik dapat mengakses modul pelajaran lewat jaringan internet, mengikuti kegiatan pembelajaran di rumah tanpa harus hadir di kelas, bahkan dapat mengikuti kegiatan persekolahan maupun kursus jarak jauh, semua kegiatan


(34)

pembelajaran tak dibatasi oleh jarak, ruang, dan waktu. Model pembelajaran jarak jauh tersebut dikenal dengan istilah e-learning tersedianya fasilitas e-learning (pembelajaran berbasis internet atau lewat internet yang dilakukan secara virtual) ini memungkinkan untuk melakukan kegiatan online cource (kursus melalui internet) dan e-equcation (sekolah melalui internet). Bahkan bagi peserta didik, penggunaan ICT telah membantu dalam pencarian segala bentuk informasi dan data sebagai sumber penunjang pembelajaran di sekolah dan penyelesaian tugas-tugas di sekolah. Selain itu, menurut Fauziah dan Hedwig (2010: 83) penggunaan ICT telah mendorong lahirnya perangkat lunak (software) bantu untuk belajar atau prakICT, seperti:

a) Freeware yaitu sistem operasi yang termasuk perangkat lunak digunakan secara bebas yang dikembangkan oleh Microsoft dan software aplikasi yang dikembangkan oleh pengembang lainnya.

b) Shareware yaitu pemakaian sistem operasi secara bersama.

c) Opensource yaitu data yang dapat dipaki secara bersama dan hasilnya pun dapat ditambah oleh setiap orang dari pihak luar. Keuntungan dalam bidang sains membantu penelitian di lingkungan dan perguruan tinggi. Menurut Wijayanti (2011) urgensi peningkatan kemampuan ICT guru adalah :

1) ICT dapat digunakan untuk membantu pekerjaan administratif (Word processor& Kebutuhan Wajib Tingkat Dasar,Spreadsheet) .

2) ICT dapat digunakan untuk membantu mengemas bahan ajar (Multimedia) Kebutuhan Tingkat Menengah .

3) ICT dapat digunakan untuk membantu proses manajemen pembelajaran (e-learning, Kebutuhan Tingkat Lanjut,dll).

4) ICT dapat digunakan untuk dukungan teknis dan meningkatkan pengetahuan agar dapat mewujudkan self running creation (antivirus, tools, jaringan, ,internet, dll)

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa keuntungan dalam penggunaan ICT sangat luas terutama bagi dunia pendidikan yang dapat menguntungkan siswa


(35)

dan guru. Bagi siswa dapat digunakan sebagai bahan pencarian materi dan contoh penyelesaian masalah dari berbagai sumber referensi, kemudian bagi pengajaran atau guru memungkinkan pemberian materi secara online, dan tugas yang diberikan secara online. Keuntungan dari adanya pemanfaatan ICT dalam pendidikan yang sifatnya positif baik bagi siswa dan guru untuk membantu dalam proses pembelajaran. ICT sebagai alat bantu dan fasilitas pembelajaran seperti yang kita ketahui, fasilitas ICT sangat membantu proses pembelajaran. Contohnya, dalam menyampaikan informasi, dengan menggunakan fasilitas multimedia informasi akan cepat sampai ke peserta didik dengan lebih akurat karena dengan adanya berbagai fasilitas multidedia tersebut, peserta didik lebih termotivasi untuk belajar dan mengeksplorasi pengetahuannya secara lebih luas. B. Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis ICT

1. Pengertian belajar dan pembelajaran

Menurut Arifin (2003: 8) belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar, baik individual maupun kelompok, baik mandiri maupun dibimbing. Dorongan untuk belajar ini bisa berasal dari dirinya sendiri yang disebut motivasi instrinsik dan dorongan yang datang dari luar dirinya yaitu disebut dengan motivasi ekstrinsik. Dari segi guru, proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku tentang suatu hal. Belajar merupakan proses internal yang kompleks yang meliputi seluruh ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Djamarah (2006: 10) belajar adalah proses perubahan prilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku,


(36)

baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan, baik itu perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan pembelajaran merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk memudahkan siswa dalam mencapai tujuan atau keberhasilan yang diharapkan.

Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik (Wikipedia.com).

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (Syaiful Sagala, 2011: 62) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu


(37)

didapatkan dengan kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru.

2. Ciri-ciri belajar dan pembelajaran

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang sesuatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 7).

Pada saat ini kebanyakan strategi yang digunakan oleh guru dalam kelas-kelas tradisional pada umumnya meliputi: penggunaan ceramah, tanya jawab, penjelasan, pemberian ilustrasi, pendemonstrasian, atau mengarahkan siswa secara langsung ke sumber informasi selama pembelajaran berlangsung, atau menggunakan buku teks untuk pemberian tugas-tugas rumah. Model pembelajaran seperti itu terbukti gagal mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal, sehingga pada saat ini banyak sekali beberapa konsep pembelajaran yang diperkenalkan untuk mendongkrak keterpurukan mutu pembelajaran. Beberapa konsep pembelajaran tersebut antara lain: Active Learning, Contekstual Teaching Learning dan lain sebagainya, yang pada intinya menawarkan strategi


(38)

pembelajaran yang mengutamakan aktivitas siswa dari pada aktivitas guru. Oleh karena itu, agar diperoleh model pembelajaran yang efektif untuk mengimplementasikan kurikulum berbasis kompetensi perlu memperhatikan pula kerucut pengalaman belajar yang dikemukakan Peter Sheal sebagaimana digambarkan dalam krucut pengalaman di bawah ini:

Gambar 1 Kerucut Pengalaman Belajar menurut Edgar Dale Sumber: Melvin, 2006: 23

Berdasarkan gambar diatas dapat dikatakan bahwa jika guru mengajar dengan ceramah, siswa akan mengingat hanya 20% karena siswa atau hanya mendengarkan. Sebaliknya jika guru meminta siswa melakukan sesuatu dan melaporkannya maka mereka akan mengingat sebanyak 90%. Hal ini ada kaitannya dengan pendapat Confucius bahwa apa yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat; dan apa yang saya lakukan, saya paham (Melvin,2006: 23).

Berdasarkan pendapat di atas mengenai ciri-ciri belajar dan pembelajaran merupakan perilaku komplek setiap siswa dalam pembelajaran yang tampak dari luar. Dimana pengalaman belajar menjadi penentu sesorang siswa dapat memahami proses dalam belajar. Pengalaman belajar dilihat dari bagaimana siswa


(39)

membaca, mendengar, mencatat, kombinasi melihat dan mendengar, melihat dan melakukan dan mengatakan hasil kesimpulan.

3. Evaluasi belajar dan pembelajaran

Evaluasi menurut Arikunto (2004: 1) adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Evaluasi merupakan proses sederhana memberikan/menetapkan nilai sesuatu tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses orang, dan objek.

Evaluasi belajar merupakan suatu proses yang sistematis untuk mengetahui tingkat pencapaian belajar siswa berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Selain itu evaluasi belajar merupakan untuk menentukan nilai belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan penilaian atau pengukuran belajar dan pembelajaran. Pengertian pengukuran dalam kegiatan belajar dan pembelajaran adalah proses membandingkan tingkat keberhasilan belajar dan pembelajaran dengan ukuran keberhasilan belajar dan pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif. Pengertian penilaian belajar dan pembelajaran adalah proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan belajar dan pembelajaran secara kualitatif. Menurut Sudjana (2000: 31) evaluasi belajar adalah proses pemberian atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.


(40)

Evaluasi yang diberikan oleh guru mempunyai banyak kegunaan bagi siswa, guru, maupun bagi guru itu sendiri. Menurut Sumiati dan Asra (2009: 200) hasil tes yang diselenggarakan oleh guru mempunyai kegunaan bagi siswa, diantaranya:

a. Mengetahui apakah siswa sudah menguasai materi pembelajaran yang disajikan oleh guru.

b. Mengetahui bagian mana yang belum dikuasai oleh siswa, sehingga dia berusaha untuk mempelajarinya lagi sebagai upaya perbaikan.

c. Penguatan bagi siswa yang sudah memperoleh skor tinggi dan menjadi dorongan atau motivasi untuk belajar lebih baik.

Menurut Harjanto (2005: 277) evaluasi pembelajaran adalah penilaian atau penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan peserta didik kearah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam hukum. Hasil penilaian ini dapat dinyatakan secara kuantitatif maupun kualitatif. Dari pengertian tersebut dapat diketahui salah satu tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mendapatkan data pembuktian yang akan mengukur sampai dimana tingkat kemampuan dan pemahaman peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian evaluasi menempati posisi yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Karena dengan adanya evaluasi keberhasilan pembelajaran dapat diketahui.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran merupakan penilaian terhadap kemajuan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran. Evaluasi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Karena dengan adanya evaluasi pembelajaran keberhasilan pembelajaran dapat diketahui hasilnya. Oleh karena itu evaluasi pembelajaran harus disusun dengan tepat, agar dapat menilai kemampuan siswa dengan tepat.


(41)

4. Konsep Pembelajaran ICT

Terkait dengan pengertian ICT banyak pakar pendidikan memberikandefenisi mengenai ICT, seperti yang dipaparkan oleh Thomson, Ganxglass, dan Simon bahwa ICT merupakan suatu pengalaman belajar yang disampaikan melalui teknologi elektronika. Secara utuh ICT (pembelajaran elektronik) dapat didefenisikan sebagai upaya menghubungkan pembelajar (peserta didik) dengan sumber belajarnya (data base, pakar/instruktur, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan namun dapat saling berkomunikasi, berinteraksi atau berkolaborasi secara (secara langsung atau synchronous dan secara tidak langsung atau asynchronous). ICT merupakan bentuk pembelajaran atau pelatihan jarak jauh yang memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informasi, misalnya internet, video/audio broadcasting, video/audio conferencing (secara langsung dan tidak langsung). Kegiatan ICT

termasuk dalam model pembelajaran individual.

Menurut Loftus (dalam Siahaan, 2004: 5) kegiatan ICT lebih bersifat demokratis dibandingkan dengan kegiatan belajar pada pendidikan konvensional, karena peserta didik memiliki kebebasan dan tidak merasa khawatir atau ragu-ragu maupun takut, baik untuk mengajukan pertanyaan maupun menyampaikan pendapat/tanggapan karena tidak ada peserta belajar lainnya yang secara fisik langsung mengamati dan kemungkinan akan memberikan komentar, meremehkan, atau mencemoohkan pertanyaan maupun pernyataannya. Profil peserta ICT adalah seseorang yang : (1) mempunyai motivasi belajar mandiri yang tinggi dan memilikikomitmen untuk belajar secara bersungguh-sungguh karena tanggung


(42)

jawab belajarsepenuhnya berada pada diri peserta belajar itu sendiri (2) senang belajar dan melakukan kajian-kajian, gemar membaca demi pengembangan diri terus menerus, dan yang menyenangi kebebasan (3) mengalami kegagalan dalam mata pelajaran tertentu di sekolah konvensional dan membutuhkan penggantinya, atau yang membutuhkan materi pelajaran tertentu yang tidak disajikan oleh sekolah konvensional setempat maupun yang ingin mempercepat kelulusan sehingga mengambil beberapa mata pelajaran lainnya melalui ICT, serta yang terpaksa tidak dapat meninggalkan rumah karena berbagai pertimbangan.

Rosenberg (dalam Rusman, 2010: 3) mengkategorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam ICT, yaitu:

a. ICT bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan informasi. Persyaratan ini sangatlah pentingdalam ICT, sehingga Rosenberg menyebutnya sebagai persyaratan absolut.

b. ICT dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakanstandar teknologi internet, Web TV, Web Cell Phones, pagers, dan alat bantudigital personal lainnya walaupun bisa menyiapkan pesan pembelajaran tetapitidak bisa digolongkan sebagai ICT.

c. ICT terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusipembelajaran yang mengungguli paradigma tradisional dalam pelatihan mengemukakan bahwa saat ini ICT telah berkembang.

Suyanto (2005: 3) mengemukakan bahwa saat ini ICT telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis Teknologi Informasi dan


(43)

Komunikasi seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance ICT, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning

Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem),

LCC(Learner Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web Based Training).

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa pembelajaran ICT digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet. Pembelajaran ICT dilakukan sebagai upaya menghubungkan pebelajar (pesertadidik) dengan sumber belajarnya (database, pakar atau instruktur, perpustakaan) yangsecara fisik terpisah atau bahkan berjauhan namun dapat saling berkomunikasi, berinteraksi atau berkolaborasi secara langsung/synchronous dan secara tidak langsung.

5. Fungsi Pembelajaran ICT

ICT sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, hal ini dikarenakan guru yang menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan dari bahan pelajaran yangdiberikan pada siswa. Guru sadar bahwa tanpa bantuan ICT, maka bahan pelajarn sukar dicerna dan dipahami oleh setiap siswa, terutama bahan pelajaran yang rumitatau kompleks.

Sebagai alat bantu, ICT mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pembelajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses pembelajaran dengan bantuan ICT mempertinggi kegiatan belajar siswa


(44)

dalam tenggang waktu yang cukup lama. Walaupun demikian, penggunaan ICT sebagai alat bantu tidak bisa sembarangan menurut sekehendak hati guru. Tetapi harus memperhatikan dan mempertimbangkan tujuan.

Pada dasarnya pembelajaran ICT memiliki beberapa fungsi, Winataputra (2005: 59) :

a. Penggunaan pembelajaran ICT bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif.

b. Pembelajaran ICT merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran. Hal ini mengandung salah satu komponen yang tidak berdirisendiri tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi belajar yang diharapkan.

c. Pembelajaran ICT dalam penggunaannya harus relevan dengan tujuan dan isi pembelajaran. Fungsi ini mengandung makna bahwa penggunaan ICT dalam pembelajaran harus selalu melihat kepada tujuan dan bahan ajar.

d. Pembelajaran ICT bukan berfungsi sebagai hiburan, dengan demikian tidak diperkenankannya hanya sekedar untuk permainannya hanya sekedar untuk permainan atau memancing perhatian siswa saja.

e. Pembelajaran ICT berfungsi mempercepat proses belajar. Fungsi ini mengandungarti bahwa dengan pembelajaran ICT siswa dapat menangkap tujuan dan bahan ajar lebih mudah dan lebih cepat.


(45)

f. Pembelajaran ICT berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Pada umumnya hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran ICT akan tahan lama mengendap sehingga kualitas pembelajaran memiliki nilai yang tinggi.

g. Pembelajaran ICT meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya penyakit verbalisme.

Menurut Siahaan (2009: 5), setidaknya ada 3 (tiga) fungsi pembelajaran elektronik terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction). Suplemen (tambahan) dikatakan berfungsi sebagai suplemen apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan. Komplemen (pelengkap) dikatakan berfungsi sebagai komplemen apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pengayaan atau remedial. Dikatakan sebagai pengayaan (enrichment), apabila kepadapeserta didik yang dapat dengan cepat menguasai/ memahami materi pelajaran yang disampaikan pada saat tatap muka diberi kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran yang telah diterima di


(46)

kelas. Dikatakan sebagai program remedial, apabila peserta didik yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran pada saat tatap muka diberikan kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang untuk mereka. Tujuannya agar peserta didiksemakin mudah memahami materi pelajaran yang disajikan di kelas. Substitusi (pengganti) dikatakan sebagai substitusi apabila ICT dilakukan sebagai pengganti kegiatan belajar, misalnya dengan menggunakan model-model kegiatan pembelajaran. Ada 3 (tiga) alternatif model yang dapat dipilih, yakni: (1) sepenuhnya secara tatap muka (konvensional), (2) sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya melalui internet.

C. Kompetensi information and communication technology (ICT) bagi guru Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, menyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Aspek-aspek kompetensi yang harus dimiliki (dipenuhi) guru, yang berkaitan dengan ICT adalah pada kompetensi pedagogik yaitu pemanfaatan teknologi pembelajaran, dan pada kompetensi sosial menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional. Oleh karena itu, penguasaan (pemanfaatan) ICT oleh guru dalam pembelajaran sangat penting. Kemajuan tersebut harus diikuti dengan pengembangan sumber daya tenaga pendidik. Untuk menunjang pengembangan tersebut, dibutuhkan adanya fasilitas ICT.


(47)

Menurut Majid (2012: 5) kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanana tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat intelegen harus ditunjukan sebagai kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dalam bertindak. Dengan demikian kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukan kulitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru.

Menurut Wijayanti (2011) memberikan Standar Kompetensi dalam penguasaan ICT adalah :

a) Mengoperasikan komputer personal dan periferalnya

b) Merakit, menginstalasi, menset-up, memelihara dan melacak serta memecahkan masalah (troubleshooting) pada komputer personal

c) Melakukan pemrograman komputer dengan salah satu bahasa pemrograman berorientasi objek

d) Mengolah kata ( word processing ) dengan komputer personal

e) Mengolah lembar kerja (spreadsheet) dan grafik dengan komputer personal

f) Mengelola pangkalan data (data base) dengan komputer personal atau komputer server

g) Membuat presentasi interaktif yang memenuhi kaidah komunikasi visual dan interpersonal.

Dalam menanggapi berbagai kebijakan pemerintah itu, hampir semua sekolah merespon secara positif melalui berbagai tindakan, seperti:

a) Mengirim guru untuk mengikuti kegiatan pelatihan, penataran, seminar dan workshop mengenai ICT.

b) Mengadakan kegiatan pelatihan dan sosialisasi bagi seluruh guru dengan mendatangkan nara sumber.


(48)

c) Mendorong guru untuk melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan sebagaimana ditentukan pemerintah.

d) Melengkapi berbagai sarana dan media yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran.

e) Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan berbagai strategi dan metode, meskipun tidak semua sekolah mampu melaksanakan secara efektif.

f) Mengadakan studi banding ke sekolah lain yang dipandang lebih maju. Dalam setiap kebijakan pemerintah untuk memajukan pendidikan, selalu diikuti kegiatan sosialisasi dan pelatihan. Tetapi berbagai kegiatan tersebut hanya menambah pengetahuan guru dan kurang mampu merubah cara pemikiran apalagi perilaku. Kebanyakan guru masih memiliki pemikiran, bahwa proses pembelajaran adalah sekedar menyampaikan materi pelajaran, sehingga perubahan kurikulum kurang mampu merubah proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dalam meningkatkan penguasaan ICT adalah meliputi kegiatan pembelajaran secara tatap muka teori dan praktek serta kegiatan field work dengan maksud untuk memadukan pengalaman wawasan yang

diperoleh dari pembelajaran dengan aplikasinya di sekolah atau lembaga pendidikan yang ditunjuk.

Kehadiran teknologi khususnya teknologi komputer yang biasa memberikan dukungan terhadap proses penbelajaran baik sebagai alat pembelajaran, sebagai ntutor untuk menyajikan informasi dalam pembelajaran berbantuan komputer (computer assisted instruction) berbentuk pelatihan dan pengulangan maupun


(49)

tutorial, dan komputer sebagai tutee dalam belajar mengenal program komputer. Padangan guru mengenaia bagaiman proses belajar terjadi akan berimplikasi terhadap pilihan strategi integrasi teknologi antara hardtechnology dan softtechnology karena berimplikasi terhadap preskripsi pembelajaran bagaimana

akan dilaksanakan dan teknologi akan difungsikan di dalam proses pembelajaran. Adapun pandangan tersebut di bagi menjadi dua yaitu pandangan obyektivitas yang banyak di pengaruhi oleh teori belajar behavioristik dan teori kognitif terutama model pemrosesan informasi. Kemudian pandangan konstruktiivistik yang merupakan cabang evaluasi dari teorii belajar kognitif. Kedua pandangan tersebutt membentuk asosiasi terhadap bentuk aplikasi teknologii dalam pembelajaran misalnya program CAI. Oleh karena kedua pandangan tersebut memiliki nilai potensial dan berarti untuk membantu proses belajar dan pembelajaran dalam menncapai tujuan di era digital dan teknologi (Pujiriyanto, 2012: 104-105).

Integrasi teknologi di dalam proses pembelajaran berarti ada proses untuk mengintegrasikan antara materi pembelajaran dan strategi pembelajaran. Perkembangan teknologi membawa tuntunan baru kemampuan mengkombinasikan dan mengintegrasikan teknologi ke dalam praktik pembelajaran disertai komitmen kualitas. Pengetahuan tentang materi (PM), pendagogi pembelajaran (PP), dan teknologi (PT) dalam praktik pembelajaran tidak bekerja terpisah namun saling bekerja sama. PMPT adalah sebagai paket pengetahuan sebagai hasil interaksi dari ketiga pengetahuan tersebut dan sangat berbeda dengan pengetahuan tersebut secara terpisah yaitu PM, PP dan PT. PMPT


(50)

dapat dijadikan sebagai dasar untuk pembelajaran melalui pengintegrasian teknologi secara efektif. Pada dasarnya PMPT adalah pengetahuan atau konsep tentang penggunaan teknologi, teknik pembelajaran menggunakan teknologi dengan cara konstruktif, memahami bahwa suatu konsep ada yang sulit dan mudah bagi siswa dan menentukan bagaiman teknologi bisa mengemabnagakan dan membantu, pemahaman pengetahuan awal siswa dan epistimologi tentang pengetahuan: pengetahuan bagaimana teknologi bisa membangun pengetahuan awal dan mengembangangkan cara-cara baru untuk memperkuat pengetahuan tersebut menjadi sangat penting (Pujiriyanto, 2012: 112-113).

D. Pemanfaatan information and communication technology (ICT) dalam Pembelajaran

Keterampilan ICT adalah kemampuan untuk menggunakan teknologi digital, alat komunikasi atau jaringan untuk memecahkan masalah informasi dengan tepat sesuai fungsinya dalam masyarakat informasi (Mary M. Somerville et. al mengutip dari ETS, 2005: 3). Keterampilan ICT merupakan kemampuan individu untuk menggunakan ICT secara tepat untuk mengakses, mengelola dan mengevaluasi informasi, mengembangkan pemahaman baru, dan berkomunikasi dengan orang lain untuk berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat.

Menurut Sterling Brasley dalam Pujiriyanto (2012: 84) menjabarkan terdapat tujuh komponen keterampilan ICT sebagai berikut:

a. Menentukan (define); kemampuan menggunakan perangkat ICT untuk mengindentifikasi dan menyajikan informasi secara tepat


(51)

b. Mengakses (access); kemampuan mengumpulkan dan atau melacak sumber informasi pada lingkungan digital

c. mengelola (manage); kemampuan untuk mengelola dan mengklasifikasikan informasi.

d. Mengintegrasikan (integrate); kemampuan mengintegrasikan dan menyajikan informasi digital dnegan menggunakan ICT sebagai alat untuk sintesis, meringkas, membandingkan dari bebagai sumber.

e. Mengevaluasi (evaluate); kemampuan menentukan dan memilih informasi terbaik terkait degan tugas-tugas.

f. Membuat (create); kemampuan menghasilkan informasi dengan mengadaptasi, menerapkan, mendesain atau menemukan informasi dari lingkungan berbasis ICT

g. Mengkomunikasikan (communicate); kemampuan mengkomunikasin informasi secara tepat dalam konteks pemanfaatanya di lingkungan ICT termasuk kemampuan menentukan informasi dan mengkomunikasikan kemampuan dengan cara yang sesuai.

Hal tersebut dipertegas lagi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru bahwa salah satu kompetensi guru dalam bidang pedagogik adalah memanfaatkan ICT untuk kepentingan pembelajaran, yaitu memanfaatkan ICT dalam pembelajaran yang diampu. Selanjutnya kompetensi guru dalam bidang profesional adalah memanfaatkan ICT untuk mengembangkan diri, yaitu memanfaatkan ICT dalam berkomunikasi dan pengembangan diri.


(52)

Menurut AES (2006: 5) mengemukakan bahwa dalam pengukuran pemannfaatan guru dalam keterampilan ICT di ukur dengan menggunakan ICT Survey. ICT survei pada dasarnya digunakan untuk mengetahui kemampuan diri seorang guru dilihat dari tingkat pengetahuan dan keterampilan ICT dilihat berdasarkan bagaimana menggunakan ICT dan sejauh mana mempromosikan penggunaan ICT dalam pembelajaran siswa dan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berdampak pada hal tersebut. Adapun indikator sebagai penilaian mengenai kemampuan guru dalam pemanfaatan ICT menurut AES (2006: 15) sebagai berikut:

1) Word Processing

2) Penggunan internet

3) Pengoperasian file navigation 4) Pengaplikasian Email

5) Aplikasi untuk Presentasi 6) Penggunaan Database

7) SIS manajemen kurikulum (SIS).

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa keterampilan ICT bagi guru merupakan kemampuan bagaimana cara penggunaan ICT dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan keseharian untuk mendukung proses kerja guru. Standar keterampilan yang harus dimiliki guru dalam bidang ICT salah satunya mampu mengakses segala informasi melalui media internet sebagai sumber bahan pengajaran. Keterampilan ICT mampu memberikan kontribusi mengenai penggunaan berdasarkan dari tujuh komponen (ETS, 2005: 4) yang harus dikuasai


(53)

dalam ICT seperti (1) menentukan (define); (2) mengakses (access); (3) mengelola (manage); (4) mengintegrasikan (integrate); (5) mengevaluasi (evaluate); (6) membuat (create); dan (7) mengkomunikasikan (communicate). E. Hambatan dalam Penggunaan Information And Communication

Technology (ICT)

Pada saat ini, Information And Communication Technology (ICT) memegang peranan yang penting dalam berbagai bidang, termasuk dalam dunia pendidikan. Salah satu penerapan ICT dalam dunia pendidikan antara lain pemanfaatan sarana multimedia dan media Internet dalam proses pembelajaran. Pemanfaatan sarana multimedia dalam proses pembelajaran diwujudkan melalui modul-modul pembelajaran yang lebih interaktif dan menarik minat pembelajar, misalnya penggunaan flash, adanya penjelasan melalui media suara/ audio dan penambahan fitur-fitur yang dapat meningkatkan partisipasi aktif dari pembelajar. Sedangkan dengan pemanfaatan media Internet dalam proses pembelajaran diharapkan akan mempermudah pembelajar dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan, sehingga diharapkan pembelajar akan aktif mencari informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan. Perkembangan ICT memang memiliki banyak manfaat, khususnya dibidang pendidikan. Oleh sebab itu, banyak orang yang ingin segera bisa memanfaatkannya. Namun, tidak bisa dipungkiri pemanfaatan ICT di dalam sektor pendidikan khusunya sebagai media pembelajaran memiliki beberapa hambatan.

Bondan dan Rakhmat (2005: 12) mengemukakan bahwa dalam konteks Indonesia terdapat lima jenis hambatan yang dihadapi saat ini dalam proses


(54)

pengembangan ICT yaitu : (1) dukungan kebijakan dari pemerintah daerah; (2) pendanaan dan kesinambungan program; (3) implementasi program; (4) ketersediaan teknologi infrastruktur dan konektifitas; dan (5) pengembangan lokal konten.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa hambatan dalam penerapan ICT di bidang pendidikan antara lain disebabkan oleh belum meratanya infrastruktur yang mendukung penerapan teknologi di seluruh Indonesia dan adanya ketidaksiapan sumber daya manusia untuk mendukung penerapan ICT. Belum meratanya infrastuktur yang mendukung penerapan ICT di bidang pendidikan merupakan permasalahan awal yang harus segera diselesaikan oleh pihak yang berwenang, karena tanpa adanya infrastruktur yang mendukung maka penerapan ICT di bidang pendidikan hanya akan menjadi impian semata. Infrastruktur merupakan komponen yang sangat penting yang berfungsi sebagai modal awal dan utama dalam penerapan ICT di bidang pendidikan. Kendala lainnya yang perlu diselesaikan adalah ketidaksiapaan sumber daya manusia untuk memanfaatkan ICT dalam proses pembelajaran. Ketidaksiapan ini dikarenakan pola kebiasaan pembelajaran yang masih belum menganggap penting peranan ICT dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

Dalam mengatasi hambatan tersebut diperlukan langkah-langkah penyelesaian yang sekaligus berfungsi sebagai prasyarat keberhasilan penerapan ICT dalam pembelajaran. Menurut Isjoni dan Mahmud (2008: 13) dalam bukunya yang berjudul ICT Untuk Sekolah Unggul, terdapat beberapa persyaratan agar dapat menerapkan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi,


(55)

yaitu tersedianya sarana prasarana yang menunjang pembelajaran berbasis ICT. Lebih lanjut dijelaskan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam menerapkan pembelajaran berbasis ICT adalah:

a) Pengajar harus memiliki akses terhadap teknologi digital dan Internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan. Ini berarti sekolah harus memiliki sarana prasarana yang memadai yang berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi, seperti tersedianya komputer/laptop, jaringan komputer, internet, laboratorium komputer, peralatan multimedia seperti CD, DVD, Web Camera dan lain-lain.

b) Harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi pembelajar dan pengajar. Materi-materi itu dapat berupa materi pembelajaran interaktif yang berbantuan komputer, seperti CD, DVD Pembelajaran Interaktif.

c) Pengajar harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu pembelajar agar mencapai standar akademik.

d) Harus tersedia anggaran atau dana yang cukup untuk untuk mengadakan, mengembangkan dan merawat sarana prasarana Teknologi Informasi dan Komunikasi tersebut.

e) Dan yang tak kalah penting adalah, adanya kemauan dari semua pihak, dalam hal ini guru dan peserta didik untuk menerapkan pembelajaran dengan dukungan teknologi komunikasi dan informasi tersebut.

Dalam lingkup pendidikan dan pelatihan kejuruan, menurut Haughey sebagaimana yang dikutip UNESCO (2005: 116) diidentifikasi lima isu kebijakan dan perhatian sehubungan dengan hambatan terhadap implementasi ICT dalam pembelajaran:

1) Infrastruktur yang tepat harus tersedia untuk menjamin pemerataan akses dan ketepatan pengiriman konten.

2) Administrasi, dimana sistem harus menyediakan sumber daya yang memadai dan dukungan untuk integrasi teknologi

3) Pembelajaran, dimana ICT harus digunakan untuk meningkatkan pembelajaran.

4) Pengajaran, dimana guru harus siap untuk menggunakan ICT untuk mengajar dan memfasilitasi belajar siswa; dan

5) Pengembangan konten yang dapat menjadi mahal dan memakan waktu, dan konten itu sendiri dapat memiliki umur simpan pendek, sementara mengembangkan dan menjaga kualitas tinggi produk pembelajaran yang up-todate merupakan tantangan utama bagi TVET.


(56)

Berdasarkan kajian di atas diperoleh kesimpulan kebijakan dalam mengatasi hambatan penggunaan ICT dilingkungan sekolah yaitu adanya infrastruktur yang tepat, adanya sistem, fungsi dimana ICT harus digunakan untuk meningkatkan pembelajaran, sumber daya manusia paling utama dimana guru siap untuk menggunaan ICT dalam proses pembelajaran. Hal paling uatama dalam mengatasi hambatan adalan harus tersedia anggaran atau dana yang cukup untuk untuk mengadakan, mengembangkan dan merawat sarana prasarana Teknologi Informasi dan Komunikasi tersebut. Selain itu adanya kemauan dari semua pihak, dalam hal ini guru dan peserta didik untuk menerapkan pembelajaran dengan dukungan teknologi komunikasi dan informasi tersebut.

F. Penelitian yang Relevan

Penelitian terdahulu dilakukan sebagai upaya memperjelas tentang variabel-variabel dalam penelitian ini, sekaligus untuk membedakan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Penelitian mengenai keterampilan guru memanfaatkan ICT Pada SMP belum ada yang meneliti. Berikut penelitian terdahulu yang berkaitan dengan keterampilan pemanfaatan ICT sebagai berikut 1. Herman dan Abdul (2010) “Potensi Pemanfaatan ICT Untuk Peningkatan Mutu

Pembelajaran SMA Di Kota Yogyakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Potensi penerapan ICT untuk pembelajaran dalam hal: (1) tingkat siswa dan staf kompetensi ICT, (2) model yang digunakan dalam menerapkan TIK, dan (3) hambatan dalam mengimplementasikan ICT. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang melibatkan 341 responden yang terdiri dari siswa, guru, tenaga ICT, staf administrasi, dan kepala sekolah.


(57)

Mereka dipilih secara acak dari 11 sekolah menengah atas di Kota Yogyakarta. Data kuantitatif dianalisis dengan statistik deskriptif dan data kualitatif dengan teknik induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 8 orang (2,3%) dari tingkat yang sangat rendah, 54 orang (15,8%) dari tingkat rendah, 115 orang (33,5%) tingkat menengah, 128 orang (37,5%) dari tingkat tinggi, dan 36 orang (10,6%) yang sangat tingkat tinggi. ICT telah menerapkan secara sistematis melalui desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi. Hambatan dalam melaksanakan ICT datang dari kurangnya personil, infrastruktur, hardware, dan software.

2. Palupiningdyah dan widiyanto (2009) “Strategi Peningkatan Kualitas Pembelajaran Melalui Pemanfaatan Increasing Learning Motivation ( ILMO)”. Hasil dari penelitian ini adalah : (1) Kompetensi mahasiswa dalam pemanfaatan ILMO telah sangat menguasai karena terdapat dasar penguasaan ICT yang telah dipelajari baik saat sekolah menengah, perkuliahan praktek kompueter semester 1 dan 2 maupun secara otodidak. Selain itu menu dalam ILMO tidak menyulitkan mahasiswa karena mudah diakses serta sesuai dengan kebutuhan mahasiswa; (2) Pembelajaran elektronik (e-learning) melalui ILMO merupakan pembelajaran pelengkap (complement learning) sehingga pembelajaran di kelas tidak perlu diganti namun perlu strategi peningkatan kualitas pembelajaran bagi Mahasiswa melalui pemanfaatan ILMO dapat dilakukan melalui dua aspek yaitu dari mahasiswa sebagai subyek pembelajaran untuk selalu mengakses ILMO kaarena ditemukan jika tidak diwajibakan oleh dosen maka mahasiswa tidak mengakses ILMO, kemudian


(58)

diharapkan dosen mengupload materi perkuliahan tatap muka di kelas di tambah penugasan yang diupload melalui ILMO. Sehingga secara langsung akan memotivasi mahasiswa untuk mengaksesnya.

Penelitian dari peneliti terdahulu sama-sama bertema mengenai aplikasi Information And Communication Technology (ICT) baik dalam lingkup sekolah,

maupun secara global. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah lebih kependekatan pemanfaatan Information And Communication Technology (ICT) oleh guru SMP dalam proses pembelajaran. Penelitian yang dilakukan peneliti pada dasarnya diadopsi dari penelitian Herman dan Abdul dengan judul “Potensi Pemanfaatan ICT Untuk Peningkatan Mutu Pembelajaran SMA Di Kota Yogyakarta, akan tetapi penelitian ini mengadopsi intrumen penelitian ICT Teacher Survey yang telah ditetapkan dari Department of Education and Training

Western Australia.

G. Kerangka berpikir

Pemanfaatan ICT didefinisikan sebagai pemanfaatan teknis, misalnya kemampuan untuk menggunakan aplikasi pengolah kata atau aplikasi database . Saat ini pemahaman mengenai ketrampilan ICT sebagai digital kompetensi dalam konteks yang lebih luas. Pemanfaatan ICT pada dasarnya merupakan kompetensi pada bidang pembelajaran, yang mencerminkan pemerataan yang luas dalam penggunaan ICT. Pemanfaatan ICT diadaptasi, ditransfer, dan digunakan sebagai alat untuk membantu transformasi pembelajaran dalam hubungannya dengan hal penting lainnya seperti membaca, berhitung dan pemecahan masalah.


(59)

Peranan ICT dalam aspek pembelajaran digunakan sebagai media pendukung proses pembelajaran, seperti pada proses mengajar guru, interaksi antara guru dan membantu dalam aplikasi model pembelajaran interaktif secara personal. Maka dari itu dapat diasumsikan bahwa penguasaan ICT pada guru khusunya dalam hal ini adalah guru SMP merupakan penunjang untuk implementasi dalam kegiatan pembelajaran dan sebaliknya terdapat kendala-kendala yang menjadi pengambat implementasi ICT.

Peran guru sangat diperlukan sebagi mediator bagi kecerdasan setiap siswa. Oleh karena itu pemanfaatan ICT di lingkungan guru sangat perlu diperhatikan. Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru bahwa salah satu kompetensi guru dalam bidang Pedagogik. Kompetensi pendagogik salah satunya yang harus dipemuhi adalah memanfaatkan ICT untuk kepentingan pembelajaran. Oleh karena itu diperlukan adanya penelitian terhadap guru-guru lingkungan SMP mengenai pemanfaatan ICT baik sebagai media pembelajaran maupun pendukung kegiatan sekolah.

Adapun kerangka berpikir mengenai pemanfaatan ICT dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:


(60)

Gambar 2 Kerangka Pemikiran H. Pertanyaan Penelitian.

Pada tahap ini penulis berkepentingan untuk dapat lebih memahami mengenai pemanfaatan ICT oleh guru SMP sebagai pendukung kegiatan pengajaran di sekolah. Adapun pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah:

4. Bagaimana pemanfaatan ICT dalam menentukan (define); mengakses (access); mengelola (manage); mengintegrasikan (integrate); mengevaluasi (evaluate); membuat (create); dan mengkomunikasikan (communicate). word processing di SMP di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta?

Pemanfaatan ICT oleh guru SMP

1) Word Processing 2) Penggunaan internet

3) Pengoperasian file navigation 4) Pengaplikasian Email

5) Aplikasi untuk Presentasi

Implementasi ICT Kendala-kendala Implementasi ICT (1) menentukan (define); (2) mengakses (access); (3) mengelola (manage);

(4) mengintegrasikan (integrate); (5) mengevaluasi (evaluate); (6) membuat (create); dan (7) mengkomunikasikan (communicate).


(61)

5. Bagaimana pemanfaatan ICT dalam menentukan (define); mengakses (access); mengelola (manage); mengintegrasikan (integrate); mengevaluasi (evaluate); membuat (create); dan mengkomunikasikan (communicate). internet/aplikasi http di SMP di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta?

6. Bagaimana pemanfaatan ICT dalam menentukan (define); mengakses (access); mengelola (manage); mengintegrasikan (integrate); mengevaluasi (evaluate); membuat (create); dan mengkomunikasikan (communicate). file navigasi komputer di SMP di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta?

7. Bagaimana pemanfaatan ICT dalam menentukan (define); mengakses (access); mengelola (manage); mengintegrasikan (integrate); mengevaluasi (evaluate); membuat (create); dan mengkomunikasikan (communicate). email di SMP di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta?

8. Bagaimana pemanfaatan ICT dalam menentukan (define); mengakses (access); mengelola (manage); mengintegrasikan (integrate); mengevaluasi (evaluate); membuat (create); dan mengkomunikasikan (communicate). aplikasi untuk presentasi di SMP di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta?

9. Kendala-kendala apa saja yang menjadi penghambat implementasi ICT pada SMP di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta?


(62)

10. Bagaimana upaya untuk mengatasi kendala yang menjadi penghambat implementasi ICT pada SMP di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta?


(63)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Sugiyono, 2013: 22). Jenis penelitian deskriptif kuantitatif yang digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keterampilan guru dalam memanfaatkan ICT dalam pembelajaran di SMP di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2013: 90) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi bukan hanya sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, akan tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek tersebut, subyek dalam penelitian ini adalah guru. Populasi dalam penelitian ini adalah SMP Negeri di


(64)

Kabupaten Bantul, DIY yang berjumlah 48 sekolah. Adapun tabel populasi sebagai berikut :

Tabel 1 Populasi

No. Nama Sekolah

Jumlah Guru

1 SMP NEGERI 1 SANDEN 38

2 SMP NEGERI 1 BANTUL 67

3 SMP NEGERI 2 BANTUL 60

4 SMP NEGERI 1 PIYUNGAN 30

5 SMP NEGERI 1 PANDAK 35

6 SMP NEGERI 1 BANGUNTAPAN 42

7 SMP NEGERI 1 SEWON 41

8 SMP NEGERI 2 KASIHAN 26

9 SMP NEGERI 2 BAMBANGLIPURO 48

10 SMP NEGERI 1 SEDAYU 42

11 SMP NEGERI 1 IMOGIRI 40

12 SMP NEGERI 1 PLERET 38

13 SMP NEGERI 2 SRANDAKAN 26

14 SMP NEGERI 2 BANGUNTAPAN 53

15 SMP NEGERI 3 PANDAK 24

16 SMP NEGERI 1 KRETEK 34

17 SMP NEGERI 1 PAJANGAN 32

18 SMP NEGERI 1 SRANDAKAN 45

19 SMP NEGERI 3 SEWON 38

20 SMP NEGERI 1 KASIHAN 33

21 SMP NEGERI 3 BANGUNTAPAN 45

22 SMP NEGERI 3 BANTUL 51

23 SMP NEGERI 4 BANGUNTAPAN 54

24 SMP NEGERI 1 JETIS 42

25 SMP NEGERI 1 PUNDONG 47

26 SMP NEGERI 2 PIYUNGAN 34

27 SMP NEGERI 2 PANDAK 38

28 SMP NEGERI 2 PLERET 40

29 SMP NEGERI 1 DLINGO 48

30 SMP NEGERI 4 PANDAK (TERBUKA) 35

31 SMP NEGERI 2 SANDEN 45


(65)

34 SMP NEGERI 2 IMOGIRI 38

35 SMP NEGERI 4 SEWON 24

36 SMP NEGERI 2 SEDAYU 38

37 SMP NEGERI 3 JETIS 35

38 SMP NEGERI 3 PAJANGAN 41

39 SMP NEGERI 2 JETIS 38

40 SMP NEGERI 5 BANGUNTAPAN 41

41 SMP NEGERI 2 PUNDONG 42

42 SMP NEGERI 3 IMOGIRI 42

43 SMP NEGERI 1 BAMBANGLIPURO 52

44 SMP NEGERI 3 PLERET 49

45 SMP NEGERI 2 PAJANGAN 50

46 SMP NEGERI 2 DLINGO 40

47 SMP TERBUKA 2 IMOGIRI 50

48 SMP NEGERI 4 PANDAK 37

Total 1968

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013: 118). Pengambilan sampel menggunakan teknik Sampling berimbang. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 98) yang dimaksud sampling berimbang menunjuk pada ukuran jumlah yang tidak sama, disesuaikan dengan jumlah anggota tiap-tiap kelompok yang lebih besar. Dengan demikian maka dalam pengambilan sampel, peneliti mengambil wakil dari setiap kelompok yang ada dalam populasi dengan jumlah yang disesuaikan jumlah anggota dalam setiap kelompok. Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah SMP Negeri di Kabupaten Bantul. Populasi dari 48 sekolah dengan jumlah guru 1968, peneliti mempunyai pertimbangan untuk menentukan populasi sekolah berdasarkan wilayah yaitu barat, tengah dan timur. Sekolah yang terletak di


(66)

bagian timur yang merupakan sekolah yang relatif jauh dari pusat perkotaan sehingga penyebaran sarana ICT masih terkendala dan ketrampilan guru perlu adanya peningkatan, bagian tengah yang merupakan sebagai barometer pendidikan dan merupakan pusat kota dan dilalui jalur-jalur utama sehingga penyebaran jadi lebih merata tetapi guru-gurunya belum memiliki ketrampilan ICT, dan bagian barat merupakan daerah pinggiran tetapi fasilitas akses internet sudah dapat masuk sehingga guru perlu belajar meningkatkan diri. Menurut Syafaruddin Siregar (2005:134) untuk penelitian dalam pendidikan sampel dapat digunakan 5% dari populasi yang berjumlah 1968 sehingga jumlah guru yang dijadikan sampel 98 guru. Adapun pembagian sekolah yang dijadikan sampel adalah sebagai berikut:

Tabel 2 SMP di Kabupaten Bantul yang dijadikan sampel

No. Nama Sekolah Sampel Jumlah

Bagian Timur

1 SMP NEGERI 1 PLERET 10

2 SMP NEGERI 1 DLINGO 10

3 SMP NEGERI 2 DLINGO 8

Bagian Tengah

4 SMP NEGERI 1 BANTUL 13

5 SMP NEGERI 3 SEWON 10

6 SMP NEGERI 1 PUNDONG 9

7 SMP NEGERI 2 PUNDONG 10

Bagian Barat

8 SMP NEGERI 2 BAMBANGLIPURO 10

9 SMP NEGERI 2 KRETEK 9

10 SMP NEGERI 4 PANDAK 9


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)