Analisa dan Usulan Perbaikan Kualitas Produk dengan Metode Taguchi (Studi Kasus pada PT. Asam Jawa)

(1)

ANALISA DAN USULAN PERBAIKAN KUALITAS

PRODUK DENGAN METODE TAGUCHI

(Studi Kasus Pada PT. Asam Jawa)

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri

Oleh:

DERITA MELIANA SITORUS NIM: 090423041

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

ANALISA DAN USULAN PERBAIKAN KUALITAS

PRODUK DENGAN METODE TAGUCHI

(Studi Kasus Pada PT. Asam Jawa)

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri

Oleh:

DERITA MELIANA SITORUS NIM: 090423041

Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

(Ir. A. Jabbar M. Rambe, M.Eng) (Ir. Ukurta Tarigan, MT)

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan “YESUS KRISTUS”, atas segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan penulisan Tugas Sarjana ini.

Tugas Sarjana ini merupakan salah satu syarat akademis yang harus diselesaikan setiap mahasiswa jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Adapun judul tugas sarjana ini adalah Analisa dan Usulan Perbaikan Kualitas Produk dengan Metode Taguchi pada PT. Asam Jawa.

Dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penyelesaiannya. Untuk itu dengan tangan terbuka Penulis menerima saran dan kritikan untuk sempurnanya Tugas sarjana ini.

Akhir kata Penulis mengharapkan semoga Tugas Sarjana ini bermanfaat bagi pembaca sekalian dan mengucapkan terima kasih. Semoga Tuhan memberkati kita semua.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA , MEDAN PENULIS. Juni 2012


(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan Karya Akhir ini Penulis banyak mendapatkan dorongan dan bantuan baik material maupun moril dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah memberikan bantuan antara lain :

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT., selaku Ketua Departemen Teknik industri yang membantu mahasiswa untuk menyelesaikan studinya.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT., selaku Sekretaris Departemen Teknik industri dan Dosen Pembimbing II penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini, yang telah menyediakan waktunya untuk dapat memberikan bimbingan akademis kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

3. Bapak Ir. Mangara Tambunan, Msc. dan Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT., selaku koordinator Tugas Sarjana di Departemen Teknik Industri USU.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, M.SiE., selaku Ketua Bidang Manajemen Rekayasa dan Produksi.

5. Bapak Ir. A. Jabbar M. Rambe, M.Eng., selaku Dosen Pembimbing I penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini, yang telah menyediakan waktunya untuk dapat memberikan bimbingan akademis kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

6. Bapak Ir. Parsaoran Parapat, M.Si., selaku Dosen Pembanding I penulis, yang telah menyediakan waktunya untuk dapat dalam menguji dan memberikan penilaian Tugas Sarjana ini.


(5)

7. Bapak Aulia Ishak, S.T., M.T., selaku Dosen Pembanding II penulis, yang telah menyediakan waktunya untuk dapat dalam menguji dan memberikan penilaian Tugas Sarjana ini.

8. Bapak Ikhsan Siregar, S.T., M.Eng., selaku Dosen Pembanding III penulis, yang telah menyediakan waktunya untuk dapat dalam menguji dan memberikan penilaian Tugas Sarjana ini.

9. Bapak Bambang Sanepo, SH. yang telah meluangkan waktu untuk menerima dan membantu selama melakukan penelitian dan juga seluruh staf dan karyawan perusahaan PT. Asam Jawa.

10. Teristimewa buat kedua orang tua Penulis yang tercinta C. Sitorus dan O. Simbolon yang selalu memberikan Doa, dukungan dan nasihat yang sangat membantu dalam penyelesaian Tugas Sarjana serta abang, adik-adik dan keluarga penulis yang terus memberikan dan menjadi sumber motivasi dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

11. Ratna M. Siallagan, Rahmi Simanullang dan Dewi Kusumawaty sebagai sahabat penulis yang telah mendukung penulis.

12. Teman-teman stambuk 2009 ekstensi yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini terutama sahabat seperjuangan penulis sewaktu mengikuti kerja praktek dan Penelitian Tugas Sarjana yaitu Liber Sibarani dan Melpina Tarigan yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

13. Janji P. Situmorang, S.TP., yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini.


(6)

Semoga dengan adanya Tugas Sarjana ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kekurangan maupun kesalahan dalam penulisan Tugas Sarjana ini.

Medan, Juni 2012

Derita Meliana Sitorus


(7)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang Masalah ... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-2 1.3. Tujuan Penelitian ... I-3 1.4. Manfaat Penelitian ... I-3 1.5. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-4 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana ... I-4

II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1.Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2.Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2


(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.3. Organisasi dan Manajemen... II-3 2.3.1. Struktur Organisasi ... II-3 2.3.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-5 2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-17 2.3.4. Sistem Pengupahan ... II-20 2.4. Proses produksi ... II-21 2.4.1. Bahan yang Digunakan ... II-21 2.4.2. Uraian Proses Produksi ... II-21 2.4.3. Stasiun Pabrik Biji ... II-36

III. LANDASAN TEORI ... III-1 3.1. Kualitas ... III-1 3.2. Dimensi Kualitas ... III-2 3.3. Pengendalian Kualitas ... III-3 3.4. Tujuan Pengendalian Kualitas... III-6 3.5. Pengendalian Kualitas dengan Seven Tools ... III-6 3.6. Metode Taguchi ... III-23 3.7. Konsep Kualitas Taguchi ... III-24 3.8. Fungsi Kerugian Taguchi ... III-25 3.8.1. Fungsi Kerugian Nominal The Best (n.t.b)... III-26


(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.8.2. Fungsi Kerugian Smaller The Better (s.t.b)... III-27 3.8.3. Fungsi Kerugian Tidak Simetris ... III-28 3.8.4. Fungsi Kerugian Tidak Simetris ... III-28 3.9. Rasio Signal Terhadap Noise (SN Ratio) ... III-29 3.9.1. SN Ratio Nominal The Best ... III-29 3.9.2. SN Ratio Smaller The Better ... III-29 3.9.3. SN Ratio Large The Better ... III-30 3.10. Perancangan Parameter ... III-30 3.11. Identifikasi Produk.. ... III-31 3.11.1. Pemilihan Karakteristik Kualitas ... III-31 3.11.2. Pemilihan Level-level Faktor ... III-35 3.11.3. Pemilihan Matrik Ortogonal ... III-35 3.12. Langkah Penelitian Taguchi ... III-36

IV. METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Jenis Penelitian ... IV-1 4.3. Variabel Penelitian ... IV-1 4.4. Instrumen Penelitian... IV-2 4.5. Kerangka Konseptual ... IV-2


(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.6. Pelaksanaan Penelitian ... IV-4 4.7. Metode Pengumpulan Data ... IV-7 4.8. Pengolahan Data... IV-8 4.9. Analisa Pemecahan Masalah ... IV-12 4.10. Kesimpulan dan saran ... IV-12

V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA... V-I 5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.2. Pengolahan Data... V-2 5.2.1. Seven Tools ... V-2 5.2.2. Perencanaan Eksperimen dengan Metode Taguchi ... V-11 5.2.3. Persiapan dan Pelaksanaan Eksperimen Taguchi ... V-20 5.2.4. Perhitungan Efek Faktor Utama (Main Effect) ... V-21 5.2.5. Perhitungan ANAVA ... V-24 5.2.6. Strategi Pooling Up ... V-31 5.2.7. Pemilihan Kombinasi Level Faktor Optimal ... V-36 5.2.8. Perhitungan Prediksi Rata-rata dan Selang

Kepercayaan ... V-37 5.2.9. Pelaksanaan Eksperimen Konfirmasi ... V-39 5.3. Pemecahan Masalah ... V-40


(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN 5.3.1. Pengukuran Implementasi ... V-40 5.3.2. Peta Kendali p untuk Percobaan Implementasi ... V-42 5.3.3. Uji Selisih Antara Dua Proporsi ... V-43

VI. ANALISA PEMECAHAN MASALAH ... VI-1 6.1. Analisa dengan Statistical Process Control ... VI-1 6.2. Analisa Percobaan dengan Metode Taguchi ... VI-1 6.2.1. Analisa Efek Faktor Utama ... VI-2 6.2.2. Analisa Faktor Pooled dan Non Pooled ... VI-3 6.2.3. Analisa Persentase Kontribusi ... VI-4 6.2.4. Analisa Percobaan Konfirmasi ... VI-4 6.2.5. Analisa Perbandingan Selang Kepercayaan ... VI-5 6.2.6. Analisa Uji Selisih Antara Dua Proporsi ... VI-5 6.3. Pembahasan Hasil Kombinasi Optimal Taguchi... VI-5

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1. Data CPO yang Menyimpang Terhadap Standar Mutu ... I-1 2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja PT. Asam Jawa ... II-18 2.2. Jam Kerja ... II-19 2.3. Kriteria Kematangan Buah ... II-24 2.4. Tahapan Proses Perebusan 3 Puncak ... II-28 3.1. Contoh Percobaan Rancangan Parameter Sederhana ... II-33 3.2. Contoh Percobaan Rancangan Parameter dengan

Inner dan OuterArray ... II-34 5.1. Data Produksi CPO Bulan Pebruari 2012 ... V-1 5.2. Lembar Pemeriksaan Faktor Mutu CPO Pebruari 2012 ... V-3 5.3. Persentase Setiap Jenis Kesalahan pada Mutu CPO ... V-4 5.4. Data Proporsi Cacat CPO Bulan Pebruari 2012 ... V-7 5.5. Perhitungan UCL dan LCL ... V-8 5.6. Nilai Level Faktor ... V-15 5.7. Pemilihan Orthogonal Array dan Jumlah dof yang Sesuai ... V-19 5.8. Penempatan Faktor Pada Kolom Orthogonal Array ... V-19 5.9. Hasil Percobaan Terhadap Kecacatan CPO ... V-20 5.10. Tabel Respon Tiap Faktor ... V-21 5.11. Persentase Nilai Tiap Level Faktor ... V-21


(13)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.12. Peringkat Faktor Berdasarkan Average ... V-22 5.13. Nilai S/N Ratio ... V-23 5.14. Respon Kelas Reject Berdasarkan S/N Ratio ... V-23 5.15. Peringkat Faktor Berdasarkan S/N Ratio ... V-24 5.16. Hasil Frekuensi Kumulatif ... V-24 5.17. Analisis Varians ... V-31 5.18. Tabel Hasil Pooling Parsial I ... V-34 5.19. Tabel Hasil Pooling Parsial II ... V-36 5.20. Setting Percobaan Terpilih ... V-37 5.21. Setting Percobaan Terpilih ... V-39 5.22. Proporsi Cacat Implementasi ... V-41 6.1. Setting Awal ... VI-6 6.2. Setting Implementasi Taguchi... VI-6 6.3. Usulan Perbaikan untuk Faktor Tekanan pada Perebusan ... VI-7


(14)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT. Asam Jawa ... II-4 2.2. Uraian Proses Produksi Kelapa Sawit PT. Asam Jawa ... II-22 2.3. Lori ... II-26 2.4. Sterilizer ... II-27 2.5. Stasiun Penebahan ... II-30 2.6. Digester ... II-32 2.7. Screw Press ... II-32 2.8. Polishing Drum ... II-37 2.9. Hydrocyclone ... II-39 2.10. Kernel Dryer ... II-39 2.11. Kernel storage ... II-40 2.12. Tempat Penimbunan Kernel ... II-40 3.1. Check sheet... III-9 3.2. Histogram ... III-11 3.3. Pareto Diagram ... III-12 3.4. Scatter Diagram ... III-14 3.5. Peta Kontrol x ... III-17 3.6. Peta Kontrol R ... III-18 3.7. Peta Kontrol s ... III-19 3.8. Peta p ... III-20


(15)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN 3.9. Peta u ... III-21 3.10. Peta c ... III-22 3.11. Cause and Effect Diagram ... III-23 4.1. Kerangka Konseptual ... IV-4 4.2. Blok DiagramMetodologi Penelitian ... IV-6 4.3. Flow Chart Pengolahan Data ... IV-11 5.1. Histogram Kesalahan Jenis Faktor Mutu CPO ... V-4 5.2. Diagram Pareto Jenis Kesalahan Pada Pemeriksaan Mutu ... V-5 5.3. Diagram Pencar Mutu CPO Terhadap Kadar ALB ... V-5 5.4. Peta Kontrol p Produksi CPO Pebruari 2012 ... V-9 5.5. Diagram Sebab Akibat untuk Penyimpangan Kualitas

ALB (3%-5%) ... V-10 5.6. Model Proses Faktor Kualitas CPO Terhadap Responses ... V-12 5.7. Peta Kontrol p Implementasi ... V-42


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Matriks Ortogonal (Orthogonal Arrays) ... L-1 2. Luas Wilayah di Bawah Kurva Normal (Tabel Z) ... L-2 3. Nilai Kritik Sebaran F ... L-3 4. Surat Permohonan Tugas Sarjana ... L-4 5. Surat Penjajakan ... L-5 6. Surat Balasan dari Perusahaan ... L-6 7. SK Tugas Sarjana ... L-7 8. Sertifikat Seminar ... L-8 9. Lembar Asistensi Dosen Pembimbing ... L-9


(17)

ABSTRAK

PT. Asam Jawa merupakan perusahaan yang bergerak dalam pengolahan kelapa sawit yang tidak lepas dari masalah yang berhubungan dengan kualitas hasil pengolahan TBS menjadi CPO (Crude Palm Oil) yang diakibatkan oleh tidak sesuainya dengan standar kualitas. Hal ini dapat terlihat dengan frekuensi kecacatan yang terjadi pada produksi kelapa sawit akibat kerusakan tersebut target produksi tidak tercapai.

Tahapan pertama dalam usaha peningkatan kualitas CPO (Crude Palm Oil) pada perusahaan ini adalah dengan melakukan identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas CPO (Crude Palm Oil) dengan menggunakan metode seven tools yang kemudian dilanjutkan dengan metode Taguchi untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh dan meningkatkan kualitas CPO (Crude Palm Oil). Dari hasil pengolahan data dengan seven tools terdapat tujuh faktor berpengaruh. Diantara ke tujuh faktor tersebut dicari faktor apa yang memberikan pengaruh terbesar yang mengakibatkan kualitas produk menyimpang terhadap standar kualitas.

Dari hasil kesimpulan menunjukkan bahwa besarnya persentase kecacatan yang terjadi pada perusahaan awalnya berkisar 20,97% sedangkan persentase hasil implementasi dengan menggunakan metode Taguchi menurun menjadi 13,50%. Penurunan persentase kecacatan berarti menyatakan adanya perbaikan kualitas CPO (Crude Palm Oil). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas CPO (Crude Palm Oil) tersebut selama periode Pebruari 2012 dan menjadi prioritas utama untuk diperbaiki oleh pihak perusahaan setting pada stasiun perebusan adalah faktor tekanan pada perebusan menjadi 3 kg/cm2.

Keyword: Pengendalian Kualitas, Metode Taguchi, Seven Tools


(18)

ABSTRAK

PT. Asam Jawa merupakan perusahaan yang bergerak dalam pengolahan kelapa sawit yang tidak lepas dari masalah yang berhubungan dengan kualitas hasil pengolahan TBS menjadi CPO (Crude Palm Oil) yang diakibatkan oleh tidak sesuainya dengan standar kualitas. Hal ini dapat terlihat dengan frekuensi kecacatan yang terjadi pada produksi kelapa sawit akibat kerusakan tersebut target produksi tidak tercapai.

Tahapan pertama dalam usaha peningkatan kualitas CPO (Crude Palm Oil) pada perusahaan ini adalah dengan melakukan identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas CPO (Crude Palm Oil) dengan menggunakan metode seven tools yang kemudian dilanjutkan dengan metode Taguchi untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh dan meningkatkan kualitas CPO (Crude Palm Oil). Dari hasil pengolahan data dengan seven tools terdapat tujuh faktor berpengaruh. Diantara ke tujuh faktor tersebut dicari faktor apa yang memberikan pengaruh terbesar yang mengakibatkan kualitas produk menyimpang terhadap standar kualitas.

Dari hasil kesimpulan menunjukkan bahwa besarnya persentase kecacatan yang terjadi pada perusahaan awalnya berkisar 20,97% sedangkan persentase hasil implementasi dengan menggunakan metode Taguchi menurun menjadi 13,50%. Penurunan persentase kecacatan berarti menyatakan adanya perbaikan kualitas CPO (Crude Palm Oil). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas CPO (Crude Palm Oil) tersebut selama periode Pebruari 2012 dan menjadi prioritas utama untuk diperbaiki oleh pihak perusahaan setting pada stasiun perebusan adalah faktor tekanan pada perebusan menjadi 3 kg/cm2.

Keyword: Pengendalian Kualitas, Metode Taguchi, Seven Tools


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam dunia perusahaan kelapa sawit saat ini sedang mengalami persaingan yang sangat ketat, sehingga mengharuskan produsen menjaga dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Kualitas suatu produk merupakan salah satu faktor utama konsumen dalam memilih dan menentukan produk yang akan digunakan.

PT. Asam Jawa sebagai salah satu perusahaan kelapa sawit swasta ingin meningkatkan kualitas serta mengurangi adanya penyimpangan kualitas produk, tetapi perusahaan dalam memproduksi CPO (Crude Palm Oil) masih ada produk yang belum sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Adapun spesifikasi yang telah ditentukan adalah kadar ALB (Asam Lemak Bebas) (3-5)%, kadar air (0,10-0,12)% dan kadar kotoran (0,015-0,020)%. Selain itu juga, persentase penyimpangan rata-rata sebesar 20,97% yang berarti masih perlu dilakukan perbaikan kualitas produk. Adapun CPO (Crude Palm Oil) yang diproduksi mengalami penyimpangan standar kualitas dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Data CPO yang Menyimpang Terhadap Standar Mutu

No Tanggal Jumlah

Sampel

Faktor

Jumlah Hasil Pemeriksaan yang

Menyimpang Kadar ALB

(3- 5)%

Kadar Air (0,10-0,12)

%

Kadar Kotoran (0,015-0,020)%

1 1 Pebruari 2012 10 2 1 1 4

2 2 Pebruari 2012 13 3 - - 3

3 3 Pebruari 2012 10 2 - - 2

4 4 Pebruari 2012 10 2 1 - 3

Sumber: Catatan PT. Asam Jawa


(20)

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu diadakan suatu penelitian untuk mengidentifikasi faktor-faktor kontrol yang berpengaruh terhadap CPO (Crude Palm Oil) dan untuk mendapat setting terbaik dalam menghasilkan produk yang diharapkan yaitu melakukan analisa perbaikan kualitas dengan metode Taguchi. Metode Taguchi digunakan untuk prosedur percobaan perancangan parameter yang menyatakan nilai-nilai atau setting dari variabel yang dapat dikendalikan dan ditetapkan agar variasi yang disebabkan oleh beberapa variabel gangguan dapat diminimalkan.

Dengan melakukan penelitian menggunakan metode Taguchi ini, diharapkan dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap CPO (Crude Palm Oil) dan menghasilkan kombinasi setting yang lebih baik yang memberikan kualitas CPO (Crude Palm Oil) yang diinginkan konsumen serta memberikan peningkatan kualitas terhadap produk yang dihasilkan sehingga pada akhirnya dapat mendukung perusahaan dalam pencapaian target rendemen yang diinginkan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka pokok permasalahannya adalah faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kualitas CPO (Crude Palm Oil) dan bagaimana kombinasi yang lebih baik dari segi level dalam faktor-faktor yang berpengaruh sehingga dihasilkan CPO sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.


(21)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas CPO pada PT. Asam Jawa. Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap karakteristik kualitas CPO.

2. Melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang paling berpengaruh dari hasil

pooling parsial I dan II.

3. Menentukan kombinasi yang lebih baik dari faktor-faktor terkendali dan levelnya sehingga dihasilkan CPO yang sesuai dengan standar.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi mengenai kualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan.

2. Merupakan masukan yang berguna terutama dalam hal pengembangan kualitas produk terhadap pelanggan oleh perusahaan.

3. Menjadi sarana bagi penulis untuk melakukan latihan sehingga ilmu yang didapat dari perkuliahan dapat diterapkan dan dikembangkan yang kemudian akan dibandingkan terhadap permasalahan yang ada pada perusahaan.

4. Menjalin hubungan kerja sama antar perusahaan dan Universitas, Fakultas Teknik khususnya Teknik Industri yang menjadikan perusahaan menjadi wadah penerapan ilmu yang didapat dari perkuliahan.


(22)

1.5. Batasan Masalah dan Asumsi

Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik kualitas yang diteliti dibatasi hanya untuk karakteristik kualitas yang berlaku di perusahaan.

2. Penelitian tidak berhubungan dengan biaya.

3. Syarat mutu yang diteliti adalah kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kondisi perusahaan stabil sehingga data-data yang diperoleh mewakili kondisi perusahaan yang sebenarnya.

2. Proses produksi yang berlangsung pada perusahaan dianggap berjalan dengan lancar.

3. Tidak terjadi perubahan prosedur pengendalian kualitas selama penelitian berlangsung.

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana

Untuk memudahkan penulisan, pembahasan dan penilaian Tugas Sarjana ini, maka Tugas Sarjana ini dibagi menjadi beberapa bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat tentang latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi serta sistematika penulisan laporan.


(23)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini memaparkan secara singkat tentang gambaran dari objek penelitian, yaitu Sejarah Perusahaan, Ruang Lingkup Bidang Usaha, Organisasi dan Manajemen dan Proses Produksi.

BAB III LANDASAN TEORI

Bab ini menyajikan dasar teori dan metode yang digunakan sebagai dasar dan alat untuk memecahkan masalah. Teori yang digunakan adalah teori yang membahas tentang defenisi kualitas, dimensi kualitas, pengendalian kualitas, tujuan pengendalian kualitas, pengendalian kualitas dengan seven tools, metode Taguchi, konsep kualitas Taguchi, fungsi kerugian Taguchi, rasio signal Terhadap Noise (SN Ratio), perancangan parameter, identifikasi produk dan langkah penelitian Taguchi.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini mengemukakan tentang urutan langkah-langkah dalam pemecahan masalah dan penjelasan secara garis besar bagaimana langkah pemecahan persoalan dengan menggunakan metode yang digunakan.


(24)

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Pada bab ini merupakan pembahasan tentang penerapan metode Taguchi dalam kualitas produk, pengumpulan data, pengolahan data dengan cara mengidentifikasi variable-variabel yang mempengaruhi kualitas produk.

BAB VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH

Bab ini menganalisa hasil dari pengolahan data dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan yang dibutuhkan perusahaan.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan berisi tentang pokok-pokok hasil penelitian dan uraian singkat hasil analisa yang dilakukan. Sedankan saran berisi tindak lanjut dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(25)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Asam Jawa didirikan dengan Akta Notaris No.37 tanggal 16 Januari 1982 dari Notaris Barnang Armino Pulungan, SH di Medan. Kemudian disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan SK No. C2 3259 HT.01.01.Th.84 tanggal 6 Juni 1984 yang dimuat dalam Berita Negara RI No.797 tahun 1984.

Berdasarkan surat keputusan Menteri Pertanian Dirjen Perkebunan, PT. Asam Jawa dinyatakan sebagai perkebunan besar sebagai PMDN didapatkan berdasarkan S.P.T. Badan Koordinasi Penanaman Modal Dalam Negeri Pusat No.261/I/PMDN/1983 tanggal 13 Desember 1983.

Land clearing dan pembibitan digiatkan mulai 1982, demikian juga pembangunan prasarana serta penyiapan syarat-syarat bagi aplikasi kredit investasi ke Bank Indonesia cq Bank Ekspor Impor Indonesia. Tanaman pertama sudah mulai digiatkan pada tahun 1983 diatas lahan gambut yang cukup kering dan relatif tidak menyuplai hambatan yang berarti.

Dalam pengembangan yang lebih lanjut, ternyata yang dihadapi sebagian besar adalah lahan gambut basah atau berawa yang memerlukan sistem pengeringan secara efektif. Kontrak kerja pembangunan pabrik ditandatangani dengan pihak PT Star Trcc pada tahun 1983. Namun karena sesuatu hal, mulai awal tahun 1987 pekerjaan dilanjutkan dengan sistem swakelola. Setelah waktu 9


(26)

bulan, pabrik dengan kapasitas tahap pertama adalah 30 ton/jam, pada tanggal 21 Desember 1987 dapat diresmikan. Disamping modal serta dari dana pendiri, kredit pendahuluan dari Bank Ekspor Impor Indonesia sudah dapat diberikan pada media tahun 1983 dan kredit investasi sesungguhnya pada tahun 1985.

Fokus perhatian untuk masa yang akan datang, diarahkan bagi upaya-upaya sebagai berikut:

1. Penyelesaian penanaman 25% dari total areal 8.300 Ha, direncanakan selesai akhir tahun 1988.

2. Pembangunan pabrik tahap II menjadi total kapasitas 60 ton/jam, direncanakan selesai akhir triwulan III tahun 1988.

3. Perbaikan prasarana dan manajemen secara menyeluruh.

Pada bulan Januari 2004, dilakukan restrukturisasi managemen keseluruhan baik dari PKS maupun Kebun dimana setiap pimpinan tertinggi pada masing-masing bagian bertanggung jawab kepada General Manager. Hingga saat ini, luas lahan 8.400 Ha. Seluruh areal tersebut dibagi dalam 10 afdeling, baik yang tergolong areal pemeliharaan maupun areal pengembangan ditambah dengan afdeling emplasemen.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Asam Jawa merupakan perusahaan perkebunan besar swasta yang bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit dan pabrik pengolahan. Kelapa sawit diolah menjadi CPO dan Kernel. CPO dan Kernel dijual kepada para konsumen perusahaan.


(27)

2.3. Organisasi dan Manajemen 2.3.1. Struktur Organisasi

PT. Asam Jawa merupakan suatu perusahaan yang sudah dapat dikategorikan sebagai sebuah pabrik pengolahan kelapa sawit yang besar. Sehingga dalam menjalankan kegiatannya sehari-hari sangat membutuhkan suatu susunan struktur organisasi yang baik dan sistematis, sehingga setiap fungsi yang ada dapat dijalankan dengan baik.

Untuk menjalankan kegiatan ataupun aktivitasnya PT. Asam Jawa menetapkan struktur organisasi hubungan campuran, atau fungional dan lini dimana wewenang dari pimpinan tertinggi dilimpahkan kepada kepala bagian di bawahnya yang mempunyai keahlian tertentu serta sebagian dilimpahkan kepada pejabat fungsional yang koordinasi tetap diserahkan kepada kepala bagian. Kendali operasi dilaksanakan dari pusat dan dewan direksi yang berkedudukan di Medan-Sumatera Utara. Di bawah ini gambar struktur organisasi PT. Asam Jawa.


(28)

General Manager

Sekretaris Kepala Tata Usaha

KASI Pembukuan KASI Keuangan KASI Analisa Biaya KASI Gudang KASI Produksi

KA. Divisi Teknik Kasir Kepala Kantor Krani/TU KA. Divisi Pengolahan Manager Kebun Sulum

Manager Research & Development

Pimpro Pengembangan Manager Kebun Sei

Kalam Manager Kebun

Pangarungan Manager PKS

Kond. Divisi Kebun Kepala

Laboratorium KASI Logistik

KA. Divisi Kebun

Krani/TU Krani/TU Krani/TU

KA. Divisi Kebun

Kond. Divisi Kebun

KA. Divisi Kebun

Kond. Divisi Kebun

Krani/TU Kepala Kantor Staf Lapangan Kepala Kantor Wk. Pimpro Krani/TU Staf Lapangan

Ka. Bag. Pelayanan Umum Koordinator Pemanfaatan Pupuk Kabag Personalia & Umum KABAG Bengkel Otomotif

Eks Limbah PKS Ka.Bag Pengamanan

KASI Personalia Pemupukan Tks Pemupukan Cair Pemupukan Bokashi Krani/TU

KASI Alat Berat KASI Traksi KASI Bangunan Krani/TU Wakabag Pengamanan Umum Kesehatan Kepersonaliaan Krani/TU Bagian Mesin Bagian Las Krani/TU Wakabag Pengamanan

Keterangan: = Fungsional = Lini

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Asam Jawa


(29)

V-1 2.3.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Berikut ini merupakan tugas dari masing-masing personil yang terdapat pada struktur organisasi PT. Asam Jawa yaitu:

1. General Manager

a. Bertanggung jawab secara penuh dalam melaksanakan tugasnya demi kepentingan perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.

b. Membuat segala perencanaan dan strategi perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun panjang.

c. Mengkoordinir dan mengatur setiap kegiatan yang dijalankan perusahaan. 2. Kepala Tata Usaha

a. Menjalankan kebijakan pencatatan akuntansi keuangan sesuai ketentuan perusahaan.

b. Melakukan pemeriksaan, inventarisasi dan evaluasi sistem internal control dalam usaha mengamankan aset perusahaan.

c. Mengawasi, membina dan evaluasi kinerja dan sumber daya manusia pada bagian terkait dalam usaha untuk meningkatkan produktivitas kerja.

d. Pertanggungjawaban dari tugas-tugas yang diberikan dituangkan dalam bentuk laporan secara harian, bulanan dan tahunan.

3. Sekretaris

a. Bertanggung jawab untuk menjalin relasi yang baik antara perusahaan dan intitusi pasar modal untuk memfasilitasi efektivitas pemenuhan kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang berlaku di bursa efek dan pasar modal, termasuk Undang-undang Perseroan Terbatas.


(30)

b. Berkewajiban mengawasi perkembangan dan perubahan regulasi yang terjadi di bidang pasar modal, dan memberikan rekomendasi dan masukan kepada Direksi terkait dampak perubahan tersebut pada Perusahaan.

c. Bertanggung jawab dalam pemenuhan kepatuhan terhadap Anggaran Dasar Perusahaan serta peraturan perundangan yang berlaku di pasar modal dan bursa efek. d. Bertanggung jawab atas penyelenggaraan paparan publik dan menjalin hubungan

baik dengan pihak media massa.

e. Menangani hubungan investor dalam rangka menjalin dan meningkatkan komunikasi antara Perusahaan dengan para investor.

4. Kepala Divisi Pembukuan

a. Memberikan saran/masukan kepada atasannya baik diminta atau tidak diminta dalam hal perencanaan dan kebijakan pokok perusahaan.

b. Menciptakan suasana yang harmonis, aman dan tenteram dalam kehidupan bermasyarakat, sosial dan beragama di lingkungan divisi.

c. Dalam menjalankan tanggung jawab diberi wewenang untuk mengambil sikap terhadap bawahan yang dianggap perlu, sementara pelaporan harus disampaikan kepada atasan langsung.

d. Melengkapi dan mengembangkan manajemen teknik secara inovatif guna pencapaian sasaran mutu yang lebih efektif dan efisien.

5. Kepala Divisi Keuangan

a. Bertanggung jawab terhadap keuangan perusahaan yang berkaitan dengan pemeliharaan barang-barang inventaris perusahaan, prasarana dan sarana penunjang bidang kultur teknis, pabrik, produksi dan administrasi yang ada di divisi keuangan.


(31)

b. Merencanakan sumber-sumber dana yang diperoleh.

c. Menganalisa laporan keuangan untuk menilai apakah perusahaan mempunyai posisi keuangan yang baik.

d. Menciptakan suasana yang harmonis, aman dan tenteram dalam kehidupan bermasyarakat, sosial dan beragama di lingkungan divisi.

6. Kepala Divisi Analisa Biaya

a. Mempersiapkan Langkah-langkah kebijaksanaan yang perlu di lakukan sehubungan dengan kegiatan pengelolaan administrasi pembukuan dimaksud.

b. Menyajikan laporan keuangan untuk setiap bulan, triwulan, dan tahunan berupa neraca dan daftar laba rugi baik untuk kepentingan intern maupun ekstern.

c. Melaksanakan tugas lainnya yang diperintahkan bagian keuangan. d. Pertanggung jawabannya kepada kepala divisi keuangan.

7. Kepala Divisi Gudang

a. Bertanggung jawab terhadap penyimpanan di gudang dalam bentuk laporan harian, bulanan dan tahunan.

b. Memberikan masukan kepada atasan dalam hal analisa biaya yang berkaitan dengan divisi.

c. Menciptakan suasana yang harmonis, aman dan tenteram dalam kehidupan bermasyarakat, sosial dan beragama di lingkungan divisi.


(32)

8. Kepala Divisi Produksi

a. Bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan instruksi dari atasannya dalam bidang kultur teknis, produksi kebun, pengolahan dan administrasi yang berlaku terhadap divisi produksi.

b. Bertanggung jawab terhadap pengawasan, pembinaan dan pengarahan dalam bidang disiplin kerja, produktivitas kerja guna tercapainya kuantitas dan kualitas kerja yang maksimal yang dibatasi oleh norma-norma perusahaan.

c. Dalam menjalankan tanggung jawabnya diberi wewenang untuk mengambil sikap atau tindakan terhadap bawahannya yang dipandang perlu, sementara pelaporan harus disampaikan kepada atasan langsung.

9. Kasir

a. Untuk memastikan fungsi pembayaran telah dipelihara dengan baik dan benar dan untuk memastikan bahwa kontrol yang tepat atas fungsi-fungsi ini berada di tempat dengan bekerja sama sebagai tim dengan anggota lain dalam departemen.

b. Untuk memastikan bahwa data dari transaksi keuangan masuk secara akurat dan tepat waktu dalam sistem.

10. Manager PKS

a. Bertanggung jawab terhadap terlaksananya semua kegiatan operasional di unit kebun/PKS.

b. Membuat rencana anggaran biaya dan produksi baik bersifat bulanan maupun tahunan dan dilaporkan kepada General Manager secara tertulis.


(33)

c. Melakukan pengawasan, pembinaan dan pengarahan bagi staff dan karyawan bawahannya di bidang disiplin kerja dan produktifitas kerja sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai semaksimal mungkin.

d. Melengkapi dan mengembangkan manajemen teknik secara inovatif guna pencapaian sasaran mutu yang lebih efektif dan efisien.

11. Krani Produksi

a. Bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan instruksi dari atasannya dalam bidang produksi.

b. Mencatat kuantitas TBS hasil panen dari masing-masing pemanen di TPH setiap hariannya.

c. Memeriksa kualitas dan melakukan sortasi TBS hasil panen di TPH sesuai kriteria mutu yang sudah ditetapkan.

d. Hasil poin 2 dan 3 diisikan pada blanko checking buah.

e. Mengawasi dan mengamankan TBS selama pengangkutan dari lapangan ke PKS.

12. Kepala Divisi Pengolahan

a. Bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan instruksi dari atasannya dalam bidang produksi dan perawatan.

b.Menyusun perencanaan pokok bidang produksi setiap harinya, meliputi segi kebutuhan pemanen dan luas areal yang akan dipanen, serta menuangkan pada buku rencana kerja.

c. Bertanggung jawab terhadap jalannya proses produksi dalam hal kuantitas, kualitas dan keamanan ancak panen.


(34)

d.Menyusun standar sistem pemantauan lingkungan dan kolam limbah. e. Menyusun kebutuhan bahan-bahan pengolahan di pabrik kelapa sawit. f. Menentukan kapasitas olah dan hari olah kelapa sawit.

g. Menetapkan rendemen minyak sawit dan inti sawit tiap-tiap PKS. 13. Kepala Divisi Teknik

a. Bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan instruksi dari atasannya dalam bidang perawatan mesin-mesin produksi.

b.Menyusun perencanaan pokok bidang perawatan setiap harinya dan menuangkannya pada buku rencana kerja.

c. Menyusun standar fisik dibidang teknik yang meliputi kapasitas pabrik, kebutuhan tenaga kerja pemeliharaan mesin dan instalasi pabrik serta untuk seluruh kelapa sawit.

d.Menyusun norma pemakaian bahan/barang untuk seluruh jenis kendaraan, alat berat dan pabrik.

14. Kepala Laboratorium

a. Merencanakan dan mengadakan alat dan bahan untuk kegiatan pemeriksaan mutu sesuai usulan dari penanggungjawab laboratorium, laboran dan teknisi.

b. Memeriksa kualitas bahan baku yang akan diolah. c. Menginventarisasi alat dan bahan di laboratorium.

d. Melaksanakan perbaikan dan pemeliharaan fasilitas laboratorium.


(35)

15. Kepala Divisi Logistik

a. Menangani pendataan persediaan dan perlengkapan PT. Asam Jawa, khususnya pada kebutuhan lapangan dan event-event tertentu yang terjadwal dengan tetap mengutamakan kemampuan personal dalam penanganan kebutuhan logistiknya masing-masing.

b. Menyelenggarakan kegiatan umum, personalia, akuntansi & keuangan serta perbengkelan di Unit Usaha.

c. Mendayagunakan aset perusahaan secara optimal, efektif dan efisien. d. Menjaga dan memelihara barang-barang inventaris peralatan kantor dan

aktiva di Unit Usaha sesuai catatan akuntansi.

e. Merencanakan, mengkoordinasi dan memimpin pelaksanaan system operasional dalam bidang logistik guna memenuhi keinginan pelanggan secara tepat waktu.

16. Manager Kebun Pangarungan

a. Bertanggung jawab terhadap terlaksananya semua kegiatan operasional di unit kebun Pangarungan.

b.Membuat rencana anggaran biaya dan produksi baik bersifat bulanan maupun tahunan dan dilaporkan kepada General Manager secara tertulis. c. Melakukan pengawasan, pembinaan dan pengarahan bagi staff dan

karyawan bawahannya di bidang disiplin kerja dan produktifitas kerja sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai semaksimal mungkin.


(36)

d.Mengkoordinir pembuatan laporan kerja baik yang bersifat harian maupun bulanan dari bawahannya, mengevaluasi untuk segera mengambil tindakan jika dianggap perlu dan membuat laporannya kepada General Manager. 17. Manager Kebun Sei Kalam

a. Bertanggung jawab terhadap terlaksananya semua kegiatan operasional di unit kebun Sei Kalam yang meliputi kultur teknis, sumber daya manusia, pembiayaan, administrasi dan keamanan.

b.Membuat rencana anggaran biaya dan produksi baik bersifat bulanan maupun tahunan dan dilaporkan kepada General Manager secara tertulis. c. Melakukan pemeriksaan baik secara rutin dan periodik terhadap

instruksi-instruksi dari perusahaan yang meliputi bidang kultur teknis dan produksi secara kualitatif dan kuantitatif.

d.Melengkapi dan mengembangkan manajemen teknik secara inovatif guna pencapaian sasaran mutu yang lebih efektif dan efisien

18. Manager Kebun Sulum

a. Bertanggung jawab terhadap terlaksananya semua kegiatan operasional di unit kebun Sulum yang meliputi kultur teknis, sumber daya, pembiayaan, administrasi dan keamanan.

b.Membuat rencana anggaran biaya dan produksi baik bersifat bulanan maupun tahunan dan dilaporkan kepada General Manager secara tertulis. c. Melakukan pengawasan, pembinaan dan pengarahan bagi staff dan

karyawan bawahannya di bidang disiplin kerja dan produktifitas kerja sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai semaksimal mungkin.


(37)

d.Melengkapi dan mengembangkan manajemen teknik secara inovatif guna pencapaian sasaran mutu yang lebih efektif dan efisien.

19. Manager Research & Development

a. Mengkoordinir pembuatan laporan kerja baik yang bersifat harian maupun bulanan dari bawahannya, mengevaluasi untuk segera mengambil tindakan/solusi jika dianggap perlu dan membuat laporan kepada General Manager.

b.Melakukan pengawasan, pembinaan dan pengarahan bagi staff dan karyawan bawahannya di bidang disiplin kerja dan produktifitas kerja sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai semaksimal mungkin.

c. Memberikan saran atau masukan kepada General Manager baik diminta atau tidak, dalam hal perencanaan dan kebijaksanaan pokok perusahaan yang meliputi segi-segi teknis, teknologi, sumber daya manusia, pengembangan organisasi dan bidang-bidang yang terkait.

d.Guna pertanggung jawabannya, maka dibenarkan untuk mengambil sikap atau tindakan terhadap bawahannya yang melakukan pelanggaran dan hal-hal lain yang dapat mengganggu kegiatan operasional.

20. Krani Divisi

a. Bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan instruksi dari atasannya dalam bidang administrasi divisi.

b.Membuat laporan harian produksi dan perawatan yang bersumber dari laporan krani produksi dan mandor perawatan.


(38)

c. Menghitung dan membuat laporan gaji dan premi karyawan dan permanen setiap bulannya.

d.Bertanggung jawab terhadap jalannya proses ke administrasian kantor divisi.

21. Staf Lapangan

a. Memberikan saran, konsultasi, bantuan serta melayani di bagian lapangan. b. Memberikan layanan dalam bidang keahliannya kepada pimpinan.

c. Mendata segala aktivitas yang terjadi di lapangan. 22. Pimpinan Pengembangan

a. Membina menyelenggarakan bidang yang dibawahi sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan perusahaan.

b. Menyusun anggaran di daerah pengembangan.

c. Merumuskan rencana pembangunan infrastruktur daerah pengembangan. 23. Wakil Pimpinan

a. Memberikan saran dan bantuan kepada pimpinan pengembangan b. Melaksanakan keputusan dari pimpinan.

c.Menyelenggarakan Koordinasi dalam melaksanakan kegiatan pengembangan.

d. Mewakili pimpinan apabila berhalangan dalam melaksanakan tugas sehari-hari.

e. Dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada pimpinan.


(39)

24. Kepala Bagian Pelayanan Umum

a. Membuat rencana anggaran biaya bulanan dan tahunan.

b.Melengkapi dan mengembangkan manajemen teknik secara inovatif guna pencapaian sasaran mutu yang lebih efektif dan efisien.

c. Membuat program perencanaan pemeliharaan dan perbaikan alat-alat dan kendaraan.

d.Melayani unit atau bagian setiap harinya terhadap kebutuhan alat, kendaraan, bahan dan tenaga kerja.

25. Koordinator Pemanfaatan Pupuk Limbah PKS

a. Bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan instruksi dari atasannya dalam bidang pemeliharaan teknik, produksi dan perawatan. b. Mengawasi dan melaksanakan kelancaran jalannya proses produksi dan

perawatan teknik/tanaman agar sesuai dengan kelayakan operasional, persyaratan mutu dan jumlah yang ditetapkan perusahaan.

c. Melakukan pengawasan, pembinaan dan pengarahan kepada mandor pemeliharaan teknik, mandor produksi, krani produksi dan pemanen dalam hal disiplin kerja, mutu kerja dan produktivitas kerja.

d. Memberikan saran/masukan baik diminta atau tidak dalam bidang perawatan yang meliputi segi teknis, material/alat, organisasi dan bidang-bidang yang terkait.

26. Kepala Bagian Personalia dan Umum

a. Merencanakan dan mengorganisasikan semua sumber daya manusia dan program pengembangannya.


(40)

b. Membantu tercapainya target atau tujuan perusahaan dengan menciptakan lingkungan kerja dimana semua karyawan memperoleh kepuasan terhadap pekerjaannya.

c. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan, penyelesaian hukum dan agraria, kesepakatan, kesehatan, dan keamanan serta sosial umum.

d. Memimpin kegiatan dalam rangka usaha penerimaan dan penempatan, pembinaan dan mutasi serta mengatur kepangkatan dan karier.

e. Menyusun laporan tentang keberadaan personil yang menurut masing-masing jenjang kepangkatan, penempatan, pendidikan.

e. Mempersiapkan langkah-langkah kebijaksanaan yang diperlukan sehubungan dengan kegiatan tersebut terutama yang menyangkut pengaturannya, pendidikan dan latihan.

27. Kepala Bagian Bengkel Otomotif

a. Bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan intruksi dari atasannya (General Manager) dalam bidang teknik pemeliharaan dan perbaikan mesin-mesin, kenderaan dan alat berat.

b.Membuat perencanaan anggaran belanja bulanan dan tahunan. c. Menentukan standar fisik dan mutu suku cadang

d.Melakukan perbaikan dan pemeriksaan yang terprogram, terarah sehingga mencegah terjadinya stagnasi yang mengganggu kegiatan operasional. e. Melengkapi dan mengembangkan manajemen teknis secara inovatif guna

pencapaian sasaran mutu yang lebih efektif dan efisien.


(41)

28. Kepala Bagian Pengamanan

a. Membuat perencanaan, monitoring dan evaluasi pekerjaan yang berhubungan dengan pengamanan dan keamanan.

b.Selalu menyikapi kondisi sosial internal dan eksternal perusahaan guna mengembangkan inovasi sistem pengamanan.

c. Pertanggung jawaban dari tugas-tugas yang diberikan dituangkan dalam bentuk laporan secara harian, bulanan dan tahunan.

29. Wakil Kepala Bagian Pengamanan

a. Bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan instruksi dari kepala bagian pengamanan dalam hal pengamanan dan keamanan.

b.Membantu menyikapi kondisi sosial internal dan eksternal perusahaan guna mengembangkan inovasi sistem pengamanan.

c. Membantu menjalankan tanggung jawab kepala bagian pengamanan diberi wewenang untuk mengambil sikap atau tindakan terhadap bawahannya yang melakukan pelanggaran maupun yang berprestasi sementara pelaporan harus disampaikan kepada atasan langsung.

2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja

Tenaga kerja yang ada di pabrik perkebunan kelapa sawit PT. Asam Jawa berjumlah 935 orang. Adapun data jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 2.1.


(42)

Tabel 2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja PT. Asam Jawa

No Bagian Jumlah (orang)

1 Kantor General Manager 7

2 Kebun Pengembangan 8

3 Kantor KTU GM 6

4 Analisa Biaya dan Produksi 5

5 Gudang Induk 8

6 Keuangan 7

7 Personalia 18

8 R & D 17

9 PBPKS 28

10 Kebun Pangarungan 3

11 Divisi A 48

12 Divisi B 49

13 Kebun Sei Sulum 2

14 Divisi C 57

15 Divisi D 58

16 Divisi H 67

17 Kebun Sei Kalam 2

18 Divisi E 66

19 Divisi F 33

20 Divisi G 64

21 MPU & Traksi 89

22 Bengkel Automotif 18

23 Satpam 64

24 Langga Payung 16

25 PKS 195

Jumlah 935

Sumber: PT. Asam Jawa


(43)

Jam kerja di PT. Asam Jawa terdiri dari 2 shift untuk bagian produksi (proses) sedangkan bagian gudang, kantor, laboratorium dan maintenance 1 shift. Dimana 1 shift adalah 7 jam kerja, tetapi jika kondisi TBS masih banyak maka karyawan bisa kerja di atas 7 jam kerja yang dihitung lembur. Adapun pembagian jam kerja karyawan dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Jam Kerja

Bagian SENIN – KAMIS

Kantor

08:00 – 12:00 - Bekerja

12:00 – 13:00 - Istirahat

13:00 – 16:00 - Bekerja

Shift 1 Shift 2

Produksi

07:00 – 12:00 17:00 – 24:00 Bekerja 12:00 – 13:00 24:00 – 01:00 Istirahat 13:00 – 17:00 01:00 – 02:30 Bekerja

JUMAT

Kantor

08:00 – 11:30 - Bekerja

11:30 – 13:30 - Istirahat

13:30 – 17:00 - Bekerja

Shift 1 Shift 2

Produksi

08:00 – 11:30 18:00 – 23:00 Bekerja 11:30 – 13:30 23:00 – 24:00 Istirahat 13:30 – 18:00 24:00 – 03:30 Bekerja

SABTU Kantor

& Produksi 08:00 – 14:00 - Bekerja


(44)

2.3.4. Sistem Pengupahan

Kebijaksanaan sistem pengupahan di PT. Asam Jawa mengikuti program kebijaksanaan tentang upah minimum regional yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan upah lembur (premi) diberikan setiap bulan.

1. Upah / Gaji bulanan

Upah ini diberikan kepada tenaga kerja pada hari pertama setiap bulan sesuai dengan jabatan dan jenis pekerjaannya masing-masing. Sistem pengupahannya berupa harian dan bulanan.

2. Upah lembur

Upah lembur diberikan kepada tenaga kerja yang melebihi jam kerja dinas. Pembayaran upah lembur akan dibayar apabila kerja dilakukan atas izin perusahaan dan dibuktikan dengan catatan kehadiran.

Selain itu kesejahteraan umum bagi pegawai dan karyawan pabrik juga diperhatikan. Adapun fasilitas yang disediakan oleh PT. Asam Jawa untuk para karyawannya adalah sebagai berikut:

1. Perumahan bagi staf dan karyawan yang berada di lokasi perkebunan sekitar. 2. Tunjangan natura diberikan dalam bentuk uang berdasarkan jumlah

tanggungan.

3. Tunjangan masa kerja pertahun diberikan berdasarkan jumlah tahun bekerja dengan perhitungan 2,5% x gaji pokok dalam tahun berjalan.

4. Bantuan setiap bulannya berupa THR keagamaan

5. Dana pensiun tunjangan hari tua 8,34% dari THP/bulan pada tahun tersebut. 6. Jamsostek sebagai sarana kesehatan staff dan karyawan beserta keluarganya.


(45)

7. Yayasan sebagai sarana pendidikan anak staff dan karyawan yang dibangun di lokasi lingkungan pabrik.

8. Rumah ibadah yaitu mesjid yang dibangun di lokasi lingkungan pabrik.

9. Membangun sarana olah raga yang tersedia di lokasi kompleks perumahan karyawan.

2.4. Proses Produksi

2.4.1. Bahan yang Digunakan

Adapun bahan baku yang digunakan PT. Asam Jawa adalah TBS (Tandan Buah Segar) yang diperoleh dari kebun pabrik sendiri dan bahan penolong yang digunakan adalah air dan uap yang dihasilkan oleh tenaga uap.

2.4.2. Uraian Proses Produksi

Proses adalah perubahan bentuk dan fungsi yang dialami suatu produk/bahan, yang dimaksud dalam hal ini adalah kelapa sawit. Adapun uraian proses dari pengolahan kelapa sawit yang ada pada PT. Asam Jawa dapat dilihat pada Gambar 2.2.


(46)

Gambar 2.2. Uraian Proses Produksi Kelapa Sawit PT. Asam Jawa


(47)

Gambar 2.2. Uraian Proses Produksi Kelapa Sawit PT. Asam Jawa (Lanjutan)


(48)

1. Penimbangan

Sebelum diolah TBS terlebih dahulu ditimbang, kegunaannya adalah: a. Untuk mengetahui netto buah setiap truck

b. Untuk mengetahui jumlah produksi TBS

c. Untuk menghitung rendemen dan kapasitas olah pabrik d. Sebagai dasar perhitungan pembayaran premi pemanen

2. Sortasi buah

Sortasi buah dilakukan untuk:

a. Untuk mengamati mutu buah yang akan diolah pabrik

b. Untuk mengetahui derajat kematangan buah hasil panen dari setiap divisi Adapun kriteria kematangan buah dapat dilihat seperti Tabel 2.3.

Tabel 2.3.Kriteria Kematangan Buah

FRAKSI BUAH KATEGORI JUMLAH BUAH LUAR PERSYARATAN

MEMBERONDOL

Fraksi 00 (F.00) Sangat mentah Tidak ada 0,0 % Fraksi 0 (F.0) Mentah 1 - 12,5 % Maksimum 3,0 % Fraksi 1 (F.1) Kurang matang 12,5 - 25 %

F.1: maksimum 5 %

Fraksi 2 (F.2) Matang I 25 - 50 %

F2 + F3 : min 80 %

Fraksi 3 (F.3) Matang II 50 - 75 %

Fraksi 4 (F.4) Lewat matang 75 - 100 % Maksimum 10 % Fraksi 5 (F.5) Terlalu matang Buah bagian dalam Maksimum 2 %

ikut memberondol

Brondolan 10%

Tandan Kosong 0%

Buah Busuk 0%

Panjang tangki TBS (bentuk V) Maksimum 2,5 cm

Sumber : Laboratorium PT. Asam Jawa


(49)

3. Pengisian lori (Loading ramp)

Loading ramp kegunaannya adalah: a. Tempat penampungan TBS sebelum diisi ke lori

b. Mengisi TBS kedalam lori secara teratur, buah yang lebih awal masuk ke loading ramp lebih dahulu masuk kedalam lori (First in-First out). Loading ramp dilengkapi dengan kisi-kisi dan hydrolic pump dimana setiap kisi-kisi memiliki jarak minimal 5 mm dan maksimal 10 mm. Kegunaan kisi-kisi adalah:

1) Agar sampah, pasir terikut buah turun melalui kisi-kisi

2) Jika terlalu kecil maka sampah, pasir dari buah tidak efektif turun

3) Jika terlalu besar dapat menyebabkan brondolan dari buah ikut turun bersama sampah

Sedangkan kegunaan hydrolic pump adalah:

1) Untuk mengatur buka dan tutup pintu loading ramp pada saat mengisi TBS ke dalam lori

Beberapa jenis lori berdasarkan kapasitasnya antara lain: 1) 2.500 kg/lori

2) 5.000 kg/lori 3) 7.000 kg/lori

Kapasitas lori TBS di Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) di PT. Asam Jawa sebesar 2.500 kg/lori.


(50)

Gambar 2.3. Lori

4. Perebusan (Sterilizer)

Proses perebusan buah merupakan faktor yang paling vital dalam pengolahan TBS karena sangat menentukan hasil olah pada tahapan proses selanjutnya baik losses (kerugian) yang timbul dan juga kualitas produksinya. Perebusan terlalu lama dapat mengakibatkan losses minyak dalam kondensat meningkat dan kualitas CPO dihasilkan memberikan warna lebih gelap (tua). Bila perebusan terlalu singkat, maka akan mengakibatkan jumlah berondolan dalam tandan kosong serta jumlah katekopen meningkat, proses pelumatan di unit digester kurang sempurna dan proses pemecahan biji kurang sempurna.

Adapun tujuan dari perebusan adalah: a. Memudahkan berondolan lepas dari janjangan.

b. Melunakkan buah sehingga mudah diaduk dalam digester. c. Mematikan enzim yang dapat menaikkan ALB.

d. Melekangkan inti supaya mudah lepas dari cangkang.


(51)

Perebusan (sterilizer) yang ada pada PT. Asam Jawa dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.4. Sterilizer

Pengoperasian rebusan (sterilizer) diatas sesuai kebutuhan dengan memperhitungkan:

a. Kualitas kematangann TBS yang akan diolah, makin tinggi derajat kematangan TBS maka waktu merebus dioperasikan lebih singkat dan sebaliknya.

b. Kapasitas screw press yang dioperasikan.

c. Kebutuhan bahan bakar boiler yang dioperasikan.

Tahapan perebusan TBS di PT. Asam Jawa terdiri dari 3 puncak, dan untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2.4.


(52)

Tabel 2.4.Tahapan Proses Perebusan 3 Puncak

TAHAP PROSES WAKTU TEKANAN

(menit) Kg/cm²

I Deaerasi (Menguras udara) 6 0 - 0,5

II Menaikkan tekanan uap I (pertama) 5 1,5 - 2,0 III Menurunkan takanan uap I (pertama) 3 0

(buang udara dan kondensat) : Afblas I IV Menaikkan tekanan uap II (dua) 7 2 - 2,5

V Menurunkan takanan uap II (dua) 3 0,5 – 0 (buang udara dan kondensat) : Afblas II VI Menaikkan tekanan uap III (tiga) 8 2,8

VII Penahanan tekanan uap 50 2,8 - 3,0

VIII Buang uap dan kondensat : 8 0

Afblas terakhir :

Siklus merebus : 90

Mengeluarkan dan memasukkan lori buah 7

Total waktu proses merebus 97

Sumber :PKS PT. Asam Jawa

5. Pemipilan (Thresher)

Sebelum TBS sampai ke bagian pemipilan (Thresher) dari perebusan, alat yang membantu pemindahan TBS adalah Kapstan, Hosting Crane dan Auto Feeder. Kegunaan dari masing-masing alat-alat tersebut adalah:

a. Kapstan untuk menarik lori berisi TBS masak yang sudah keluar dari rebusan hingga ke posisi Hosting Crane.

b. Hosting Crane untuk mengangkat dan menuangkan lori TBS yang sudah direbus

kedalam hoper thresher.

c. Auto Feeder untuk mengatur masuknya buah yang sudah direbus ke thresher secara

kontinu dan merata sehingga proses perontokan brondolan dapat berlangsung


(53)

maksimal. Kecepatan auto feeder diatur sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kapasitas olah.

Pada thresher, dilakukan pelepasan/perontokan brondolan dari janjangan. Proses perontokan brondolan berlangsung akibat adanya bantingan tandan buah didalam alat thresher yang berputar dengan kecepatan ± 23 rpm, semakin berat janjang rata-rata (BJR) semakin besar rpm nya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian thresher adalah :

a. Saat tandan buah berputar dalam thresher harus dapat mencapai ketinggian maksimal, baru jatuh dan terbanting pada As Thresher.

b. Pengaturan buah yang masuk dari auto feeder ke thresher disesuaikan dengan kapasitas thresher, sehingga buah tidak terlalu banyak menumpuk dalam thresher

yang dapat mengakibatkan proses perontokan tidak sempurna dan juga sebaliknya tidak sempat kosong sama sekali.

Penuangan buah dengan hosting crane ke thresher dengan interal waktu yang tetap. Brondolan hasil dari thresher diangkut dengan timba-timba buah (fruit elevator) ke ularan (conveyor) digester. Apabila jumlah brondolan kontinu, akibat pemasangan dengan interval tetap maka yang diterima timba buah (fruit elevator) relatif sama dan hal ini akan memperpanjang umur teknis rantai (chain) timba buah.


(54)

Gambar 2.5. Stasiun Penebahan

6. Pengadukan (Digester)

Fungsi dari digester adalah untuk melepas daging buah dari biji (notten) dan melumatkannya dengan cara meremas, menggesek dan menekan brondolan menggunakan pisau pengaduk yang berputar sambil dipanaskan. Proses pengadukan berlangsung sebagai berikut:

a. Akibat adanya gesekan antara pisau dengan brondolan b. Tekanan gaya berat dari brondolan itu sendiri

Oleh karena itu bila isian digester kurang dari ¾ bagian, gaya tekan dan brondolan menjadi kecil, retention time dalam digester lebih singkat dan hasil adukan masih kasar. Sebaiknya bila isian digester penuh, gaya tekan brondolan akan menjadi lebih besar, retention time brondolan di digester lebih lama dan hasil adukan menjadi lebih sempurna.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil adukan yang sempurna dalam pengoperasian digester antara lain adalah:


(55)

a. Sebelum brondolan masuk ke digester, pintu sekat digester yang menuju ke pressan ditutup dahulu agar brondolan sempat diaduk selama ± 20 menit (dihitung sejak brondolan masuk ke digester).

b. Proses pengadukan dapat berjalan sempurna apabila : 1) Ketel adukan dalam keadaan penuh, minimal ¾ bagian

2) Waktu pengadukan ± 20 menit. Semakin pendek retention time, semakin kasar hasil adukan

3) Pisau aduk tidak aus (jarak antara ujung pisau yang baru dengan dinding digester ± 12 mm)

4) Temperatur operasi > 92º C

c. Jika kondisi ini tidak terpenuhi, maka ampas pressan masih kasar dan kehilangan minyak dalam ampas pressan tinggi (> 5 % terhadap contoh).

d. Pada bagian bawah alat pengadukan (bottom plat) dibuat lobang berdiameter 5 mm sebanyak ±1200 buah untuk mengalirkan minyak selama pengadukan. Aliran minyak dari bottom plat harus lancar karena bila tidak lancar maka hasil adukan masih banyak mengandung minyak dan menyulitakan dalam proses di pressan.

e. Pembersihan bagian dalam digester dilakukan setiap minggu

f. Pada saat membersihkan digester, dicatat atau dikontrol keausan pisau digester dan keausan sekat pada dinding digester

g. Digester dilengkapi dengan:

1) Ularan balik (return conveyor) untuk mengembalikan kelebihan brondolan masuk

ke digester secara otomatis agar isian digester tetap penuh atau minimal ¾

ketinggian, sehingga operator tidak perlu kuatir brondolan tumpah ke lantai 2) Pemasangan sekat yang terbuat dari besi siku/besi T pada dinding digester.


(56)

Gambar 2.6. Digester

7. Pengempaan (Screw press)

Fungsi pengempaan adalah untuk memisahkan minyak dari massa adukan dengan cara mengepress pada tekanan 35-45 ampere. Tekanan yang terlalu tinggi akan meningkatkan pengutipan minyak tetapi biji banyak yang hancur, sedangkan tekanan yang rendah akan menurunkan pengutipan minyak dan biji tidak hancur. Sebagai indikator pengaturan tekanan sudah tetap atau belum adalah kandungan minyak dalam ampas pres yaitu 5-6 % terhadap contoh (0,55 – 0,66 % TBS).

Gambar 2.7. Screw Press


(57)

8. Pemisahan dan Pengutipan Minyak

Minyak kasar yang diperoleh dari presan ditampung dalam talang dan diencerkan dengan menambah air panas 18–20 %, untuk dialirkan ke stasiun permunian minyak. Pengenceran ada juga dilakukan di silinder press dan vibro separator agar cairan minyak kasar tidak luber keluar dari vibro separator akibat lobang saringan yang tertutup kotoran. Indikator pengenceran yang benar dapat terlihat dari analisis cairan minyak kasar dalam bak crude oil.

Bila hasil analisa laboratorium menunjukkan kandungan minyak 45–50 % dan kandungan air 18-20% berarti pengenceran sudah tepat. Adapun tujuan dari pemisahan dan pengutipan minyak adalah untuk memisahkan minyak dari fraksi air dan lumpur (non oil solid) serta mengeringkannya sehingga kadar air 0,10 % maksimum. Pemisahan minyak terjadi dengan dua cara yaitu secara alami/gravitasi karena massa jenis minya2 lebih kecil dan secara mekanis dengan alat decanter dan centrifugal

Adapun prinsip pemurnian minyak adalah:

a. Dipanaskan yaitu: dengan pemanasan steam injeksi langsung atau coil (steam coil), minyak mudah terpisah dengan sludge/drab. Minyak yang berat jenisnya lebih ringan naik keatas dan sludge/drab yang berat jenisnya lebih besar turun atau tetap dibawah. b. Diendapkan untuk mempercepat pengendapan, aliran dialirkan kebawah agar berat

jenis sludge/drab yang lebih besar dibanding minyak tetap berada dibawah.

c. Kondisi tenang yaitu proses pemisahan minyak dan pengendapan sludge akan lebih sempurna jika kondisi cairan dalam keadaan tenang.

d. Pengutipan minyak dilakukan karena minyak sudah berada diatas, pengutipan dengan sistem over flow.


(58)

9. Sand Trap

Setelah pengutipan minyak dilalakukan, maka dilanjutkan ke sand trap. Adapun kegiatan pada sand trap antara lain:

a. Stasiun pemurnian minyak dimulai dari sand trap. Hal ini berarti harus dimulai prinsip-prinsip perlakuan minyak kasar menjadi minyak murni atau pemisahan antara minyak dan non minyak.

b. Agar pemisahan tersebut dapat terjadi dengan sempurna, maka proses dilakukan secara bertahap, mulai dari Sand Trap – Bak RO (Crude Oil) – CST – Oil Tank – Oil Purifier – Vacum Dryer.

c. Sludge dari CST diproses melalui Sludge Tank – Strainner – Pre Cleanner – Decanter – Decanting basin/Fat pit.

d. Fungsi sand trap adalah untuk menangkap pasir yang terbawa minyak kasar (crude oil) hasil pressan, dengan cara pengendapan dan dipanaskan pada temperatur ≥ 98ºC. e. Jika volume sand trap kecil (± 1,5 M³) maka suhu di Hot Water Tank harus bias

mencampai ≥ 98ºC, sehingga cairan yang masuk kedalam bak cukup panas dan temperature di bak RO bias mencapai ≥ 98ºC.

f. Didalam sand trap dipasang sekat vertical untuk menghindari turbulensi aliran dan mengarahkan flow minyak kasar ke bawah terlebih dahulu agar pasir yang terbawa minyak kasar tertinggal dibawah (sering terjadi, sekali sudah kropos sehingga sand trap tidak berfungsi maksimal dalam pengendapan).

g. Bak sand trap dilengkapi dengan thermometer dan dipasang kaca untuk melihat

apakah endapan pasirnya sudah saatnya untuk di sprui/drain.

h. Biasanya sprui/drain dilakukan setiap pagi sebelum pabrik beroperasi dan 4 jam sekali selama pabrik beroperasi (tergantung pada volume sand trap dan jumlah endapan pasir)


(59)

i. Pencucian bak sand trap dilakukan pada saat seminggu sekali pada saat tidak mengolah sambil mengontrol kondisi sekat.

10. Bak RO (Bak Crude Oil)

Adapun kegunaan dari bak RO adalah:

a. Fungsi Bak RO adalah untuk memanaskan minyak kasar dan mengendapkan kotoran/pasir yang masih lolos dari sand trap dan vibrating screen/vibro separator.

b. Suhu cairan minyak kasar dalam bak RO 98 - 100ºC.

c. Seluruh pengutipan minyak masih masih terikut dalam sludge, seperti minya2 dari Sludge Separator, bak Fat-pit, sepui dari tangki timbun dan Oil Tank, upayakan dimasukkan dulu kedalam bak RO (melalui vibrating screen/vibro separator) agar sempat disaring dan dipanaskan terlebih dahulu.

d. Hindarkan pengiriman langsung dari CST karena suhu minyak pengutipan tersebut pasti lebih rendah dibandingkan dengan suhu di CST sehingga dapat menurunkan suhu di CST dan memperlambat pemisahan minyak.

e. Pressure pompa pengiriman minyak kasar dari bak RO yang langsung ke CST juga menimbulkan gejolak dalam cairan sehingga pemisahan minyak tidak berlangsung dengan sempurna.

f. Steam injeksi hanya boleh dihidupkan pada awal olah untuk mempercepat kenaikkan temperatur, sedangkan pada saat pengutipan minyak yang dihidupkan hanya steam coil (steam injeksi harus dimatikan). Hal ini


(60)

dimaksudkan agar pemisahan minyak dapat lebih sempurna karena dalam kondisi lebih tenang.

2.4.3. Stasiun Pabrik Biji 1. Cake Brake Conveyor (CBC)

CBC ada 1(satu) unit dengan panjang ± 30.000 mm dan lebar 700 mm yang berbentuk U. CBC memilki pisau-pisau yang disebut padle yang diatur sedemikian rupa sehingga merupakan satu garis ulir.

2. Depericarper

Depericarper merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan antara biji dengan serabut dengan menggunakan prinsip pneumatis dimana pemisahan biji dengan serabut menggunakan hisapan udara pada sebuah kolom pemisah. Pemisahan terjadi akibat adanya perbedaan berat jenis antara biji dengan serabut. Bahan yang lebih ringan (serabut) akan tertarik ke atas, sedangkan biji akan jatuh kebawah dan ditampung oleh polishing drum.

3. Nut Polishing Drum

Nut Polishing Drum ada 1 unit dengan diameter 1.250 mm, panjang 6.350 mm. Nut Polishing Drum dilengkapi dengan plat perforasi fraksi besar dengan diameter lubang 90 mm. Fungsi Nut Polishing Drum adalah:

a. Menerima noten dari Depericarper.

b. Mensortir biji/notten hingga benar-benar notten yang bersih. c. Mengirimkan notten ke destoner melalui screw auger desonter.


(61)

Gambar 2.8. Polishing Drum

4. Destoner

Destoner merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan antara biji dengan batu atau biji dura yang memiliki cangkang yang terlalu besar dengan menggunakan prinsip pneumatis dimana pemisahan menggunakan hisapan udara pada sebuah kolom pemisah. Pemisahan terjadi akibat adanya perbedaan berat jenis antara biji dengan batu atau biji dura yang terlalu besar. Bahan yang lebih ringan akan tertarik ke atas, sedangkan batu akan jatuh kebawah.

5. Nut Silo

Nut silo ada 4 unit yang dibagi menjadi 2 yakni untuk fraksi biji besar dan fraksi biji kecil. Setiap nut bin dilengkapi dengan blower (fan) pemanas yang dilenngkapi dengan heater dan pengatur biji masuk (Shaking Grade) ke nut cracker.


(62)

6. Nut Cracker

Saat ini berjumlah unit dengan kapasitas masing-masing 4 ton biji/jam. Nut Cracker dilengkapi elektromotor dengan putaran 1100 rpm untuk biji tenera dan 1300 rpm untuk biji dura.

7. LTDS

Light Tenera Dust Separator (LTDS) yang dilengkapi dengan ayakan biji/notten untuk fraksi besar dan kecil. Setiap unit LTDS dilengkapi dengan ayakan biji/notten untuk fraksi besar dan kecil.

8. Hydrocyclone

Kernel kecil, kernel pecah, dan cangkang besar dari LTDS masih perlu dibersihkan yaitu dengan menggunakan hydrocyclone. Prinsip pemisahan dengan hidrocyclone didasari oleh perbedaan berat jenis antara kernel dan cangkang. Pemisahan pada hidrocyclone dibantu dengan pusingan akibat gaya

sentrifugal dengan kecepatan putaran 16-18 rpm.

Gambar 2.9. Hydrocyclone

9. Kernel Dryer


(63)

Kernel yang sudah terpisah dari cangkang dan masih mengandung 12% air dimasukkan kedalam silo pengering untuk diturunkan kandungan airnya hingga mencapai 6-8%. Pengeringan dilakukan dengan udara bertemperatur 60-80 oC. Penurunan kadar air ini bertujuan untuk menonaktifkan kegiatan

mikroorganisme sehingga proses pembentukan jamur atau proses kenaikan asam (lauric acid) dapat dibatasi pada saat kernel disimpan.

Gambar 2.10. Kernel Dryer

10. Kernel Storage

Gambar 2.11. Kernel storage


(64)

Kernel yang telah mengalami proses pengeringan akan disimpan pada kernel storage. Namun bila sudah penuh ditimbun di gudang kernel sebelum didistribusikan kepada konsumen.

Gambar 2.12. Tempat Penimbunan Kernel


(65)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Kualitas

Sebuah produk harus memenuhi syarat-syarat dari orang yang menggunakannya dan hal ini berkaitan erat dengan kualitas. Jadi definisi secara ringkas dari kualitas adalah kecocokan atau kesesuaian antara produk dengan penggunanya. Ada dua segi umum tentang kualitas, yaitu kualitas rancangan dan kualitas kecocokan. Semua barang dan jasa dihasilkan dalam berbagai tingkat kualitas. Variasi dalam tingkat kualitas ini memang disengaja, maka istilah teknik yang sesuai adalah kualitas rancangan. Misalnya, semua mobil mempunyai tujuan dasar memberikan angkutan yang aman bagi konsumen. Akan tetapi, mobil-mobil berbeda dalam ukuran, penentuan, rupa, dan penampilan.

Perbedaan-perbedaan ini adalah hasil perbedaan rancangan yang disengaja antara jenis-jenis mobil itu. Sementara kualitas kecocokan adalah seberapa baik produk itu sesuai dengan spesifikasi dan kelonggaran yang diisyaratkan oleh rancangan itu. Kualitas kecocokan dipengaruhi banyak faktor, termasuk pemilihan proses pembuatan, latihan, dan pengawasan angkatan kerja, jenis sistem jaminan kualitas (pengendalian proses, uji, aktivitas, pemeriksaan, dan sebagainya) yang digunakan, seberapa jauh prosedur jaminan kualitas ini diikuti, dan motivasi angkatan kerja untuk mencapai kualitas. Tiap produk mempunyai sejumlah unsur yang bersama-sama menggambarkan kecocokan penggunaannya.


(66)

Parameter-parameter ini biasanya dinamakan ciri-ciri kualitas. Ciri-ciri kualitas ada beberapa jenis, yaitu:

1. Fisik, seperti panjang, berat, voltase, dan kekentalan. 2. Indera, seperti rasa, penampilan, dan warna.

3. Orientasi waktu, seperti keandalan, dapatnya dipelihara dan dirawat.

3.2. Dimensi Kualitas

Adapun dimensi kualitas terdiri dari dua jenis yaitu dimensi kualitas jasa dan kualitas produk. Dimensi kualitas pelayanan dipandang sebagai lambang dimana konsumen mengevaluasi kinerja menyeluruh dari jasa. Namun sebagaimana diterapkan pada “barang”, dimensi itu merupakan masalah yang penting, kecuali untuk kategori “berwujud”. Kedua jenis dimensi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Dimensi kualitas Jasa

a. Berwujud, termasuk fasilitas fisik, peralatan dan penampilan perorangan. b. Reabilitas, kemampuan personil untuk melasanakan secara bebas dan akurat. c. Tanggapan, konsumen diberikan pelayanan dengan segera.

d. Jaminan, pengetahuan dan etika pegawai serta kemampuan untuk membangkitkan kepercayaan dan keyakinan pelanggan.

e. Empati, kepedulian akan kemampuan pegawai dan perhatian individu. 2. Dimensi kualitas produk

a. Kinerja, kinerja utama dari karakteristik pengoperasian.

b. Fitur, jumlah panggilan dan tanda sebagai karakteristik utama tambahan. c. Reliabilitas, probabilitas kerusakan atau tidak berfungsi.


(67)

d. Daya tahan, umur produk.

e. Pelayanan, muadah dan cepat diperbaiki.

f. Estetika, bagaimana produk dilihat, dirasakan dan didengar.

g. Sesuai dengan spesifikasi, setuju akan produk yang menunjukkan tanda produksi. h. Kualitas penerimaan, kategori tempat termasuk pengaruh citra merek dan faktor-faktor tidak berwujud lainnya yang dapat mempengaruhi persepsi konsumen atas kualitas.

3.3. Pengendalian Kualitas

Pengendalian kualitas merupakan suatu sistem verifikasi dan penjagaan atau perawatan dari suatu tingkat atau derajat kualitas produk atau proses yang dikehendaki dengan perencanaan yang seksama, pemakaian peralatan yang sesuai, inspeksi yang terus-menerus serta tindakan korektif bilamana diperlukan. Jadi pengendalian kualitas tidak hanya kegiatan inspeksi ataupun menentukan apakah produk itu baik (accept) atau jelek (reject).

Pengendalian kualitas dilakukan mulai dari proses input informasi atau bahan baku dari pihak marketing dan purchasing hingga bahan baku tersebut masuk ke pabrik dan bahan baku itu diolah di pabrik (fase transformasi) yang akhirnya dikirim ke pelanggan. Bahkan pengendalian kualitas juga dilakukan setelah adanya purna jual. Untuk memenuhi semua kebutuhan ini tentunya perlu adanya berbagai macam tool yang mampu merepresentasikan data yang dibutuhkan dan menganalisa data tersebut hingga didapat suatu kesimpulan.


(68)

Kebutuhan akan pengawasan mutu timbul setelah revolusi industri. Oleh karena itu proses produksi dikerjakan oleh mesin, maka menimbulkan dua persoalan, yaitu:

1. Penggunaan mesin mulai menggantikan atau mengurangi kebutuhan dan penggunaan tenaga-tenaga atau tukang-tukang yang mempunyai keahlian tinggi.

2. Produksi barang-barang serta besaran-besaran saling memerlukan pertukaran sehingga selanjutnya dibutuhkan keseragaman dari komponen-komponen untuk memudahkan merakitnya.

Jadi pengendalian mutu adalah kegiatan untuk memastikan apakah dalam kebijaksanaan dalam hal mutu standar dapat tercermin dalam hasil akhir. Dengan perkataan lain pengendalian mutu merupakan usah untuk mempertahankan mutu/kualitas dari barang yang dihasilkan agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan perusahaan.

Kualitas kecocokan adalah seberapa baik produk itu sesuai dengan spesifikasi dan kelonggaran yang disyaratkan oleh rancangan itu. Kualitas kecocokan dipengaruhi beberapa faktor, termasuk pemilihan proses pembuatan, latihan dan pengawasan angkatan kerja, dan jenis sistem jaminan kualitas (pengendalian proses, uji, aktivitas pemeriksaan, dan sebagainya) yang digunakan, seberapa jauh prosedur jaminan kualitas ini diikuti, dan motivasi angkatan kerja untuk mencapai kualitas.

Kualitas menjadi faktor dasar keputusan konsumen dalam berbagai pilihan barang dan jasa. Kualitas adalah faktor kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan, dan peningkatan posisi bersaing. Ada keuntungan besar yang dapat diperoleh dari pengendalian kualitas yang efektif, yang dapat memberikan


(69)

kenaikan keuntungan kepada suatu perusahaan yang dengan efektif menggunakan kualitas sebagai strategi bisnisnya. Jika konsumen merasa kualitas produk perusahaan tertentu jauh lebih baik dari pesaingnya, maka mereka akan memutuskan untuk membeli produk dari perusahaan tersebut.

Tiap produk memiliki sejumlah unsur yang bersama-sama menggambarkan kecocokan penggunaannya. Parameter-parameter ini biasanya dinamakan ciri-ciri kualitas. Ciri-ciri kualitas ada beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Fisik (panjang, berat, voltase, kekentalan). 2. Indera (rasa, penampilan, warna).

3. Orientasi waktu (keandalan, dapat dipercaya, dapat dipelihara, dapat dirawat).

Pencapaian kualitas dalam lingkungan pembuatan barang dan bisnis modern ini tidak mudah. Salah satu masalah yang penting adalah perkembangan teknologi yang cepat. Dalam dua puluh tahun terakhir terjadi perkembangan pesat teknologi dalam bermacam-macam bidang, seperti elektronika, metalurgi, keramik, benda-benda rakitan serta ilmu-ilmu farmasi dan kimia. Ini telah menghasilkan banyak jasa dan produk baru. Masalah dasar dalam banyak industri adalah pembuatan produk dalam jumlah yang memadai. Kerap kali perhatian terhadap pencapaian ekonomi, efisiensi, produktivitas dan kualitas dalam produksi terlalu kecil. Suatu program pengendalian kualitas yang efektif dapat digunakan sebagai penolong dalam meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya.


(70)

3.4. Tujuan Pengendalian Kualitas

Seperti yang telah dikatakan bahwa maksud dari pengendalian mutu adalah agar spesifikasi produk yang telah ditentukan sebagai standar dapat tercermin dalam produk/hasil akhir.

Secara terperinci dapat dikatakan bahwa tujuan dari pengendalian mutu adalah:

1. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar mutu yang telah ditentukan.

2. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.

3. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan menggunakan mutu produksi tertentu dapat sekecil mungkin.

4. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi sekecil mungkin.

3.5. Pengendalian Kualitas dengan Seven Tools

Proses penyelesaian masalah dan perbaikan kualitas dengan menggunakan

seven tools dapat membuat proses penyelesaian masalah menjadi lebih cepat dan sistematis. Seven tools dapat digunakan dengan profesional untuk memudahkan proses perbaikan kualitas. Konsep seven tools berasal dari Kaoru Ishikawa, ahli kualitas ternama dari Jepang. Menurut Ishikawa, 95% permasalahan kualitas dapat diselesaikan dengan seven tools. Kunci sukses untuk memecahkan masalah ini adalah kemampuan untuk mengidentifikasi masalah, menggunakan pendekatan

seven tools berdasarkan masalah dasar, mengkomunikasikan solusi secara tepat kepada yang lain. Untuk memecahkan masalah, sebaiknya dimulai dengan


(71)

menggunakan Pareto diagram dan cause-effect diagram sebelum mencoba menggunakan alat yang lain. Dua alat ini digunakan secara luas oleh tim perbaikan kualitas.

Fungsi tujuh alat pengendalian kualitas adalah untuk meningkatkan kemampuan perbaikan proses, sehingga akan diperoleh:

1. Peningkatan kemampuan berkompetisi.

2. Penurunan cost of quality dan peningkatan fleksibilitas harga. 3. Meningkatkan produktivitas sumber daya.

Adapun maksud dan tujuan penggunaan seven tools adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui masalah.

2. Mempersempit ruang lingkup masalah.

3. Mencari faktor yang diperkirakan merupakan penyebab. 4. Memastikan faktor yang diperkirakan menjadi penyebab. 5. Mencegah kesalahan akibat kurang hati-hati.

6. Melibat akibat perbaikan.

7. Mengetahui hasil yang menyimpang atau terpisah dari hasil lainnya. Adapun ketujuh alat pengendalian kualitas tersebut adalah: 1. Stratification (Stratifikasi/Pengelompokkan Data)

Stratification merupakan usaha pengelompokkan data ke dalam kelompok-kelompok yang mempunyai karakteristik yang sama. Stratification ini juga dapat dikelompokkan ke dalam teknik pengelompokan data ke dalam kategori-kategori tertentu, agar data dapat menggambarkan permasalahan


(72)

secara jelas sehingga kesimpulan-kesimpulan dapat lebih mudah diambil. Kategori-kategori yang dibentuk meliputi data relatif terhadap lingkungan, sumber daya yang terlibat, mesin yang digunakan dalam proses, bahan baku, dan lain-lain.

Kegunaan stratification adalah:

a. Mencari faktor-faktor penyebab utama kualitas secara mudah. b.Membantu pembuatan Scatter Diagram.

c. Mempelajari secara menyeluruh masalah yang dihadapi.

Memperbaiki kerusakan adalah pekerjaan yang sulit jika tidak ada stratification data. Kriteria stratification yang efektif adalah:

a. Jenis kerusakan b. Sebab kerusakan c. Lokasi kerusakan d. Material

e. Produk

f. Tanggal membuatnya g. Kelompok kerja h. Operator perorangan i. Supplier bahan j. Supplier suku cadang

2. Check Sheet (Lembar Pemeriksaan)

Merupakan alat praktis yang digunakan untuk mengumpulkan, mengelompokkan, dan menganalisa data secara sederhana dan mudah. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan bahwa data dikumpulkan dengan


(1)

Tabel 6.1. Setting Awal

Faktor Setting level

awal Keterangan

Kematangan Buah level 2

Persentase Proporsi Cacat awal sebelum percobaan 20,97% Lama Penimbunan di Loading Ramp level 1

Holding Time level 1 Tekanan pada Perebusan level 1 Kecepatan Putar di Thresher level 1 Tekanan Pressan level 1 Temperatur di unit Klarifikasi level 1

Untuk mengurangi persentase proporsi cacat awal dilakukan kajian pada setting pengolahan dengan menggunakan metode Taguchi. Implementasi metode ini dilakukan untuk menghasilkan penurunan persentase cacat dengan perancangan optimal. Proses mendapatkan rancangan Taguchi optimal melalui langkah prediksi, konfirmasi dan implementasi. Dalam percobaan Taguchi ini diperoleh rancangan optimal seperti pada Tabel 6.2. dengan menghasilkan proporsi cacat sebesar 13,50%.

Tabel 6.2. Setting Implementasi Taguchi

Faktor Setting level

awal Keterangan

Kematangan Buah level 2

Persentase Proporsi Cacat awal sebelum percobaan 13,50% Lama Penimbunan di Loading Ramp level 1

Holding Time level 2 Tekanan pada Perebusan level 2 Kecepatan Putar di Thresher level 1 Tekanan Pressan level 1 Temperatur di unit Klarifikasi level 2


(2)

Tabel 6.3. Usulan Perbaikan untuk Faktor Tekanan pada Perebusan

Faktor Penyelesaian Masalah

1. Manusia/Operator -Kurang inspeksi -Kurang teliti

- Pemahaman dan pengawasan terhadap bagian perebusan lebih ditingkatkan.

- Pelatihan terhadap bagian perebusan dilakukan secara berkala dalam setting tekanan.

2. Mesin/peralatan -Tekanan

- Tekanan pada bagian perebusan disetting menjadi 3 kg/cm2

3. Metode

-Perbaikan tidak standar

-Menentukan standar perbaikan kualitas dengan menggunakan metode Taguchi


(3)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Dengan menggunakan metode Taguchi dalam usaha perbaikan kualitas produk PT. Asam Jawa, maka dapat diambil kesimpulan, yaitu :

1. Tidak sesuainya kualitas produk terhadap standar mutu berdampak pada tidak tercapainya target perusahaan dalam mencapai rendemen yang lebih baik. 2. Besarnya penyimpangan kualitas CPO yang dihasilkan disebabkan oleh faktor

paling berpengaruh yaitu Tekanan pada Perebusan dan Temperatur di unit Klarifikasi.

3. Kombinasi setting yang optimal adalah A2 (kematangan buah pada level matang), B1 (lama penimbunan di Loading Ramp selama 1 hari), C2 (Holding

Time pada saat 48 menit), D2 (tekanan pada perebusan sebesar 3 kg/cm2), E1

(kecepatan putar di Thresher disetting 22 rpm), F1 (tekanan pressan pada saat 34 bar) dan G2 (temperatur di unit klarifikasi sebesar 900C).

4. Dari hasil perhitungan yang dilakukan tanpa metode Taguchi, nilai ketidaksesuaian dengan standar mutu adalah 20,97%. Sedangkan persentase ketidaksesuaian dengan standar mutu dengan metode Taguchi mengalami penurunan menjadi 13,50%.

5. Upaya perbaikan yang dilaksanakan berdasarkan dari analisa dengan metode Taguchiterhadap faktor yang menjadi prioritas utama adalah :


(4)

1) Manusia/Operator

- Pemahaman dan pengawasan terhadap stasiun perebusan dengan membuat setting tekanan perebusan menjadi 3 rpm.

- Pelatihan terhadap bagian perebusan dilakukan untuk mampu tanggap terhadap holding time sesuai dengan tekanan yang disetting sebelumnya.

- Pelatihan bagian perebusan untuk menjaga kebersihan disekitar stasiun perebusan.

2) Metode

- Tetap stand by terhadap perubahan yang terjadi pada bagian perebusan sesuai dengan metode kerja yang sudah ditetapkan. - perawatan/pemeliharaan mesin 1 (satu) kali dalam sehari.

7.2. Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan, ada beberapa saran yang diharapkan bermanfaat bagi perusahaan, antara lain yaitu :

1. Analisa kualitas dengan metode Taguchi agar senantiasa dilakukan, supaya diperoleh informasi yang representatif untuk perencanaan perbaikan secara terus-menerus (continious improvement), dalam upaya peningkatan kualitas hasil pengolahan TBS menjadi CPO di Pabrik PT. Asam Jawa.

2. Penganalisaan faktor-faktor berpengaruh terhadap kualitas produk hanya sebagai alat penilai, sehingga informasi yang diberikan oleh hasil perhitungan harus diselidiki lebih lanjut untuk mengetahui faktor penyebab dari


(5)

penyimpangan kualitas yang memberikan kontribusi terbesar yang mengakibatkan rendahnya kualitas CPO.

3. Perusahaan dapat menerapkan metode Taguchi untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan, untuk itu operator mesin perlu dilatih untuk meningkatkan keahlian sehingga dapat mengetahui dan menilai kondisi mesin/peralatan yang dioperasikan apakah berjalan dengan lancar dan efisien tanpa adanya gangguan kerusakan atau tidak, sehingga dapat mencari penyebab dan mengambil tindakan untuk pencegahan dan cara menanggulaginya.

4. Penanaman kesadaran kepada seluruh karyawan untuk ikut berperan aktif dalam peningkatan kualitas produk untuk perusahaan dan bagi diri mereka sendiri mulai dari tingkat operator sampai tingkat pimpinan perusahaan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Gaspersz, Vincent, Metode Analisis Untuk Peningkatan Kualitas, PT. Gramedia Pustaka Utama, Bogor, 2001.

Indranata, Iskandar, Pendekatan Kualitatif Untuk Pengendalian Kualitas, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 2008.

Ishikawa, Kaoru, Teknik Penuntun Pengendalian Mutu, PT. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta, 1988.

Joseph, V. Roshan, Taguchi’s Approach to Robust Parameter Design: A New

Perspective, Jurnal Internet, USA, 2005.

Pourmehr, Mahdi, Application of Taguchi Method to Investigate the Effects of Process Factors on the Performance of Batch Emulsion Polymerzation

of Vinyl Chloride, Wiley Interscience, Iran, 2009.

Soejanto, Irwan, Desain Eksperimen dengan Metode Taguchi, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009.

Walpole, Ronald E., Pengantar Statistika, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Edisi ke-3, Jakarta, 1993.