Teori Permintaan Teori Perdagangan Internasional

pada pengolahan pangan tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi tertentu yang memungkinkan enzim atau mikroorganisme yang tahan garam bereaksi dan menghasilkan produk makanan dengan karakteristik tertentu. Adapun persyaratan bagi wilayah potensial penghasil garam, yakni pertama memiliki ketersediaan bahan baku garam air laut yang sangat cukup, bersih, dan tidak tercemar air tawar. Kedua, memiliki iklim kemarau yang cukup panjang tidak memiliki gangguan hujan berturut-turut selama 4-5 bulan. Ketiga, memiliki dataran rendah yang cukup luas, dengan permeabilitas kebocoran tanah yang rendah. Keempat, memiliki jumlah penduduk yang cukup sebagai sumber tenaga kerja.

2.1.2 Teori Permintaan

Permintaan merupakan jumlah komoditi yang bersedia dibeli oleh individurumah tanggaperusahaan selama periode waktu tertentu. Hukum permintaan mempunyai kemiringan negatif. Semakin rendah harga suatu komoditi, maka semakin besar komoditi yang diminta Salvatore, 2006. Menurut Lipsey 1995, konsep permintaan terkait beberapa hal yang harus diperhatikan, yakni pertama, jumlah yang diminta merupakan kuantitas yang diinginkan. Ini menunjukkan berapa banyak komoditi yang ingin dibeli rumah tangga, atas harga komoditi tersebut, harga-harga lainnya, penghasilan, selera, dan sebagainya. Jumlah bisa berbeda dengan jumlah nyata yang dibeli oleh semua rumah tangga tersebut. Jika kuantitasnya tidak cukup tersedia, jumlah yang ingin dibeli rumah tangga bisa melebihi jumlah nyata yang memang secara nyata bisa dibeli. Kedua, apa yang diinginkan tidak merupakan harapan kosong, tetapi merupakan permintaan efektif. Ini artinya jumlah yang orang bersedia membelinya pada harga yang harus dibayar untuk komoditi tersebut. Ketiga, kuantitas yang diminta merupakan arus pembelian yang kontinyu. Oleh karenanya, kuantitas tersebut harus dinyatakan dalam banyaknya per satuan waktu. Sementara itu, faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah komoditi yang diminta adalah harga dari komoditi itu sendiri, penghasilan rumah tangga, harga komoditi yang berkaitan, selera, distribusi pendapatan, serta besarnya populasi.

2.1.3 Teori Perdagangan Internasional

Ilmu perdagangan internasional adalah ilmu yang mengkaji bagaimana hubungan perdagangan antar negara terjadi dan tingkat ketergantungan suatu negara terhadap negara lain. Menurut Faisal Basri dan Haris Munandar 2010, secara teoritis perdagangan internasional terjadi karena dua alasan. Pertama, negara-negara berdagang karena pada dasarnya mereka berbeda satu sama lain. Setiap negara dapat memperoleh keuntungan dengan melakukan sesuatu yang relatif lebih baik. Kedua, negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai skala ekonomi dalam produksi. Ini artinya, jika setiap negara hanya memproduksi sejumlah barang tertentu, mereka dapat menghasilkan barang-barang tersebut dengan skala yang lebih besar dan karenanya lebih efisien jika dibandingkan negara tersebut memproduksi segala jenis barang. Pola-pola perdagangan dunia yang terjadi mencerminkan perpaduan dari kedua motif ini. Penjelasan teoritis dari kedua motif ini dapat diperoleh dari teori perdagangan internasional klasik, modern, hingga yang mutakhir. Adam Smith dalam Teori Absolut mengemukakan bahwa setiap negara akan memperoleh manfaat perdagangan internasional karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut memiliki keunggulan mutlak, serta mengimpor barang jika negara tersebut memiliki ketidakunggulan mutlak Hady, 2001. Sementara itu berdasarkan teori Keunggulan Komparatif yang dikemukakan oleh David Ricardo menyebutkan bahwa spesialisasi internasional memberikan keuntungan komparatif. Hal ini timbul karena adanya perbedaan dalam teknologi. Hukum keunggulan komparatif, yaitu setiap negara memiliki keunggulan komparatif dalam sesuatu dan memperoleh manfaat dengan memperdagangkannya untuk ditukar dengan barang yang lain Lendert dan Kindleberger, 1995. Model sederhana terkait keseimbangan parsial pada perdagangan internasional dirumuskan oleh Salvatore 1997 pada Gambar 2.1. Sebelum terjadinya perdagangan internasional, harga di negara A sebesar P 3 sedangkan di negara B sebesar P 1 . Penawaran pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih tinggi dari P 3 sedangkan permintaan di pasar internasional lebih rendah dari P 1 . Pada saat harga internasional P 2 sama dengan P 3 maka negara B akan terjadi excess demand ED. Jika harga internasional sama dengan P 1 maka di negara A akan terjadi excess supply ES. Dari terbentuknya kurva ES dan ED yang akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional sebesar P 2 . Dengan adanya perdagangan tersebut, maka negara A akan mengekspor komoditi sebesar X sedangkan di negara B akan mengimpor komoditi sebesar M, dimana di pasar internasional sebesar X sama dengan M yaitu Q. PxPy PxPy PxPy P 1 Ekspor Q P 2 P 3 Impor