2.7 Iklim Lingkungan 2.7.1 Definisi
Iklim adalah rerata keadaan cuaca dalam jangka waktu yang cukup lama minimal 30 tahun yang sifatnya menetap. Iklim merupakan kebiasaan alam yang
digerakkan oleh gabungan beberapa unsur yaitu radiasi mataharilama penyinaran, temperatursuhu udara, kelembaban, awan, presipasihujan, evaporasipenguapan,
tekanan udara dan angin Kartasapoetra, 2008 . Menurut National Research Council US 2001 yang dikutip Achmadi 2008,
Iklim adalah rerata cuaca pada suatu wilayah tertentu. Rerata cuaca meliputi semua gambaran yang berhubungan dengan suhu, pola angin, curah hujan yang
terjadi di permukaan bumi. Cuaca lebih menggambarkan variasi beberapa kondisi variabel secara harian seperti cuaca cerah, mendung, panas dan lain-lain.
Sedangkan musim merupakan kondisi harian dalam kurun waktu tertentu misalnya musim kemarau, musim hujan, musim peralihan dan semuanya ini
disebut iklim.
2.7.2 Unsur Iklim
Menurut Kartasapoetra 2008 unsur-unsur iklim adalah sebagai berikut : a. Curah hujan
Merupakan salah satu bentuk presipitasi uap air yang berasal dari awan yang
terdapat di atmosfer. Bentuk presipitasi lainnya adalah salju dan es. Agar terjadinya hujan diperlukan titik-titik kondensasi, amoniak, debu dan asam
belerang. Curah hujan 1 mm artinya air hujan yang jatuh setelah 1 mm tidak mengalir, tidak meresap dan tidak menguap. Hari hujan artinya suatu hari dimana
Universitas Sumatera Utara
curah hujan kurang dari 0,5 mm per hari. Intensifikasi hujan artinya banyaknya curah hujan per satuan jangka waktu tertentu. Apabila intensitasnya besar berarti
hujan lebat dapat mengakibatkan banjir Kartasapoetra, 2008. Indeks Curah Hujan ICH tidak secara langsung mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk,
tetapi berpengaruh terhadap curah hujan ideal. Curah hujan ideal artinya air hujan tidak sampai menimbulkan banjir dan air menggenang di suatu wadahmedia yang
menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk yang aman dan relatif masih bersih misalnya cekungan dipagar bambu, pepohonan, kaleng bekas, atap atau talang
rumah. Tersedianya air dalam media menyebabkan telur nyamuk menetas dan setelah 10-12 hari akan berubah menjadi nyamuk Achmadi, 2010. Curah hujan
merupakan salah satu variabel meteorologi yang dapat digunakan sebagai early warming
“ pengendalian nyamuk. Berdasarkan penelitian Iriani 2012 menyatakan bahwa terdapat korelasi antara
curah hujan dan peningkatan jumlah kasus DBD yang dirawat. Efek dari perubahan curah hujan dapat memengaruhi kelangsungan hidup nyamuk dan
perkembangbiakan nyamuk mernjadi lebih cepat. Menurut Felipe J. Colón-González dkk 2011 dalam penelitiannya di Meksiko
menyatakan bahwa curah hujan berpengaruh terhadap dengue. Perubahan pada curah hujan tersebut mempengaruhi vector borne diseases yaitu kemampuan
bertahan hidup vektor, kecepatan reproduksi, kecocokan habitat, distribusi penyebaran dan aktivitas vektor terutama perilaku menggigit.
Universitas Sumatera Utara
Secara umum dapat dikatakan bahwa perubahan iklim meningkatkan curah hujan yang berdampak pada meningkatnya habitat larva nyamuk sehingga
meningkatkan kepadatan populasi nyamuk Achmadi, 2008. b. Kelembaban
Kelembaban udara humiditas udara adalah banyaknya kadar uap air yang ada di udara. Besarnya kelembaban suatu daerah merupakan faktor yang dapat
menstimulasi curah hujan. Di Indonesia kelembaban udara tertinggi dicapai pada musim hujan dan terendah pada musim kemarau. Besarnya kelembaban disuatu
tempat pada musim erat hubungannya dengan perkembangan organisme Guslim, 2007. Kelembaban dan curah hujan merupakan faktor penting yang
mempengaruhi penyebaran aktivitas dan perkembangan insecta. Pada kelembaban yang sesuai akan membuat insecta lebih tahan terhadap suhu ekstrim.
Kelembaban mempengaruhi usia nyamuk, masa kawin, penyebaran, kebiasaan makan dan kecepatan virus bereplikasi. Pada kelembaban tinggi umumnya
nyamuk hidup lebih lama dan cepat menyebar. Oleh karena itu, nyamuk mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk makan pada orang yang terinfeksi
dan menularkan virusnya kepada orang lain Promprou, 2005 dalam Adriyani, 2012. Nyamuk dapat bertahan pada kelembaban 60-80.
Menurut Sukowati 2008, kelembaban udara sangat berpengaruh terhadap perkembangbiakan nyamuk Ae.aegypti terutama pada siklus telur. Bila
kelembaban udara kurang, telur dapat menetas dalam waktu yang lama bisa mencapai tiga bulan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Gobler dalam Awida Roose 2008, kelembaban udara memengaruhi umur nyamuk. Pada suhu 200C kelembaban nisbi 27 umur nyamuk betina 101
hari dan umur nyamuk jantan 35 hari, kelembaban nisbi 55 umur nyamuk betina 88 hari dan nyamuk jantan 50 hari. Pada kelembaban nisbi kurang dari 60 umur
nyamuk akan menjadi pendek, tidak dapat menjadi vektor, karena tidak cukup waktu untuk perpindahan virus dari lambung ke kelenjar ludah. Oleh karena itu,
kelembaban udara lebih dari 60 membuat umur nyamuk Ae. aegypti menjadi panjang serta potensial untuk perkembangbiakkan nyamuk Ae. aegypti.
c. Temperatursuhu udara Temperatursuhu udara adalah derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan
skala tertentu dengan menggunakan thermometer. Satuan suhu yang biasa digunakan adalah derajat celcius sedangkan di Inggris dan beberapa negara
lainnya dinyatakan dalam derajat Fahrenheit Kartasapoetra, 2008. Musim hujan dan musim kemarau memiliki pengaruh pada tingkat suhu lingkungan. Saat
pergantian musim penghujan ke musim kemarau konsdisi suhu udara berkisar antara
23-31°C, ini
merupakan range
suhu yang
optimum untuk
perkembangbiakan nyamuk 24-28°C. Perubahan iklim yang ditandai dengan peningkatan suhu rerata dapat mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk
Ae.aegypti dengan memperpendek waktu yang diperlukan untuk berkembang dari fase telur menjadi nyamuk dewasa. Suhu lingkungan dengan kelembaban yang
tinggi di musim kemarau akan mempengaruhi bionomik nyamuk seperti perilaku menggigit, perilaku perkawinan, lama menetas telur nyamuk Achmadi, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Achmadi 2011, temperatur udara yang meningkat perilaku nyamuk akan semakin beringas dan keinginan untuk melakukan perkawinan sesama
nyamuk semakin meningkat. Biasanya sehabis mengadakan perkawinan maka perilaku keinginan menggigit manusia atau binatang semakin meningkat.
d. Kecepatan angin Kecepatan angin merupakan gerakan atau perpindahan massa udara dari satu
tempat ke tempat lain secara horizontal. Massa udara adalah udara dalam ukuran yang sangat besar yang mempunyai sifat fisik temperatur dan kelembaban yang
seragam dari arah yang horizontal Kartasapoetra, 2008. Menurut Andriani 2001 dalam Dini dkk 2010 yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara faktor iklim kecepatan angin dan angka insiden DBD selama tahun 1997-2000. Menurut Achmadi 2011, kecepatan arah angin, curah
hujan dan suhu lingkungan harus diperhatikan karena bisa berperan dalam rangka perkembangbiakan nyamuk terutama nyamuk Aedes di perkotaan.
Kecepatan angin akan memengaruhi daya jangkau terbang nyamuk Ae. Aegypti. Semakin luas daya jangkau nyamuk maka semakin banyak kesempatan untuk
kontak dengan manusia sehingga umur dan masa reproduksi nyamuk akan semakin panjang.
2.7.3 Dampak Perubahan Iklim terhadap Kesehatan