musim kemarau serta perbedaan lamanya musim hujan dan kemarau menyebabkan pengaruh pada perubahan bionomik nyamuk Ae. aegypti.
Menurut Sintorini 2007 yang mengutip dari Burke et al., 2001 bahwa banyak yang menduga KLB Demam Berdarah Dengue yang terjadi setiap tahun hampir
seluruh di Indonesia terkait erat dengan pola cuaca di Asia Tenggara. Tingkat penyebaran virus diperkirakan mengalami peningkatan pada peralihan musim
yang ditandai oleh curah hujan dan suhu udara yang tinggi. Sintorini 2007 menyatakan bahwa curah hujan mempengaruhi angka hinggap per jam nyamuk
Aedes AHJ. Curah hujan dan AHJ bersama-sama mempengaruhi jumlah kasus DBD di DKI Jakarta.
Menurut Majidah 2010 dalam Rohimat 2002 menyatakan bahwa curah hujan bulanan yang melampaui 300 mm akan meningkatkan kasus DBD sebesar 120.
Menurut Achmadi 2007, perubahan iklim juga memengaruhi pola curah hujan dan menimbulkan kejadian bencana khususnya banjir. Banjir merupakan
penyebab tersebarnya agen penyakit dan wabah penyakit menular nyamuk Ae. aegyptiAe. albopictus tersebar luas di tanah air dan ada terus menerus sepanjang
tahun dengan kepadatan yang turun naik sesuai dengan musim, pada musim hujan akan naik dan musim kemarau akan turun sedikit banyak dipengaruhi oleh
klimatologi.
2. Kelembaban dengan Demam Berdarah Dengue
Musim hujan dan musim kemarau memiliki pengaruh pada tingkat suhu lingkungan. Saat pergantian musim penghujan ke musim kemarau suhu udara
berkisar antara 23-31°C, ini merupakan range suhu yang optimum untuk
Universitas Sumatera Utara
perkembangbiakan nyamuk 24-28°C akan menstimulus nyamuk untuk menjadi lebih agresif dalam mancari mangsa dan menimbulkan frekuensi gigitan nyamuk
semakin meningkat yang pada akhirnya tentu akan meningkatkan probabilitas tertular penyakit Achmadi, 2008. Apabila kelembaban terlampau rendah yaitu
dibawah suhu 2°C sampai 42° C maka telur akan menetas dalam waktu 4 hari. Dalam keadaan optimal perkembangan telur sampai nyamuk dewasa berlangsung
selama sekurang-kurangnya 9 hari Soedarmo, 2009.
3. Kecepatan Angin dengan Demam Berdarah Dengue
Penelitian Andriani 2001 menyatakan semakin tinggi kecepatan angin maka semakin sulit nyamuk untuk terbang karena tubuhnya yang kecil dan ringan
sehingga mudah terbawa angin. Kecepatan angin akan mempengaruhi penyebaran nyamuk Ae. aegypti. Kecepatan angin akan mempengaruhi daya jangkau terbang
nyamuk Ae. aegypti.Semakin luas daya jangkau nyamuk maka semakin banyak kesempatan untuk kontak dengan manusia sehingga umur dan masa reproduksi
nyamuk akan semakin panjang WHO dalam Silaban, 2006. Berdasarkan hasil penelitian Dini dkk, 2010 menyatakan bahwa fluktuasi rata-
rata kecepatan angin di Kabupaten Serang tahun 2007-2008 hanya 2,5 knot yang berarti jauh dari batas kecepatan angin yang menghambat aktivitas terbang
nyamuk yaitu 22-28 knot. Nyamuk Ae. aegypti merupakan nyamuk dalam rumah sehingga pengaruh angin dalam penyebaran vektor ini sangat kecil.
4. Temperatursuhu dengan Demam Berdarah Dengue
Iklim berpengaruh terhadap pola penyakit infeksi karena agen penyakit baik virus, bakteriparasit dan vektor bersifat sensitif terhadap suhu, kelembaban dan kondisi
Universitas Sumatera Utara
lingkungan ambient lainnya. Menurut Sintorini 2007 yang mengutip dari WHO 2002, penyakit yang ditularkan melalui nyamuk seperti Demam Berdarah
Dengue DBD, malaria dan demam kuning berhubungan dengan kondisi cuaca yang hangat. Sebaliknya influenza berhubungan dengan kondisi cuaca yang
dingin dan meningitis berhubungan dengan kondisi lingkungan yang kering. Waktu yang dibutuhkan untuk setiap stadium vektor DBD dari mulai telur, larva
dan pupa serta bentuk dewasanya sangat bergantung keadaan lingkungan seperti suhu Dini dkk, 2010.
2.8 Kerangka Teori