Klasifikasi Tutupan Lahan Identifikasi Perubahan Tutupan Lahan Menggunakan Citra Landsat Multiwaktu dan Teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) di IUPHHK-HA PT. Austral Byna Kalimantan Tengah

Gambar 10 Citra Landsat ETM + tahun 2012 PT. Austral Byna. Ketiga citra tersebut menjadi data dasar dalam melakukan klasifikasi, baik klasifikasi secara digital maupun visual. Dari Gambar 8, 9, dan 10 dapat dilihat kondisi citra memiliki banyak kandungan awan dan bayangan awan. Kondisi ini menyebabkan beberapa bagian yang akan dideliniasi tidak dapat dikenali dan sebagian data lainnya tertutup lapisan tipis haze yang menyebabkan daerah tersebut dimasukkan pada kelas klasifikasi awan. Kelas awan pada ketiga citra seluas 44.192,10 ha, kelas ini tidak digunakan untuk analisis lebih lanjut.

5.1. Klasifikasi Tutupan Lahan

Hasil klasifikasi tutupan lahan berdasarkan kunci interpretasi sebanyak enam kelas, yaitu hutan, semak belukar, ladang, perkebunan, tanah terbuka, dan awan.

5.1.1. Hutan

Hutan yang terdapat dalam areal perusahaan terdiri atas hutan dataran rendah sekunder, hutan sedang dipanen dan hutan rawa. Pengamatan dilakukan dengan mendatangi areal hutan hingga kedalam hutan untuk memastikan kondisi hutan. Pada citra hutan dapat dikenali dengan baik karena memiliki warna yang khas yaitu hijau tua. Gambar 11 menampilkan gambar hutan pada citra dan foto lapangan. a b Gambar 11 Hutan pada citra a hutan di lapangan b. Keterangan = Deliniasi hutan Skala = 1: 50000

5.1.2. Semak belukar

Semak belukar merupakan kawasan bekas hutan lahan kering yang telah tumbuh kembali mengalami suksesi, atau kawasan dengan pohon jarang alami, atau kawasan dengan dominasi vegetasi berkayu bercampur dengan vegetasi rendah alami lainnya Baplan 2008. Dari pengamatan dilapangan, semak belukar akan dengan mudah dijumpai di sepanjang tepi jalan, baik jalan koridor, utama maupun jalan cabang. Karena asosiasinya inilah klasifikasi pada citra relatif lebih mudah dilakukan. Pada citra semak belukar dicirikan dengan warna hijau terang dan bertekstur agak kasar. Untuk lebih jelasnya dapat disajikan pada Gambar 12. a b Gambar 12 Semak belukar pada citra a semak belukar ditepi jalan utama b. Keterangan = Deliniasi semak belukar Skala = 1: 50000

5.1.3. Ladang

Ladang merupakan salah satu jenis pertanian lahan kering Baplan 2008 yang ditanami padi tadah hujan, pada umumnya ladang di areal perusahaan dapat ditemui di sekitar jalan baik jalan utama maupun jalan cabang perusahaan serta di dalam areal hutan yang berjarak ± 50 meter dari jalan. Hasil wawancara dengan tokoh adat masyarakat dayak solo yang bertempat tinggal di Desa Kareho, ladang dibuat dengan pola rotasi. Masyarakat biasanya memanfaatkan lahan disekitar kanan kiri jalan agar dapat mempermudah akses. Ladang tersebut dibuka secara bergotong royong. Pada umumnya lahan dimanfaatkan untuk menanam padi tadah hujan selama dua tahun. Menurut masyarakat setempat jangka waktu ini adalah jangka waktu maksimal untuk mendapatkan padi dengan kualitas baik. Setelah dua tahun lahan tersebut akan ditinggalkan, dan pemilik ladang akan kembali ke ladang yang ditinggalkan jika bekas ladang tersebut sudah ditumbuhi pohon dengan diameter minimal 20 cm. Kepemilikan ladang dibuktikan dengan surat keterangan yang dikeluarkan secara adat. Di lapangan ladang dicirikan dengan sebidang tanah yang ditanami padi. Ladang tersebut terlihat hijau muda hingga menguning karena padi baru ditanam dan siap panen. Sedangkan pada citra ladang dicirikan dengan warna kuning terang, tekstur halus dan berasosiasi jalan dan sungai. Gambar 13 menyajikan tutupan lahan ladang pada citra dan di lapangan. a b Gambar 13 Ladang pada citra a ladang di lapangan b. Keterangan = Deliniasi ladang Skala = 1: 50000 Selain ladang yang baru ditanam, di lapangan juga dijumpai ladang yang sudah dipanen. Pada umumnya bekas ladang dimasukkan pada kelas semak belukar atau padang ilalang. Namun di lapangan bekas ladang didominasi oleh batang padi yang sudah dipanen dan di sekitarnya ditumbuhi ilalang serta semak belukar muda sehingga dapat dibedakan dengan ladang dan semak belukar. Bekas ladang berasosiasi dengan ladang, jalan utama perusahaan dan sungai. Pada citra tampilan bekas ladang juga hampir serupa dengan ladang, sehingga bekas ladang dimasukkan pada tutupan lahan ladang. Pada citra bekas ladang memiliki warna hijau terang kekuning-kuningan. Tekstur yang dihasilkan juga agak kasar.

5.1.4. Perkebunan

Kelas perkebunan didapat dari hasil pengamatan citra yang sudah terkoreksi radiometrik. Dalam kegiatan pendahuluan kelas ini tidak dapat dikenali pada citra karena warna yang ditampilkan menyerupai semak belukar. Pada citra yang sudah terkoreksi perkebunan berwarna merah kecoklatan dan berasosiasi dengan sungai serta permukiman. Pola, warna, serta tekstur yang didapat pada kelas ini menyerupai pola dan warna pada perkebunan dalam areal permukiman desa transmigrasi. Pada areal ini masyarakat membudidayakan tanaman kacang, coklat, karet, jagung dan lain-lain. Perkebunan pada citra dan di lapangan ditampilkan pada Gambar 14. a b Gambar 14 Perkebunanan pada citra a perkebunan di lapangan b. Keterangan = Deliniasi perkebunan Skala = 1: 50000

5.1.5. Tanah terbuka

Pada penelitian ini tanah terbuka didefinisikan sebagai lahan tanpa atau dengan sedikit tutupan baik berupa semak belukar atau ilalang yang terbuka secara alami ataupun akibat dari kegiatan manusia. Tanah terbuka yang banyak dijumpai adalah tanah terbuka karena kegiatan manusia, seperti tambang, pelebaran jalan dan kegiatan pemanenan serta persiapan ladang warga. Pada citra tanah terbuka dapat dikenali dengan mudah. Kelas ini dicirikan dengan warna magenta dan merah muda. Di lapangan tanah terbuka diobservasi dengan menggunakan enam titik. Gambar 15 menyajikan gambar tutupan lahan tanah terbuka pada citra dan foto lapangan. a b Gambar 15 Tanah terbuka pada citra a tanah terbuka di lapangan b. Keterangan: = Deliniasi tanah terbuka Skala = 1: 50.000

5.2. Klasifikasi Tutupan Lahan pada Citra Landsat Multiwaktu