Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang amat dibutuhkan oleh manusia di dalam menjalankan kehidupannya. Pendidikan merupakan suatu upaya agar manusia dapat mengetahui dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Baik dan buruknya seseorang, maju dan tidaknya suatu bangsa juga amat ditentukan oleh pendidikan. Di Indonesia semua orang berhak untuk mengenyam pendidikan, hal tersebut terlihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 ayat 1 yang berbunyi: “Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”. 1 Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilandasi dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab dalam rangka membina dan membentuk suatu kepribadian personality, kecerdasan dan keterampilan anak didik, baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Muhibbin Syah dalam buku Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru mendefinisikan pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia melalui pengajaran. 2 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Naional No.20 tahun 2003, hlm. 14. 2 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993, cet 1, hlm. 1. 2 Dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 pasal 2 Penidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 3 Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, berdirilah lembaga- lembaga pendidikan. Jalur pendidikan terbagi kepada jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah-sekolah secara formal seperti SD, SMP, dan seterusnya. Jalur pendidikan luar sekolah yaitu non- formal dan informal seperti pendidikan di rumah keluarga, kursus dan lain- lain. Jenis pendidikan sekolah terbagi kepada pendidikan umum, kejuruan, keagamaan, khusus, akademik serta pendidikan profesi dan vokasi. Pendidikan kegamaan menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 pasal 30 ayat 2. berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan atau menjadi ahli agama. 4 Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa yang diharapkan dari pendidikan keagamaan adalah agar peseta didik dapat mengetahui, menguasai pengetahuan keagamaan serta dapat menjalankan perintah agamanya. Jadi tidak hanya sekedar mengetahui saja akan tetapi diharapkan agar menguasainya dengan benar serta dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan keagamaan yang dibicarakan dalam pembahasan ini adalah pendidikan Islam. Untuk itu diperlukan pemahaman terlebih dahulu tentang pengertian pendidikan Islam itu sendiri. Pendidikan Islam merupakan 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional…hlm. 12. 4 UUSPN …hlm. 25. 3 jalan bagi usaha untuk mengarahkan pertumbuhan anak didik ke arah ajaran Islam melalui pembelajaran agama Islam sebagaimana diungkapkan oleh Prof. H. M. Arifin, M.Ed, bahwa hakekat pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah kemampuan dasar anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya. Pendidikan secara teoritis mengandung pengertian memberi makna apvoeding kepada jiwa anak didik sehingga mendapat kepuasan rohaniah, juga diartikan dengan menumbuhkan kemampuan dasar manusia. 5 Mengenai keutamaan pendidikan ini, Allah SWT menggambarkan dalam al-Qur’an: …               “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang- orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. QS. Al-Mujadalah: 11 6 Mengenai tujuan pendidikan agama Islam menurut Ahmad D. Marimba ada dua macam yaitu tujuan sementara dan tujuan akhir. Tujuan sementara yaitu tercapainya berbagai kemamapuan seperti kecakapan jasmani, pengetahuan ilmu-ilmu kemasyarakatan, kesusilaan, keagamaan, kedewasaan jasmani dan rohani. 7 Sedangkan tujuan akhir pendidikan Islam disebutkan oleh H.M. Arifin bahwa tujuan akhir pendidikan Islam itu terletak 5 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994, Cet. 3, hlm. 32. 6 Al-Hakim, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: Asy-Syifa, 1998, hlm. 434. 7 Ahmad Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT.Al-Maarif, 1980, hlm. 6. 4 dalam realisasi sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, baik secara perorangan, masyarakat maupun umat manusia secara keseluruhannya. 8 Dalam menyampaikan suatu ilmu dalam pembelajaran kepada peserta didik seorang guru dituntut untuk kreatif dalam menyampaikan pembelajaran tersebut supaya peserta didik tidak merasa bosan ketika melakukan proses pembelajaran dan diharapkan dengan guru yang kreatif pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Begitu juga dengan pembelajaran PAI, seorang guru keberadaannya sangat berpengaruh dalam pembelajaran tersebut, dari bagaimana metode atau cara yang dilakukan untuk menyampaikan materi pembelajaran tersebut supaya dapat menarik perhatian dan minat peserta didik agar tertuju pada materi yang akan disampaikan. Salah satu di antara metode-metode pembelajaran adalah metode demonstrasi. Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan ketika seorang guru akan mempraktekkan suatu materi pelajaran yang ia sampaikan. Dengan penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran diharapkan dapat mempermudah siswa dalam memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru, karena siswa dapat mengetahui pengamalan suatu teori atau materi yang ia pelajari secara langsung. Selain memberikan metode yang bagus dalam mengajar, seorang guru juga seharusnya memberikan motivasi yang besar dan kuat agar tumbuh minat dalam diri seorang anak untuk dapat membiasakan dirinya dalam mengamalkan pelajaran yang telah diterimanya di sekolah. Karena motivasi merupakan salah satu faktor penentu terhadap keberhasilan seorang anak didik dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan atau yang ingin dicapai dalam sebuah pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar KBM, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan terjadinya kegiatan pembelajaran, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan pembelajaran dan yang memberikan arah kepada kegiatan pembelajaran. Sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai dengan baik. Motivasi 8 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam… hlm. 33. 5 belajar adalah faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi yang kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar, hasil belajar itu akan menjadi optimal jika ada motivasi yang tepat. 9 Oleh karena itu, di sini penulis tertarik untuk meneliti masalah dengan judul “EFEKTIVITAS METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN PAI HUBUNGANNYA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP PGRI 1 CIPUTAT TANGERANG SELATAN”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah yang akan diteliti adalah: 1. Guru kurang mengembangkan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran PAI. 2. Suasana belajar yang kurang kondusif. 3. Rendahnya motivasi belajar siswa pada pembelajaran PAI. 4. Rendahnya prestasi belajar peserta didik. 5. Kurangnya sarana dan prasarana sekolah untuk menunjang penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah