Dari data yang diperoleh produk keluaran satelit Landsat 7 dibagi menjadi 3 level produk, disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Data produk landsat
Level Karakteristik 0R
Level ini dapat dikatakan sebagai data mentah Landsat 7, dimana dalam data Landsat belum mengalami koreksi radiometrik dan geometrik
1R
Produk pada level ini adlah level 0-R yang telah mengalami koreksi radiometrik
1G Produk pada level ini adalah level 1-R yang telah mengalami koreksi geometri
pada proyrk tertentu. Terdapat 7 pilihan proyeksi yang bisa digunakan yaitu: Universal Transverse Mercator UTM
Lambert Conformal Conic Polyconic
Transverse Mercator Polar Stereografik
Hotine Oblique Mercator A Space Oblique Mercator A
Sumber : Laporan Papua tahun 2008
Sama halnya dengan Landsat 3 dan Landsat 6, Lansat 7 pun mengalami kerusakan. Kerusakan tersebut terjadi pada tahun 2003 yang menyebabkan sensor
Scan Line Corrector SLC tidak berfungsi atau yang dinamakan SLC-OFF. Kerusakan ini menyebabkan citra pada tahun 2003 hingga sekarang mengalami
stripping.
2.4. Interpretasi Citra untuk Klasifikasi Tutupan Lahan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya citra merupakan hasil rekaman pola pantulan energi elekromagnetik pantulan dan emisi yang menyerupai gambar
dengan sifat yang bervariasi Lo 1996. Oleh karenanya agar dapat memperoleh informasi dari citra tersebut perlu dilakukan proses interpretasi citra. Interpretasi
citra merupakan perbuatan mengkaji citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek yang tergambar dalam citra, dan menilai arti pentingnya obyek tersebut.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu interpretasi manual dan interpretasi digital Purwadhi 2006.
2. 4. 1. Interpretasi manual
Interpretasi manual adalah interpretasi yang dilakukan berdasarkan pengenalan ciri karakteristik objek secara keruangan spasial Purwadhi 2006.
Tingkat awal interpretasi dikenal sebagai deteksi Lo 1996. Selain itu Lo mengatakan deteksi dibantu oleh karakteristik spasial, spektral, radiometrik dan
temporal. Tahap deteksi tentu saja menuntun ke arah identifikasi dan pengenalan dimana penafsir citra harus menggunakan tingkat rujukan lokasi, khusus, dan
umum untuk mengkelaskan objek kedalam kategori tertentu. Lebih lanjut Lo 1996 menjelaskan tingkat rujukan lokal mencerminkan
keakraban penafsir terhadap lingkungan lokalnya, tingkat rujukan khusus merupakan pengetahuan yang mendalam dari penafsir mengenai proses dan
fenomena yang ingin diinterpretasikan, sedangkan tingkat rujukan umum adalah pengetahuan umum penafsir citra mengenai proses dan fenomena yang
diinterpretasi. Identifikasi citra umumnya menggunakan alat bantu berupa kunci
pengenalan atau unsur-unsur interpretasi. Menurut BAPLAN 2008 Unsur tersebut diantaranya :
a. Rona atau warna: Rona merupakan gradasi kecerahan relative objek pada citra, sedangkan warna adalah perbedaan gradasi warna obyek pada citra.
b. Tekstur: Tekstur adalah perbedaan tingkat kekasaran dari objek yang diamati c. Pola: Pola adalah susunan spasial objek yang dapat dibedakan secara visual,
biasanya berwujud pengulangan rona warna atau tekstur sama yang membentuk pola tertentu.
d. Bentuk: Bentuk adalah kenampakan secara umum, struktur atau bagan suatu objek.
e. Bayangan: Bayangan membantu identifikasi obyek, misalnya awan, pohon runcing, tajuk sedikit pada lahan terbuka dan semak belukar berukuran tinggi.
f. Ukuran: Ukuran adalah fungsi skala, ukuran relatif dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi obyek dengan membandingkan obyek yang lain.
g. Asosiasi: Asosiasi digunakan bila beberapa obyek berdekatan secara erat, masing-masing membantu keberadaan yang lain.
h. Situs: Situs menjelaskan tentang posisi muka bumi dari citra yang diamati dalam kaitannya dengan kenampakan sekitarnya.
Selain dari kunci interpretasi, dalam melakukan interpretasi manual sebaiknya terlebih dahulu harus mengetahui karakteristik spektral pada tiap
tutupan lahan. Tutupan lahan merupakan material dasar dari suatu lingkungan sitis, yang diartikan dengan sejumlah karakteristik alami, yaitu iklim, geologi,
tanah, topografi, hidrologi dan biologi Adrich 1981 dalam Hendayanti 2008. Setiap tutupan lahan memiliki karakteristik spektral yang berbeda. Maharani
2011 menggungkapkan hal ini terjadi karena bagi material-material yang menjadi target sensor, jumlah radiasi sinar matahari yang dipantulkan, diserap,
atau bahkan diteruskan kembali akan bervariasi sesuai dengan beberapa panjang gelombang yang dipancarkan. Karakteristik dari setiap materi tersebut diantaranya
Maharani 2011 : a. Nilai pantulan dari unsur air jernihbersih pada umumnya rendah cenderung
berwarna biru-gelap. Walaupun demikian, pantulan ini akan mencapai nilai maksimum pada akhir spektrum biru dan kemudian menurun sejalan dengan
meningkatnya panjang gelombang Prahasta 2008. b. Turbid water air keruh, kemungknan besar mengandung endapan atau
sedimen yang dapat meningkatkan nilai pantulan pada domain merah-akhir spektrum hingga kenampakannya bisa jadi kecoklatan. Ada kalanya pada air
keruh tidak jauh berbeda dengan kondisi pada perairan dangkal shallow water yang bersih.
c. Beberapa faktor yang mempengaruhi pantulan tanah ialah kandungan kelembaban tanah, tekstur tanah susunan pasir, debu, dan lempung,
Kekasaran permukaan, adanya oksidasi besi, dan kandungan bahan organik Prahasta 2008. Adanya kelembaban di tanah akan mengurangi pantulanya.
Kandungan kelembaban tanah berhubungan kuat dengan tekstur tanah. d. Pantulan dari vegetasi akan bernilai rendah pada spektrum biru dan merah.
Hal ini terjadi karena terjadi penyerapan klorofil untuk proses fotosintesis Prahasta 2008. Vegetasi memiliki pantulan puncak pada spektrum hijau. Hal
ini dipengaruhi oleh pigmen daun pada tumbuhan. Klorofil misalnya, banyak menyerap energi pada panjang gelombang yang terpusat antara 0,45 μm –
0,65 μm. Apabila terjadi gangguan pada tumbuhan dan mengakibatkan
penurunan produksi klorofil, maka serapan klorofil pada spektrum merah dan biru akan berkurang. Hal ini akan mengakibatkan warna untuk tumbuhan
tersebut menjadi kuning gabungan antara hijau dan merah karena pantulan
pada spektrum merah bertambah.
2. 4. 2. Interpretasi digital