t = 1,…,T mulai tahun 2001-2010,
i, j = 1,…,N perdagangan bilateral negara i dengan negara j
Y = Volume Impor Garam HS 2501 Ton
Pop = Populasi negara Indonesia pada tahun t Jiwa GDP = Pendapatan Nasional pada tahun t Milyar Rupiah
IND = Jumlah Industri yang menggunakan bahan baku garam Satuan KURS = Kurs mata uang riil negara i pada tahun tRupiahDolar
PM = Harga impor garam pada tahun t DolarTon D1 = Dummy negara Australia nilai 1 untuk Australia dan nilai 0 untuk
lainnya D2 =
Dummy negara India nilai 1 untuk India dan nilai 0 untuk lainnya D3 =
Dummy negara Selandia Baru nilai 1 untuk Selandia Baru dan nilai 0 untuk lainnya
ε = Galat pengaruh dari variabel lain yang tidak termasuk dalam model
3.2.9 Definisi Operasional
1. Negara i adalah negara pengimpor komoditi garam negara Indonesia dari
negara j negara pengekspor komoditi garam. 2.
Volume impor komoditi garam merupakan total impor garam yang tercatat oleh Departemen Perindustrian dari negara ekspor dalam jangka waktu tahun
2001 hingga 2010, dinyatakan dalam satuan ton. 3.
Populasi penduduk negara pengimpor adalah total penduduk negara Indonesia dalam satu tahun terhitung sejak tahun 2001 hingga tahun 2010, dinyatakan
dalam satuan orang. 4.
Gross Domestic Product adalah Produk Domestik Bruto yang dihasilkan Indonesia terhitung sejak tahun 2001 hingga tahun 2010.
5. Jumlah Industri yang dimaksud di sini adalah total industri yang menggunakan
bahan baku komoditi garam dalam satu tahun terhitung sejak tahun 2001 hingga 2010.
6. Nilai Tukar Riil Rupiah terhadap Dollar adalah perbandingan mata uang
Rupiah terhadap mata uang Dollar yang dinyatakan dalam satuan Rupiah per US.
7. Harga Impor Garam adalah harga komoditi garam yang dilakukan dalam
transaksi perdagangan internasional. Harga impor diperoleh dari hasil pembagian nilai impor dengan kuantitas impor. Harga impor dinyatakan
dalam satuan Dollar Amerika.
VI. GAMBARAN UMUM EKONOMI GARAM INDONESIA
4.1 Produksi Garam di Indonesia
Secara umum, produksi garam Indonesia memiliki tren yang cenderung menurun. Berdasarkan Tabel 4.1 produksi garam nasional dari tahun 2001 hingga
tahun 2004 mengalami peningkatan. Pada tahun 2001 produksi garam sebesar satu juta ton meningkat di tahun 2002 sebesar 1.091.200 ton. Kenaikan produksi
kembali terjadi pada tahun 2003 yakni menjadi 1.344.000 ton. Pada tahun 2004 produksi garam meningkat sebesar 1.382.980. Dibandingkan produksi pada tahun
2004, produksi pada tahun 2005 mengalami penurunan sebesar 1.150.000 ton. Penurunan drastis terjadi pada tahun 2010 yakni produksi sebesar 30.600 ton. Hal
ini dikarenakan pada tahun tersebut terjadi musim hujan yang cukup panjang sehingga menghambat produksi garam nasional. Pada Gambar 4.2 menurut
stasiun pengamatan wilayah Sumenep, dimana wilayah ini merupakan salah satu wilayah penghasil produksi, pada tahun 2010 menunjukkan bahwa Hujan
Tahunan HT serta Hujan Musim Produksi MP memiliki nilai curah hujan yang tertinggi bila dibandingkan dengan tahun lainnya.
Sumber : Kementerian Perindustrian, 2012 Diolah
Gambar 4.1 Grafik Perkembangan Produksi Garam Tahun 2001-2010 Ton
200,000 400,000
600,000 800,000
1,000,000 1,200,000
1,400,000 1,600,000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010