Berdasarkan hasil penelitian CIFOR yang dilakukan oleh Sunderlin 2012 pelaku deforestasi secara umum dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok
besar yaitu: a. Petani rakyat yang terdiri dari perladangan berpindah, perambah hutan dan
perkebunan rakyat. b. Faktor kependudukan yang menyebabkan deforestasi dan juga berkorelasi
pada pertani rakyat yaitu transmigrasi dan kepadatan penduduk. c. Kegiatan pembalakan dan industri perkayuan atau yang sekarang lebih
dikenal dengan istilah IUPHHK-HA d. Perkebunan besar dan hutan tanaman industri IUPHHK-HT
Para pelaku dapat beroperasi pada lokasi yang terpisah dan hampir tidak mempunyai hubungan sama sekali, serta dapt juga beroperasi pada lokasi yang
sama. Sebagai contoh peladang berpindah beroperasi di areal hutan produksi termasuk pada pola beropersi pada lokasi yang sama. Sedangkan peladang
berpindah yang tinggal dihutan primer dan tidak mampu dijangkau oleh pelaku usaha dihutan produksi masuk pada pola beroperasi pertama. Kedua pola
beroperasi ini memiliki andil yang sama dalam penuruna jumlah luasan hutan Indonesia walau pada skala berbeda.
2.2. Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh
dari waktu tempat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji Lillesand dan Kiefer 1999. Lebih lanjut Jaya 2010 mengungkapkan
penginderaan jauh tidak hanya mencakup pengolahan data secara otomatis komputerisasi dan manual interpretasi, analisis citra dan penyajian data yang
diperoleh. Teknologi ini berkembang pesat dimulai saat diluncurkannya potret udara
dari balon udara pada tahun 1887, berlanjut pada era penginderaan jauh satelit yang ditandai dengan peluncuran ERTS-1 yang saat ini dikenal dengan nama
Landsat-1. Keduanya dapat dibedakan berdasarkan perkembangan teknologi platform dan sensor. Potret udara masuk kedalam penginderaan jauh pesawat
airbone remote sensing, ART bersama dengan airbone multispektral scanner airbone MSS dan side looking airbone radar SLAR. Sedangkan sensor pada
landsat masuk pada penginderaan jauh satelit satellite remote sensing, SRS yang diantaranya meliputi MSS, TM, SPOT, MESSR, JERS-1, ERS-1, RADARSAT,
IRS dan sebagainya Jaya 2010. Jaya 2010 mengungkapkan dalam melakukan kegiatan penginderaan
energi yang dipakai dibatasi pada penggunaan energi elektromagnetik. Energi elektromagnetik yang digunakan yaitu spektrum tampak 0,4
– 0,7μm, inframerah dekat, inframerah termal dan gelombang mikro. Spektrum
elektromagnetik merupakan istilah untuk menjelaskan susunan radiasi elektromagnetik berdasarkan panjang gelombang, frekuensi atau energi dan
rangkaian energi. Energi inilah yang digunakan detektor mengenali objek. Penginderaan jauh dapat dilakukan karena adanya variasi spektral, spasial
dan waktu. Variasi reflectan spektral memungkinkan suatu obyek dapat dengan mudah dikenali karena pada umumnya suatu obyek memiliki reflektan spektral
yang berbeda, variasi spasial dimungkinkan karena suatu obyek memiliki ukuran dan bentuk yang bervariasi, seperti lingkaran, blok, garis, titik dan lain-lain.
Sedangkan frekuensi overpass dari satelit menyebabkan terjadinya perekaman pada suatu obyek lebih dari satu kali dalam kurun interval waktu yang relatif
pendek sehingga dimungkinkan analisis multiwaktu Jaya 2010.
2.3. Citra Digital