Susut Bobot Kadar Air

15

D. Pengamatan

1. Susut Bobot

Pengukuran susut bobot yang disimpan dilakukan dengan menimbang bahan pada akhir pengamatan kemudian dibandingkan dengan bobot awal sebelum dilakukan penyimpanan. Pengukuran dilakukan dengan dua kali ulangan dengan periode pengukuran hari ke 0, 2, 4, 6, dan 8. Persamaan yang digunakan untuk menghitung susut bobot adalah Susut bobot = − × 100 dimana: W = bobot awal bahan gram, Wa = bobot akhir bahan gram

2. Kadar Air

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan metode pengeringan oven. Bagian rajangan selada yang diambil yaitu pada bagian daun selada dan tulang daun. Sampel ditimbang sebanyak 5 gram dalam cawan yang sudah diketahui beratnya, kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 105 o C selama 4 jam. Selanjutnya didinginkan dalam desikator selama 10 menit sampai mencapai suhu kamar, kemudian sampel ditimbang. Pengukuran dilakukan pada hari ke 0, 2, 4, 6, dan 8. Perhitungan kadar air dilakukan dengan rumus berikut: Kadar air = − � 100 dimana : KA = kadar air bb, Wa = berat awal, Wb = berat akhir setelah dioven 3. Uji Tarik Pengukuran kerenyahan pada rajangan selada dilakukan dengan uji tarik. Tujuan uji tarik pada selada yaitu sebagai salah satu indikasi terjadinya kerusakan pada selada. Semakin rendah nilai uji tarik maka selada masih disukai oleh konsumen. Alat yang digunakan yaitu rheometer tipe CR-300 DX dengan beban maksimal 2 kg, ukuran rajangan selada yaitu 1.5 x 5 cm, lebar penjepit 2.5 cm, panjang maksimal tarikan 10 mm s, dan kecepatan tarik alat 30 mmmenit v. Uji tarik ini dilakukan pada hari ke 0, 2, 4, 6, dan 8 hari. Pengukuran uji tarik rajangan selada menggunakan daun pada bagian tengah yang seratnya sejajar. Ilustrasi metode uji tarik yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 10, sedangkan pengukuran yang dilakukan pada saat penelitian dapat dilihat pada Gambar 11. Rumus perhitungan nilai uji tarik yaitu: � = . dimana: � = nilai uji tarik N, m = beban yang terukur kg, a = percepatan ms 2 Nilai percepatan dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini : = 2 dimana : v = kecepatan tarik dial rheometer 30 mmmenit diubah menjadi 0.0005 ms, s = jarak tarikan dial pada objek mm diubah menjadi m 16 Gambar 10. Ilustrasi metode uji tarik Gambar 11. Pengukuran uji tarik rajangan selada 4. Kecerahan Pengukuran warna dilakukan dengan menggunakan cromameter type CR-400 dengan cara menempelkan alat sensor pada permukaan rajangan selada dan menembakkan sinar pada bagian ujung, tengah, dan pangkal bawah selada. Data yang dicatat untuk pengamatan yaitu nilai L, nilai a, dan nilai b. Masing-masing bagian daun selada ujung, tengah, pangkal diukur dan diambil dua titik tembakan yang berbeda kemudian dirata-ratakan. Pengamatan dilakukan pada hari ke 0, 2, 4, 6, dan ke-8. Pengukuran warna pada rajangan selada dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12. Pengukuran warna daun selada 5. Uji Organoleptik Uji yang digunakan adalah uji hedonik kesukaan untuk mengetahui tingkat penerimaan konsumen terhadap rajangan selada kepala hasil penyimpanan dengan menggunakan parameter warna, bau aroma, kesegaran, kekerasan, dan penerimaan secara umum. Parameter warna dan kesegaran F 17 dapat diketahui melalui indera pengelihatan. Sayur-sayuran yang masih segar menunjukkan warna hijau yang cerah,tidak ada pencoklatan, dan tidak layu. Indikator kekerasan pada rajangan selada yang masih baik yaitu memiliki rasa renyah crispy saat digigit atau dikunyah. Pengujian penilaian umum panelis ini dilakukan untuk mengetahui penilaian secara subjektif tingkat penerimaan panelis terhadap warna, aroma, kesegaran, kerenyahan, kondisi produk dan penampakan. Skala yang digunakan adalah 1 tidak suka, 2 sangat tidak suka, 3 netral, 4 suka, dan 5 sangat suka. Uji hedonik ini dilakukan dengan jumlah panelis 15 orang yang akan menilai tingkat penerimaan rajangan selada selama 8 hari penyimpanan. Batas penolakan oleh konsumen yaitu dibawah skor 3.0. Form uji organoleptik rajangan selada dapat dilihat pada Lampiran 1.

E. Pengolahan Data