Konsep Beton Bertulang TINJAUAN PUSTAKA

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Beton Bertulang

Beton didapat dari pencampuran bahan-bahan agregat halus dan kasar yaitu pasir, batu, batu pecah, atau bahan semacam lainnya dengan menambahkan secukupnya bahan perekat semen, dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung Dipohusodo, 1999:1. Beton merupakan salah satu material yang paling banyak digunakan dalam dunia konstruksi. Di Indonesia, hampir 60 material yang digunakan dalam pekerjaan konstruksi adalah beton concrete, yang pada umumnya dipadu dengan baja composite atau jenis lainnya Mulyono, 2004 : 135 Disisi lain, penggunaan material beton sebagai salah satu unsur penting dalam sebuah proyek ternyata berpengaruh signifikan terhadap total biaya proyek. Berdasarkan penelitian signifikan terhadap total biaya proyek. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nugraha 1985, lebih dari separuh total biaya proyek diserap oleh material yang digunakan. Penelitian yang dilakukan oleh Nugraha ini tidak jauh berbeda dengan apa yang dipaparkan oleh Ritz 1994 yang mengatakan bahwa material memiliki kontribusi sebesar 40-60 dalam biaya proyek. Beton bertulang adalah merupakan gabungan logis dari dua jenis bahan: beton polos yang memiliki kekuatan tekan yang tinggi akan tetapi kekuatan tarik yang rendah dan batang-batang baja yang ditanamkan didalam beton dapat memberikan kekuatan tarik yang diperlukan. Wang, 1993:1 Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum yang diisyaratkan dengan atau tanpa prategang dan direncanakan dengan asumsi bahwa kedua material bekerja bersama sama dalam menahan gaya yang bekerja SNI 03- 2847-2002 ps. 3.13. Struktur bangunan gedung beton bertulang umumnya memiliki beberapa komponen seperti pelat, balok, kolom, dan pondasi. Pelat lantai beton dibagi 2 menurut arah penulangannya, yaitu pelat satu arah one way slab dan pelat dua arah Universitas Sumatera Utara 7 two way slab. Pelat dua arah two way slab merupakan bentuk konstruksi yang unik untuk beton bertulang, diantara kebanyakan material struktur lain. Pelat dua arah merupakan sistem struktur yang banyak digunakan, ekonomis dan efisien. Dalam praktiknya, pelat dua arah two way slab dibagi atas beberapa sistem struktur pelat, antara lain : a.Pelat Konvensional b. Flat Slab Gambar 2.1. Jenis-Jenis Sistem Struktur Pelat Dua Arah Two Way Slab Sumber : Reinforced Concrete, James G.MacGregor 1997

2.1.1. Pelat Konvensional

Pelat konvensional merupakan pelat yang paling sering dipakai untuk bangunan gedung, didukung oleh balok dan kolom. SNI 03-2847-2002 dan ACI 318-08 memasukkan penggunaan pelat konvensional pada bangunan gedung sebagai single system pada Sistem Rangka Pemikul Momen SRPM dapat digunakan pada wilayah gempa ringan, sedang hingga kuat. Pelat ini memiliki desain yang sederhana, efisien untuk bentuk yang teratur dan bentang-bentang yang tidak mengulang, penggunaan besi tulangan lebih boros, kecepatan konstruksi lebih lambat karena tahapan pelaksanaan yang panjang yaitu : bekisting, penulangan, pengecoran, bongkar bekisting, pemeliharaan beton, serta pelaksanaannya saling menunggu, waktu pelaksanaan lebih lama, karena memakan waktu 28 hari untuk mencapai tingkat kering, pemasangan tulangan harus bersamaan dengan balok dan kolom agar terikat satu sama lain, koordinasi pelaksanaan begitu kompleks, dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara 8

2.1.2. Flat Slab

Flat slab merupakan pelat dua arah yang biasanya ditambahkan column capital , drop panel atau keduanya. Pelat ini digunakan pada beban berat lebih dari 5 kPa dan untuk bentang 6 sampai 9 m. Flat slab dengan balok semu merupakan flat slab dengan penambahan balok semu yang menghubungkan antar kolom. Balok semu yang dimaksud adalah bagian dari pelat yang memiliki tulangan lebih banyak dibandingkan bagian pelat lainnya, namun ketebalannya sama dengan bagian pelat lain. Penambahan balok semu bertujuan untuk mengurangi kebutuhan tulangan. Flat slab memiliki kelemahan terutama jika dibangun di daerah gempa. Perilaku dan metoda desain flat slab terhadap beban gravitasi telah dikenal dengan baik, tetapi terhadap beban lateral beberapa masalah belum dapat dirumuskan dengan pasti Dovich and Wight, 2005. SNI 03-2847-2002 dan ACI 318-08 memasukkan flat slab ke dalam Struktur Rangka Pemikul Momen Menengah Intermediate Moment Frame dengan konsekuensi flat slab sebagai single system hanya dapat digunakan pada wilayah gempa ringan atau sedang.

a. Flat Slab dengan Pelat Tiang Drop Panel