Karakteristik Nyamuk Aedes aegypti Siklus Hidup Nyamuk

keperakan di kedua sisi lateral dan dua buah garis putih sejajar di garis median dari puggungnya yang berwarna dasar hitam lyne shaped marking. Dalam siklus hidupnya, Ae. aegypti mengalami empat stadium yaitu telur, larva pupa, dan dewasa. Stadium telaur, larva, dan pupa hidup di dalam air tawar yang jernih serta tenang. Genangan air yang disukai sebagai tempat perindukannya breeding place adalah genangan air yang terdapat di dalam suatu wadah atau container, bukan genangan air di tanah. Tempat-tempat perindukan yang paling potensial adalah tempat penampungan air TPA yang digunakan untuk keperluan sehari-hari: drum, bak mandi, bak WC, gentong tempayan, ember, dan lain-lain. Tempat perindukan lainnya yang non-TPA adalah vas bunga, pot tanaman hias, ban bekas, kaleng bekas, botol bekas, tempat minum burung, dan lain-lain, serta tempat penampungan air alamiah: lubang pohon, pelepah daun pisang, pelepah daun keladi, lubang batu, dan lain-lain. Tempat perindukan yang paling disukai adalah yang berwarna gelap, terbuka lebar dan terlindung dari sinar matahari langsung Soegijanto, 2006.

2.2.1 Karakteristik Nyamuk Aedes aegypti

a. Sayap dan badannya belang-belang atau bergaris-garis putih, b. Berkembangbiak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi, WC, tempayan drum, barang-barang penampung air seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman air, tempat minum burung dan lain-lain, c. Jarak terbang ± 100 meter, d. Nyamuk betina bersifat „multiple biters„ menggigit beberapa orang karena sebelum nyamuk tersebut kenyang sudah berpindah tempat, Universitas Sumatera Utara e. Tahan dalam suhu panas dan kelembaban tinggi Widoyono, 2008.

2.2.2 Taksonomi dan Morfologi 1. Taksomoni

Nyamuk Ae. aegypti L. Diptera: Culcidae disebut black-white mosquito, karena tubuhnya ditandai dengan pita atau garis-garis putih keperakan di atas dasar hitam. Di Indonesia nyamuk ini sering disebut sebagai salah satu dari nyamuk- nyamuk rumah. Menurut Richard dan Davis 1977 dalam Soegijanto 2006, kedudukan nyamuk Ae. aegypti dalam klasifikasi animalia adalah sebagai berikut : Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Bangsa : Diptera Suku : Culicidae Marga : Aedes Jenis : Ae. aegypti L.

2. Morfologi

1. Telur Telur nyamuk Aedes aegypti berbentuk ellips atau oval memanjang, warna hitam, ukuran 0,5-0,8 mm, permukaan poligonal, tidak memiliki alat palmpung, dan diletakkan satu per satu pada benda-benda yang terapung atau pada dinding bagian dlam tempat penampungan air TPA yang berbatasan langsung dengan permukaan air. Dilaporkan bahwa dari telur yang dilepas, sebanyak 85 melekat di dinding TPA, sedangkan 15 lainnya jatuh ke permukaan air. Universitas Sumatera Utara 2. Larva Larva nyamuk Aedes aegypti tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan bulu-bulu sederhana yang tersusun bilateral simetris. Larva ini dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami 4 kali pergantian kulit ecdysis, dan larva yang terbentuk berturut-turut disebut larva instar I, II, III, dan IV. Larva instar I, tubuhnya sangat kecil, warna transparan, panjang 1-2 mm, duri- duri spinae pada dada thorax belum begitu jelas, dan corong pernafasan siphon belum menghitam. Larva instar II bertambah besar, ukuran 2,5-3,9 mm, duri dada belum jelas, dan corong pernafasan sudah berwarna hitam. Larva instar IV telah lengkap struktur anatominya dan jelas tubuh dapat dibagi menjadi bagian kepala chepal, dada thorax, dan perut abdomen. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk, sepasang antena tanpa duri- duri, dan alat –alat mulut tipe pengunyah chewing. Bagian dada tampak paling besar dan terdapat bulu-bulu yang simetris. Perut tersusun atas 8 ruas. Ruas perut ke-8, ada alat untuk bernafas yang disebut corong pernafasan. Corong pernafasan tanpa duri-duri, berwarna hitam, dan ada seberkas bulu-bulu tuft. Ruas ke-8 juga dilengkapi dengan seberkas bulu-bulu sikat brush dibagian ventral dan gigi- gigi sisir comb yang berjumlah 15-19 gigi yang tersusun dalam satu baris. Gigi- gigi sisir dengan lekungan yang jelas membentuk gerigi. Larva ini tubuhnya langsing dan bergerak sangat lincah, bersifat fototaksisnegatif, dan waktu istirahat membentuk sudut hampir tegak lurus dengan bidang permukaan air. 3. Pupa Universitas Sumatera Utara Pupa nyamuk Aedes aegypti bentuk tubuhnya bengkok, dengan bagian kepala- dada cephalothorax lebih besar bila dibandingkan dengan bagian perutnya, sehingga tampak seperti tanda bac a” koma”. Pada bagian punggung dorsal dada terdapat alat bernafas seperti terompet. Pada ruas perut ke-8 tidak bercabang. Pupa adalah bentuk tidak makan, tampak gerakannya lebih lincah bila dibandingkan dengan larva. Waktu istirahat posisi pupa sejajar dengan bidang permukaan air. 4. Dewasa Nyamuk Aedes aegypti tubuhnya tersusun atas tiga bagian, yaitu kepala, dada, dan perut. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antena yang berbulu. Alat mulut nyamuk betina tipe penusuk- pengisap piercing-sucking dan termasuk lebih menyukai manusia anthropophagus, sedangkan nyamuk jantan bagian mulut lebih lemah sehingga tidak mampu menembus kulit manusia, karena itu tergolong lebih menyukai cairan tumbuhan phytophagus. Nyamuk betina mempunyai antena tipe-pilose, sedangkan nyamuk jantan plumose. Dada nyamuk ini tersusun atas 3 ruas, porothorax, mesothorax, dan metathorax. Setiap ruas dada sepasang kaki yang terdiri dari paha femur, betis tibia, dan tampak tarsus. Pada ruas-ruas kaki ada gelang-gelang putih, tetapi pada bagian tibia kaki belakang tidak ada gelang putih. Pada bagian dada juga terdapat sepasang sayap tanpa noda-noda hitam. Bagian punggung ada gambaran garis- garis putih yang dapat dipakai untuk membedakan dengan jenis lain. Gambaran punggung nyamuk Aedes aegypti berupa sepasang garis lengkung putih bentuk: lyre pada tepinya dan sepasang garis submedian di tengahnya. Universitas Sumatera Utara Perut terdiri dari 8 ruas dan pada ruas-ruas tersebut terdapat bintik-bintik putih. Waktu istirahat posisi nyamuk Aedes aegypti tubuhnya sejajar dengan bidang permukaan yang dihinggapinya Soegijanto, 2006. Pertumbuhan dari telur sampai menjadi dewasa memerlukan waktu sekitar 9 hari Sutanto,2008.

2.2.3 Siklus Hidup Nyamuk

Pada dasarnya siklus hidup nyamuk berawal dari peletakan telur nyamuk oleh nyamuk betina, kemudian fase selanjutnya setelah telur berkembang di dalam air menjadi larva yang terus berkembang melalui empat tahap dengan bertambah ukuran sehingga larva berubah menjadi pupa nyamuk dewasa dan membentuk diri sebagai betina atau jantan dan tahap munculnya berawal dari pecahan dibelakang kulit pupa. Nyamuk dewasa makan, kawin dan nyamuk betina dewasa menghasilkan telur untuk melengkapi siklus dan memulai generasi yang baru. Pertumbuhan nyamuk satu generasi dalam setahun mampu menghasilkan beberapa generasi tergantung dari kondisi iklim yang memengaruhinya seperti suhu, curah hujan, kelembaban, dan lain-lain. Genangan-genangan air biasanya dimanfaatkan oleh nyamuk Ae.aegypti betina untuk meletakkan telur-telurnya. Telur Ae.aegypti yang belum sempat menetas pada musim penghujan sanggup bertahan terhadap kekeringan pada musim panas selama beberapa bulan. Pada awal musim penghujan telur-telur ini akan digenangi air kemudian menetas menjadi larva yang mengakibatkan peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue sering terjadi pada awal musim penghujan. Menurut Soegijanto 2006 telur nyamuk Aedes aegypti didalam air dengan suhu 20-40° C akan menetas menjadi larva dalam waktu 1-2 hari Anonim,1983. Universitas Sumatera Utara Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu temperatur, tempat, keadaan air kandungan zat makanan yang ada di dalam tempat perindukan. Pada kondisi optimum, larva berkembang menjadi pupa dalam waktu 4-9 hari, kemudian pupa menjadi nyamuk dewasa dalam waktu 2-3 hari. Jadi pertumbuhan dan perkembangan telur, larva, pupa, sampai dewasa memerlukan waktu kurang lebih 7-14 hari Anonim, 1990. Suhu dapat mempengaruhi tingkat perkembangan dan ketahanan hidup parasit dan vector nyamuk Zhuo et al, 2003. Suhu optimum dalam perkembangbiakan nyamuk berkisar 20-30° C. Pada suhu hangat periode larva sekitar 4-7 hari dan di daerah tropis periode kepompong pupa sekitar 1-3 hari Rozendal, 1997. Secara umum suhu yang lebih panas dengan kelembaban yang tinggi merupakan stimulus perluasan secara geografis dan musim bagi vektor penyakit seperti insecta, tikus dan siput Wawolumayo dan Irianto, 2004. Berikut gambar siklus hidup nyamuk Ae. aegypti : Gambar 2.1. Siklus Hidup Nyamuk Ae. aegypti Soegijanto, 2006 2.2.4 Etiologi Universitas Sumatera Utara Virus dengue adalah RNA virus yang merupakan anggota famili flaviviridae dan genus flavivirus. Ada 68 anggota flalvivirus yang dibagi berdasarkan perbedaanpersamaan serologis dan yang terakhir berdasarkan sekuensi genomnya Soegijanto, 2006. Secara antigenik terdapat empat serotipe dari virus Dengue, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. DEN-1 adalah strain yang paling sering terisolasi dari semua isolat. Keempat serotipe virus dapat ditemukan diberbagai daerah di Indonesia. Serotipe Den-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak menunjukkan manifestasi klinik yang berat. Setiap strain mempunyai perbedaan daya virulensinya. Oleh karena itu sulit dibedakan diantara strain hanya berdasarkan pada gejala klinis dan patologis tetapi dapat dibedakan dengan tes netralisasi menggunakan antibodi monoklonal dan Polymerase Chain Reaction PCR. Flavivirus berbentuk sferis dengan ukuran diameter 40-60 nm. Nukleokapsid berbentuk sferis dengan diameter 30 nm dan dikelilingi oleh lipid bilayer. Komposisi virionnya terdiri atas 6 RNA, 66 protein, 9 karbohidrat, dan 17 lipid.

2.2.5 Manifestasi Klinis DBD