12
2.2. Momen Pada Pelat yang Ditumpu Kolom
Pada flat plate atau flat slab, dimana pelat ditumpu langsung diatas kolom tanpa adanya balok. Disini pambagian kekakuan pelat terbagi dari kolom ke kolom
sepanjang keempat sisi panel. Hasilnya. Momen pada pelat lebih besar di daerah ini.
Gambar 2.7a mengilustrasikan momen pada panel interior dari pelat yang
sangat lebar dimana semua panel terbebani merata dengan beban yang sama. Pelat ditumpu diatas kolom bulat dengan diameter c = 0.1l . Momen negatif dan positif
yang paling besar terjadi dijalur bentang antara kolomke kolom. Pada Gambar 2.7b dan c. Lekukan dan diagram momen ditunjukkan untuk jalur sepanjang garis A-A
dan B-B. Kedua jalur mempunyai momen negatif berbatasan dengan kolom dan momen positif pada bentang tengah. Pada Gambar 2.7d, diagram momen dari
Gambar 2.7a diplot ulang untuk menunjukkan momen rata-rata jalur kolom dengan
lebar l
2
2 dan jalur tengah antara dua jalur kolom. Prosedur perencanaan pada Peraturan ACI memperhitungkan momen rata-
rata jalur tengah dan kolom. Perbandingan Gambar 2.7a dan d bahwa perubahan
momen dengan seketika di sekitar kolom, momen elastis teoritis pada kolom mungkin lebih besar dari pada nilai rata-rata.
a Momen dari Analisis Statis Jalur d Momen Elastik Rata-Rata Lebih
Universitas Sumatera Utara
13 b
Kurva dan Momen Rata-Rata di c Kurva dan Momen Rata-Rata di
Jalur Kolom A-A Jalur Tengah B-B
Gambar 2.7.
Momen pada Pelat yang Ditumpu Kolom, l
2
l
1
= 1.0, cl = 0.1
Momen total yang dihitung disini adalah
2
0,122 0,5
2
+ 0,041 0,5
2
+ 0,053 0,5
2
+ 0,034 0,5
2
= 0,125
2 2
2.3. Tata Cara Perencanaan Bangunan Gedung Tahan Gempa
Menurut Daniel L. Schodek 1999, gempa bumi dapat terjadi karena fenomena getaran dengan kejutan pada kerak bumi. Faktor utama adalah benturan
pergesekan kerak bumi yang mempengaruhi permukaan bumi. Gempa bumi ini menjalar dalam bentuk gelombang. Gelombang ini mempunyai suatu energi yang
dapat menyebabkan permukaan bumi dan bangunan diatasnya bergetar. Getaran ini nantinya akan menimbulkan gaya-gaya pada struktur bangunan karena struktur
cenderung mempunyai gaya untuk mempertahankan dirinya dari gerakan. Menurut Mac Cormac 1995, hal yang perlu diperhatikan adalah kekuatan
bangunan yang memadai untuk memberikan kenyamanan bagi penghuninya terutama lantai atas. Semakin tinggi bangunan, defleksi lateral yang terjadi juga semakin besar
pada lantai atas. Berdasarkan UBC 1997, tujuan desain bangunan tahan gempa adalah untuk
mencegah terjadinya kegagalan struktur dan kehilangan korban jiwa, dengan tiga kriteria standar sebagai berikut :
a. Tidak terjadi kerusakan sama sekali pada gempa kecil.
b. Ketika terjadi gempa sedang, diperbolehkan terjadi kerusakan arsitektural
tetapi bukan merupakan kerusakan struktural.
Universitas Sumatera Utara
14 c.
Diperbolehkan terjadinya kerusakan structural dan non-struktural pada gempa kuat, namun kerusakan yang terjadi tidak sampai menyebabkan bangunan
runtuh. Daniel L. Schodek 1999 menyatakan bahwa pada struktur stabil apabila
dikenakan beban, struktur tersebut akan mengalami perubahan bentuk deformasi yang lebih kecil dibandingkan struktur yang tidak stabil. Hal ini disebabkan karena
pada struktur yang stabil memiliki kekuatan dan kestabilan dalam menahan beban. Dalam peraturan perencanaan tahan gempa di Indonesia ada beberapa metode
analisis yang dilakukan pada perhitungan perencanaan tahan gempa di Indonesia, antara lain analisis gempa ringan, analisis beban dorong statik static pushover
analysis, analisis gempa statik ekuivalen, analisis perambatan gelombang, analisis respon spektrum, dan analisis respon dinamik riwayat waktu.
Menurut SNI 03-1726-2012, analisis ragam respons spektrum dilakukan untuk mendapatkan ragam getar alami struktur. Analisis harus menyertakan jumlah
ragam yang cukup untuk mendapatkan partisipasi massa ragam terkombinasi sebesar paling sedikit 90 dari massa aktual dalam masing-masing arah horisontal
ortogonal dari respons yang ditinjau oleh model.
2.4. Sistem Rangka Pemikul Momen SRPM