Koefisien Determinasi Asumsi Kenormalan Model Persamaan Ekonometrika

Hausmaan Test merupakan pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan dalam pemilihan model FEM atau REM. Berikut hipotesis pengujian: Ho : Model REM H1 : Model FEM Dasar penolakan Ho menggunakan pertimbangan statistic chi square. Hausmann Test dengan bahasa pemrograman EViews sebagai berikut: Jika hasil dari Hausmann Test signifikan probability dari Hausmann α maka tolak Ho, artinya model FEM digunakan. 3. LM Test LM Test atau Breusch-Pagan LM Test merupakan pertimbangan statistic dalam pemilihan model REM atau PLS. Uji hipotesis: H : Model PLS H 1 : Model REM Dasar penolakan Ho yakni dengan cara membandingkan nilai statistic LM dengan nilai Chi-Square. Jika hasil perhitungan nilai LM lebih besar dari - tabel maka cukup bukti untuk melakukan tolak H sehingga model yang akan digunakan adalah model REM, begitu juga dengan sebaliknya.

3.2.5 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi merpakan besaran yang digunakan untuk mengukur kelayakan suatu model. Koefisien determinasi dikenal dengan istilah R 2 . Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui proporsi varians variabel tidak bebas yang dijelaskan oleh variabel bebas secara bersama-sama atau secara verbal R 2 mengukur proporsi bagian atau persentase total variasi dalam Y yang dijelaskan oleh model regresi Gujarati, 2003. R 2 diperoleh dengan rumus : R 2 = ……………………………………………..………………3.4 Dimana : RSS : Jumlah Kuadrat Regresi TSS : Jumlah Kuadrat Total R 2 memiliki rentang antara 0R21. Jika R 2 bernilai satu maka variabel independen menjelaskan 100persen variasi dalam variabel dependen, sedangkan jika R 2 bernilai nol maka variabel independen tidak dapat menjelaskan variasi dalam variabel dependen. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar koefisiennya tau mendekati satu maka model yang dibentuk dapat menjelaskan keragaman dari variabel dependen model semakin baik.

3.2.6 Asumsi Kenormalan

Untuk mengetahui apakah error term medekati distribusi normal atau tidak maka dilakukan pengujian kenormalan. Uji normalitas error term dilakukan dengan menggunakan uji Jarque Bera dengan hipotesisnya sebagai berikut: H0 : α = 0, error term terdistribusi normal H1 : α ≠ 0, error term tidak terdistribusi normal Uji normalitas diaplikasikan dengan menggunakan uji Jarque Bera bila nilai probabilitas yang diperolh lebih besar dari taraf nyata yang digunakan, maka terima H0 yang berarti error term dalam model sudah menyebar normal.

3.2.7 Pengujian Asumsi Klasik

Untuk menghasilkan model yang efisien, fisibel, dan konsisten maka diperlukan pendektesian berbagai bentuk pelanggaran asumsi yaitu gangguan antara waktu time-related disturbance, gangguan antar individu cross sectional disturbance, dan gangguan akibat keduanya.

3.2.7.1 Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan kondisi dimana terdapat hubungan linier antara variabel independen. Sedangkan ciri dari hasil dugaan Best Linier Unbiasedd Estimation BLUE mensyaratkan tidak adanya hubungan linear antar variabel independen atau tidak ada multikolinearitas. Multikolinearitas ditunjukkan dengan adanya nilai R 2 yang tinggi, tetapi variabel yang signifikan sedikit. Multikolinearitas akan berdampak adanya kesulitan untuk memisahkan efek suatu variable independent terhadap variable dependen dengan efek dari variabel independen yang lain, serta distribusi parameter regresi menjadi sangat sensitif terhadap korelasi yang terjadi antar variabel independen dan galat baku regresi. Cara mengatasi kolinearitas ganda adalah dengan memanfaatkan informasi sebelumnya, mengeluarkan variabel dengan kolinearitas tinggi, melakukan transformasi terhadap variabel-variabel dalam model dengan bentuk pembedaan pertama untuk data deret waktu, serta menggunakan regresi komponen utama. Juanda, 2009

3.2.7.2 Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi bila ragam sisaan tidak sama untuk setiap pengamatan dari variabel-variabel bebas dalam model regresi. Dampak yang ditimbulkan dari heteroskedastisitas adalah dugaan parameter koefisien regresi dengan metode OLS tetap tidak bias dan masih konsisten dan penduga OLS tidak efisien lagi. Keberadaan Heteroskedastisitas dapat diuji dengan Park test, Goldfelt-Quandt test, Breusch-Pagan-Godfrey Test, dan White General Heteroscedasticity Gujarati, 2003. Permasalahan heteroskedastisitas dapat diatasi dengan metode Kuadrat Terkecil Terboboti WLS, Weighted Least Squares yang merupakan kasus khusus dari teknik ekonometrika yang lebih umum, yang disebut dengan GLS Generalized Least Squares. Selain itu dapat juga dilakukan dengan pembobotan Cross Section SUR.

3.2.7.3 Uji Autokolerasi

Autokorelasi merupakan gejala adanya korelasi antara serangkaian observasi yang diurutkan menurut deret waktu time series. Jika antar sisaan tidak bebas maka dapat dikatakan model mengalami gejala autokorelasi. Dampak yang akan terjadi bila suatu model mengalami autokorelasi adalah dugaan parameter menjadi tidak bias, konsisten, memiliki standar eror yang bias ke bawah serta tidak efisien. Keberadaan autokorelasi dapat dideteksi dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Berikut Tabel 3.1 yang mengidentifikasikan ada tidaknya autokorelasi. Tabel 3.1 Selang Nilai Statistik Durbin-Watson serta Keputusannya Nilai Durbin-Watson Keterangan DW 1,10 Ada Autokorelasi 1,10 DW 1,54 Tanpa Kesimpulan 1,55 DW 2,46 Tidak ada autokorelasi 2,46 DW 2,90 Tanpa kesimpulan DW 2,91 Ada autokorelasi Sumber: Firdaus, 2004

3.2.8 Model Persamaan Ekonometrika

Perumusan model ekonometrika mengukur hubungan volume permintaan impor garam akan berhubungan positif dengan pendapatan per kapita riil, jumlah penduduk, dan harga impor serta memiliki hubungan negatif dengan Kurs Riil. Dalam model, variabel yang digunakan adalah variabel Pendapatan Per Kapita Riil, populasi, nilai tukar riil, dan harga impor sebagai variabel independen, sedangakn variabel dependennya adalah volume impor garam. Cakupan negara diantaranya adalah Indonesia, Autralia, India, China, dan Selandia Baru. Ada tiga m3odel yang dianalisis pada penelitian ini hingga akhirnya menentukan satu model yang terbaik yang mampu menginterpretasikan faktor-faktor yang memengaruhi impor garam. Model 1 : ln Y b b ln PM b ln Pop b ln KURS b ln GDP b ln IND b ln P b D b D b D ε ……………………...…3.5 Model 2 : ln Y b b ln PM b ln Pop b ln KURS b ln IND b ln P b D b D b D ε ……………………………………..…3.6 Model 3 : ln Y b b ln PM b ln KURS b ln GDP b ln IND b ln P b D b D b D ε ………………………….……….……3.7 dimana: b = intersep b , b , … , b = Parameter masing-masing variabel yang diuji secara statistik dan ekonometrik t = 1,…,T mulai tahun 2001-2010, i, j = 1,…,N perdagangan bilateral negara i dengan negara j Y = Volume Impor Garam HS 2501 Ton Pop = Populasi negara Indonesia pada tahun t Jiwa GDP = Pendapatan Nasional pada tahun t Milyar Rupiah IND = Jumlah Industri yang menggunakan bahan baku garam Satuan KURS = Kurs mata uang riil negara i pada tahun tRupiahDolar PM = Harga impor garam pada tahun t DolarTon D1 = Dummy negara Australia nilai 1 untuk Australia dan nilai 0 untuk lainnya D2 = Dummy negara India nilai 1 untuk India dan nilai 0 untuk lainnya D3 = Dummy negara Selandia Baru nilai 1 untuk Selandia Baru dan nilai 0 untuk lainnya ε = Galat pengaruh dari variabel lain yang tidak termasuk dalam model

3.2.9 Definisi Operasional