Latar Belakang Identifikasi Perubahan Tutupan Lahan Menggunakan Citra Landsat Multiwaktu dan Teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) di IUPHHK-HA PT. Austral Byna Kalimantan Tengah

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia ditetapkan sebagai negara ke-3 dengan luas hutan terbesar setelah Brazil dan Kongo WWF 2012. Menurut Forest Watch Indonesia FWI dari lima pulau besar yang dimiliki Indonesia, Kalimantan dan Sumatera dianggap paling potensial karena paling banyak memiliki spesies pohon yang bernilai tinggi dan letaknya paling strategis. Luas hutan di Kalimantan sebesar 51,35 terhadap total luas Kalimantan dan berdasarkan luas total tutupan hutan di Indonesia Kalimantan adalah daerah kedua yang memiliki proporsi tutupan lahan terluas se- Indonesia dengan persentase 31,02. Akan tetapi berdasarkan hasil analisis tutupan hutan yang dilakukan FWI terhadap data tahun 2000 sampai dengan 2009 terlihat bahwa hutan di Indonesia telah megalami deforestasi sekitar 15,15 juta ha. Kalimantan Tengah adalah provinsi yang paling luas mengalami deforestasi dengan luas mencapai 2 juta ha. Menteri kehutanan mengatakan pada tahun 1990-1996 laju deforestasi tercatat 1,87 hektartahun. Pada awal era reformasi, 1996-2000 laju deforestasi sempat tercatat 3,15 juta hektar. Dan pada tahun 2000-2003 laju deforestasi tercatat turun menjadi 1,08 juta hektartahun, hingga tahun 2012 laju tersebut berkurang menjadi 0,45 juta ha Majalah Kehutanan Indonesia 2012. Pemanfaatan hutan mendatangkan banyak manfaat tetapi juga membawa sisi buruk untuk kehutanan Indonesia. Adinugroho 2009 mengungkapkan usaha pemanfaatan hutan telah meningkatkan perekonomian dan pembangunan daerah, akan tetapi juga mendorong meningkatnya laju deforestasi akibat dari kegiatan pemanfaatan hutan alam yang berlangsung sejak tahun 1970-an. Hak Pengusahaan Hutan HPH atau yang kini dikenal dengan istilah Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Hasil Kayu-Hutan Alam IUPHHK-HA merupakan pemegang izin resmi dari pemerintah untuk melakukan usaha pemanenan hutan alam tersebut. Selain deforestasi kegiatan pemanfaatan hutan juga menyebabkan terjadinya degradasi hutan. Pada umumnya degradasi hutan yang terjadi pada hutan produksi mengakibatkan kerusakan atau pengurangan luas hutan produktif terhadap keseluruhan luas kawasan hutan yang akan mempengaruhi produksifitas. PT. Austral Byna PT. AB adalah salah satu pemegang IUPHHKA-HA yang berada di Kalimantan Tengan dan sudah beropersai selama hampir setengah abad. Memasuki daur kedua, PT. AB berupaya tetap menjaga keberadaan hutan dengan menjalankan program pembibitan serta penanaman. Akan tetapi, sejalan dengan pertambahan penduduk didalam dan sekitar PT. AB telah menyebabkan meningkatnya tekanan terhadap keberadaan hutan pada areal konsesi ini. Tekanan tersebut datang dari kegiatan pemanenan kayu, perkebunan oleh warga sekitar, adanya usaha pertambangan didalam areal konsesi serta adanya ladang disepanjang jalan utama dan cabang. Tekanan inilah yang diduga menyebabkan terjadinya deforestasi dan degradasi di PT. AB. Untuk mengetahui dengan tepat laju deforestasi dan degradasi yang terjadi di PT. AB diperlukan sebuah upaya monitoring yang cepat dan efisien. Upaya ini dapat dilakukan dengan menggunakan penginderaan jauh. Menurut Jaya 2010 penginderaan jauh dapat memperbaharui data perubahan yang terjadi begitu cepat sehingga dapat mendeteksi perubahan hutan. Hal ini dikarenakan penginderaan jauh memiliki kemampuan dapat memberikan informasi secara lengkap, cepat dan relatif akurat, serta dapat mempermudah pekerjaan lapang dan biaya yang relatif murah. Laju perubahan hutan dapat dihitung berdasarkan perbandingan gambar- gambar satelit citra digital atas liputan lahan pada dua atau lebih liputan tahun yang berbeda, serta dengan melakuakan penciptaan gambar tekstur, warna, dan ketajaman yang sama Sunderlin 2012. Citra digital atau data penginderaan jauh merupakan salah satu data dalam melakukan analisis permukaan bumi. Kementerian kehutanan menggunakan citra Landsat sebagai alat bantu dalam memantau kondisi hutan Indonesia. Citra Landsat multiwaktu yang dimanfaatkan dan dikombinasikan dengan Sistem Informasi Geografis SIG memudahkan dalam proses monitoring. Baik monitoring jangka panjang maupun monitoring jangka pendek agar laju deforestasi dapat dikendalikan.

1.2. Tujuan