3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data iklim yang meliputi curah hujan, temperatur udara, kelembaban udara dan kecepatan
angin dari Stasiun Klimatologi Sampali Medan Januari 2010 - Desember 2014. Data kasus Demam Berdarah Dengue DBD per kecamatan diperoleh dari Dinas
Kesehatan Kota Medan selama Januari 2010 - Desember 2014.
3.5 Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kasus Demam Berdarah Dengue DBD per kecamatan yang tercatat di laporan bulanan dan tahunan Dinas
Kesehatan Kota Medan
3.5.2 Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah curah hujan, temperatursuhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin kota Medan Tahun 2010-2014.
3.6 Definisi Operasional
1. Kasus Demam Berdarah Dengue DBD adalah Jumlah seluruh kasus demam berdarah perbulan dan pertahun di Kota Medan selama kurun waktu lima tahun
2010-2014 diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan . Hasil ukur : Jumlah kasus pertahun
Skala Ukur : Rasio 2. Curah Hujan adalah rerata jumlah air hujan yang turun ke bumi yang diperoleh
dari hasil pengukuran harian selama satu bulan kemudian dirata-ratakan setiap tahun diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
Hasil Ukur : mm Skala Ukur : Rasio
3. Temperatursuhu udara adalah rerata derajat panas atau dingin yang diperoleh dari hasil pengukuran per hari selama satu bulan kemudian dirata-ratakan setiap
tahun. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS Kota Medan. Hasil Ukur : °C
Skala Ukur : Rasio 4. Kelembaban adalah keadaan uap air per hari di dalam udara ambient yang
diperoleh dari hasil pengukuran harian selama satu bulan kemudian dirata-ratakan. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS Kota Medan.
Hasil Ukur : Skala Ukur : Rasio
5.Kecepatan angin adalah rerata laju pergerakan angin per hari secara horizontal diperoleh dari pengukuran per hari selama satu bulan kemudian dirata-ratakan
setiap tahun. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS Kota Medan. Hasil Ukur : Knot
Skala Ukur : Rasio.
3.7 Metode Analisis Data
Data iklim yang berupa curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara berbentuk data bulanan diolah menjadi data rata-rata tahunan dan data rata-rata bulanan
selama lima tahun. Sedangkan data kasus DBD didapatkan dalam bentuk data bulanan diolah menjadi data tahunan dan data bulanan selama lima tahun.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya data dianalisis dengan metode statistik menggunakan komputer. Metode yang digunakan yaitu uji korelasi dan regresi linier sederhana.
3.7.1 Analisis Univariat
Analisis univariat secara statistik digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel dalam penelitian ini meliputi suhu udara, curah
hujan, kelembaban, kecepatan angin dan kejadian kasus DBD di Kota Medan menurut data tahunan dan bulanan selama 5 tahun.
3.7.2 Analisis Bivariat
Analisis Bivariat secara statistik dengan menggunakan regresi linear dan korelasi untuk menganalisis derajat atau keeratan hubungan faktor iklim curah hujan,
kecepatan angin, kelembaban, temperatursuhu udara dengan kasus DBD di Kota Medan selama lima tahun 2010-2014 serta mengetahui bentuk hubungan antara
dua variabel. Uji korelasi untuk menentukan koefisien korelasi r. Koefisien korelasi r dapat diperoleh dari rumus:
√
Nilai korelasi r berkisar 0 s.d 1 atau bila dengan disertai arahnya nilainya antara -1 s.d +1 :
r = +1 berarti ada korelasi positif sempurna antara variabel X dan Y r = -1 berarti ada korelasi negatif sempurna antara variabel X dan Y
r = 0 berarti tidak ada korelasi antara X dengan Y
Menurut Silitonga 2011, makna dari koefisien korelasi dibagi atas 6 bagian
sebagai berikut Tabel 3.1 :
Tabel 3.1 Kekuatan Hubungan Dua Variabel Secara Kualitatif
Universitas Sumatera Utara
No Parameter
Nilai Interpretasi
1 Kekuatan
korelasi r 0,00
0,01-0,20 0,21-0,40
0,41-0,60 0,61-0,80
0,81-1,00 Tidak berkorelasi
Sangat Rendah Rendah
Cukup Tinggi
Sangat Tinggi
Koefisien korelasi yang telah dihasilkan merupakan langkah pertama untuk menjelaskan derajat hubungan linier antara dua variabel. Selanjutnya perlu
dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui apakah hubungan antara dua variabel tadi secara signifikan atau hanya karena faktor kebetulan. Uji hipotesis dilakukan
dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel. Selanjutnya untuk mengetahui bentuk hubungan dua variabel dilakukan analisis
regresi. Analisis regresi merupakan suatu model matematis yang dapat digunakan untuk mengetahui bentuk hubungan antar dua atau lebih variabel. Tujuan analisis
regresi adalah untuk membuat perkiraan prediksi nilai variabel jumlah kasus Demam Berdarah Dengue DBD variabel dependen melalui variabel faktor-
faktor iklim variabel independen. Untuk melakukan prediksi digunakan persamaan garis yang dapat diperoleh
dengan menggunakan metode kuadrat terkecil least square. Metode kuadrat terkecil least square merupakan suatu metode pembuatan garis regresi dengan
cara meminimalkan jumlah kuadrat jarak antara nilai Y yang teramati dan Y yang diramalkan oleh garis regresi itu. Secara matematis persamaan garis sebagai
berikut : Y = a +
+ +
+ + e
Keterangan :
Universitas Sumatera Utara
Y = Variabel dependen X = Variabel independen
a = Intercept, perbedaan besarnya rata-rata variabel Y ketika variabel X = 0 b = Slope, perkiraan besarnya perubahan nilai variabel Y bila nilai variabel X
berubah satu unit pengukuran. Ukuran yang penting dan sering digunakan dalam analisis regresi adalah koefisien
determinasi atau disimbolkan R2 R square. Koefisien determinan dapat dihitung dengan menggunakan nilai r atau dengan formula R2 = r2. Koefisien determinasi
berguna untuk mengetahui seberapa besar variasi variabel dependen Y dapat dijelaskan oleh variabel independen X. Atau dengan kata lain R2 menunjukkan
seberapa jauh variabel independen dapat memprediksi variabel dependen. Besarnya nilai R square antara 0 s.d 1atau antara 0 s.d 100 Riyanto, A ,
2009.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Keadaan Geografis
Kota Medan merupakan Ibu kota Propinsi Sumatera Utara yang memiliki 21 Kecamatan dan 158 kelurahan. Let
ak Geografis Kota Medan diantara 3°27‟ – 3°47‟ LU dan 98°35‟ – 98°44‟BT dengan ketinggian 2,5-37,5 meter diatas
permukaan laut. Kota Medan merupakan salah satu dari 33 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas wilayah 265,10 km². Sebagian besar wilayah Kota
Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli. Secara administratif kota Medan
berbatasan dengan : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabuaten Deli Serdang c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
4.1.2 Keadaan Demografis Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Kota Medan Tahun 2010-2014 jiwa
Tahun Total Jumlah Penduduk Kota Medan
Persentase
2010 2.121.053
18,94 2011
2.168.840 19,37
2012 2.193.136
19,59 2013
2.217.704 19,80
2014 2.497.183
22,30
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2014
Universitas Sumatera Utara
Jumlah penduduk Kota Medan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.1.
Grafik 1. Jumlah Penduduk di Kota Medan Periode Tahun 2010-2014.
Pada grafik 1 menunjukan jumlah penduduk di Kota Medan setiap tahunnya jumlah penduduk semakin meningkat. Pertambahan jumlah penduduk dari tahun
2010- 2013 relatif konstan sekitar 1. Peningkatan yang terjadi dari tahun 2013 yaitu 2.217.704 19,80 menjadi 2.497.183 22,30. Terjadi peningkatan
sekitar 2,5.
4.2 Gambaran Kasus Demam Berdarah Dengue DBD di Kota Medan Tahun 2010-2014.
Tabel 4.2 Data Kasus DBD di Kota Medan Tahun 2010-2014.
Bulan Tahun
Rata- rata
bulan
2010 2011
2012 2013
2014 n
n n
n n
Jan 266 8,52
308 12,91 221 18,40
87 6,85 170
10,01 210,4
Feb 190 6,09
288 12,08 147 12,24
79 6,22 163
9,60 173,4
2,121,053 2,168,840
2,193,136 2,217,704
2,497,183
1,900,000 2,000,000
2,100,000 2,200,000
2,300,000 2,400,000
2,500,000 2,600,000
2010
Total Jumlah Penduduk Kota Medan
2011 2012
2013 2014
Universitas Sumatera Utara
Mar 181 5,79
216 9,06 132 10,99
70 5,51 58
3,41 131,4
Apr 161 5,15
151 6,33 80 6,66
83 6,53 59
3,47 106,8
Mei 135 4,32
136 5,70 82 6,83
81 6,38 39
2,29 94,6
Jun 199 6,37
142 5,96 85 7,07
87 6,85 43
2,53 111,2
Jul 223 7,14
177 7,42 101 8,41
75 5,90 72
4,24 129,6
Agt 261 8,36
170 7,13 54 4,49
87 6,85 95
5,60 133,4
Sept 346 11,08
127 5,33 69 5,74
103 8,11 154
9,06 159,8
Okt 340 10,89
140 5,87 67 5,57
147 11,57 213
12,54 181,4
Nov 455 14,57
260 10,91 72 5,99
183 14,41 349
20,55 263,8
Des 365 11,69
269 11,28 91 7,58
188 14,80 283
16,67 239,2
Rata- ratata
hun 260,16
198,66 100,08
105,83 141,50
161,25
IR per 100.00
147,19 109,92
54,76 57,26
67,99
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2010-2014 bidang PMK Gambaran kasus DBD setiap bulannya tahun 2010- 2014 dapat dilihat dari tabel
4.2. Insident Rate IR tertinggi terjadi di Tahun 2010 yaitu 147,19 100.000 penduduk. Rata-rata kasus DBD tertinggi terjadi dibulan November yaitu 263,8
kasus. Jumlah kasus DBD tertinggi ditahun 2010 terjadi dibulan November yaitu sebesar 455 kasus 14,57 ditahun 2011 menurun menjadi 10,91 dan terjadi
peningkatan ditahun 2013 menjadi 14,41. Begitu juga ditahun 2014 peningkatan sehingga kasus DBD sebesar 20,55. Sedangkan untuk jumlah kasus
DBD terendah terjadi dibulan April-Mei 2010-2014. Jumlah kasus DBD terendah dibulan Mei terjadi ditahun 2014 sebesar 2,29 dengan rata-rata kasus 94,6
kasus.
Universitas Sumatera Utara
Grafik 2. Rerata Kasus DBD perbulan di Kota Medan Periode Tahun 2010- 2014
Berdasarkan grafik 2 dapat dilihat bahwa kasus DBD dari setiap bulannya mengalami penurunan dari bulan Januari hingga bulan Mei yaitu dari 210,4
menurun hingga 94,6 kasus dibulan Mei. Tetapi kasus DBD tertinggi terjadi dibulan November yaitu menjadi 263,8 kasus. Sepanjang tahun kasus DBD yang
tertinggi terjadi sekitar bulan November sampai dengan bulan Januari.
Grafik 3. Rerata Kasus DBD pertahun di Kota Medan Periode Tahun 2010- 2014.
Dari grafik 3 dapat dilihat bahwa kasus DBD hampir setiap tahunnya mengalami
penurunan. Jumlah kasus DBD tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sekitar 3122 kasus, ditahun 2011 terjadi penurunan menjadi 2384 kasus, dari tahun 2012
210.4 173.4
131.4 106.8
94.6
111.2 129.6
133.4 159.8
181.4 263.8
239.2
50 100
150 200
250
300
jan feb mar apr mei juni jul agt sept okt nop des
Rata-rata kasus DBDBulan
3122 2384
1201 1270
1698 500
1000 1500
2000 2500
3000 3500
2010 2011
2012 2013
2014
Universitas Sumatera Utara
hingga 2014 jumlah kasus DBD relatif konstan yaitu sekitar 1201 sampai dengan 1698 ditahun 2014.
Grafik 4. Jumlah rerata Kasus DBD perkecamatan di Kota Medan Periode Tahun 2010-2014.
Grafik 4 menunjukkan jumlah kasus DBD perkecamatan selama periode 2010-
2015. Dari grafik 4 ini menunjukkan jumlah rerata kasus DBD tertinggi terjadi di Kecamatan Medan Johor dengan jumlah rerata kasus selama 5 tahun 64,21 kasus,
kemudian Kecamatan Medan Sunggal 64,01 kasus. Sedangkan jumlah rerata kasus DBD terendah terjadi di Kecamatan Medan Maimun 31,98 kasus.
4.3 Gambaran Curah Hujan di Kota Medan Tahun 2010-2014 Tabel 4.3 Data Curah Hujan di Kota Medan Tahun 2010-2014 mm
Bulan
Tahun Rata-rata
Bulan
10 20
30 40
50 60
70
M .
K o
ta M
. A
re a
M .
P e
rj u
an g
an M
. T
im u
r M
. B
ar at
M .
P e
ti sah
M. B
ar u
M. P
o lo
n ia
M .
M ai
m u
n M
. D
e n
ai
M .
T e
m b
u n
g
M .
Lab u
h an
M .
M ar
e lan
M .
A m
p las
M .
Jo h
o r
M .
B e
la w
a n
M .
D e
li
M .
T u
n tu
n g
an M
. S
e lay
an g
M .
S u
n g
g al
M .
H e
lv e
ti a
Jumlah kasus DBD per kecamatan
Universitas Sumatera Utara
2010 2011
2012 2013
2014
Jan 203
131 180,1
158,4 19,8
138,46
Feb 10
66 102,3
267,0 32,07
95,47
Mar 176
27 201,4
115,7 128,9
129,80
Apr 184
47 171,9
174,1 140,0
143,40
Mei 266
68 470,1
156,8 325,7
257,32
Jun 49
197 87,6
124,8 62,3
104,14
Jul 208
129 316,9
90,5 161,0
181,08
Agt 192
181 185,0
420,8 206,4
237,04
Sept 346
148 287,5
373,7 266,0
284,24
Okt 272
144 431,6
509,1 322,0
335,74
Nop 213
248 274,5
242,9 183,5
232,38
Des 65
219 146,8
498,8 299,4
245,80 Rata-rata
Tahun 198,78
193,75 182,08
160,76 187,0
Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Kota Medan Gambaran curah hujan perbulan di Kota Medan dari tahun 2010-2014 dapat
dilihat dari tabel 4.3. dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata curah hujan tertinggi terjadi di bulan Oktober. Sementara rata-rata curah hujan terendah terjadi
pada bulan Februari. Berdasarkan rata-rata curah hujan pertahun, rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2013, sedaangkan terendah terjadi di tahun
2011.
Grafik 5. Rerata Curah Hujan perbulan di Kota Medan Periode Tahun 2010-2014.
Grafik 5 menunjukkan rata-rata curah hujan di Kota Medan dari tahun 2010-2014. Pada grafik ini menunjukkan bahwa curah hujan dibulan Januari hingga bulan Juli
138.46 95.478
129.8 143.4
257.32
104.14 181.08 237.04
284.24 335.74
232.38 245.8
200 400
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Agust Sept Okt
Nop Des
Rata-rata curah hujan Bulan
Universitas Sumatera Utara
relatif konstan, tetapi dibulan November terjadi peningkatan curah hujan yang cukup tinggi hingga mencapai 335,74 mm sampai dibulan Desember curah hujan
masih cukup tinggi yaitu sekitar 245,8 mm. Hal ini disebabkan karena bulan tersebut adalah musim penghujan dan dengan curah hujan yang cukup tinggi
memungkinkan nyamuk akan berkembangbiak dengan mudah dan kasus DBD besar terjadi. Sedangkan curah hujan terendah terjadi dibulan Februari yaitu 95,47
mm.
Grafik 6. Rerata Curah Hujan pertahun di Kota Medan Tahun 2010-2014.
Grafik 6 menunjukkan rata-rata curah hujan di Kota Medan selama tahun 2010- 2014 relatif konstan, rata-rata curah hujan tertinggi terjadi di tahun 2010 yaitu
198,78 mm dan curah hujan tertinggi terjadi dibulan September 356 mm hingga bulan November 213 mm. Curah hujan tersebut merupakan curah hujan yang
memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dan meningkatkan kasus DBD di Kota Medan.
4.4 Gambaran Kecepatan Angin di Kota Medan Tahun 2010-2014