sehingga garam rakyat tersebut harus terlebih dahulu dilakukan pencucian dan pengeringan.
Pada Tabel 4.3 dapat digambarkan pula bahwa perkembangan impor garam tahun 2001- 2010 dilihat dari negara pengimpor garam ke Indonesia yang
menunjukkan peningkatan volume impor. Tren peningkatan impor ditunjukkan pada keempat negara pengimpor yang terdiri dari Australia, India, Selandia Baru,
dan China. Impor terbesar berasal dari negara Australia dan India. Share impor yang diberikan sebesar 85.88 persen untuk Australia dan 11.40 pesen untuk India.
4.4 Harga Domestik Garam
Harga suatu komoditi dikaitkan dengan besarnya permintaan komoditi tersebut. Begitu pula sama halnya dengan komoditi garam dimana banyanknya
permintaan dikaitkan dengan tingkat harga. Pada perkembangannya, harga domestik mengalami tren yang cenderung meningkat. Peningkatan harga
merupakan sebagai akibat dari adanya peningkatan permintaan yang terus meningkat atas komoditi garam.
Sumber : Kementerian Perindustrian, 2012 diolah
Gambar 4.4 Grafik Perkembangan Harga Domestik Garam Indonesia Tahun 2006-2010 RpTon
4.5 Harga Impor Garam
Sementara itu, perkembangan harga impor garam mengalami fluktuasi. Namun demikian tren yang ditunjukkan adalah cenderung meningkat.Peningkatan
harga dari garam impor lebih besar dibandingkan dengan peningkatan harga
50,000 100,000
150,000 200,000
250,000 300,000
350,000
2006 2007
2008 2009
2010
domestik. Tingginya harga impor tidak menurunkan permintaan karena terdapat kelangkaan terhadap produksi garam. Kualitas yang belum memenuhi kebutuhan
industri dalam negeri serta adanya anomali musim menjadi faktor kebijakan impor tetap diberlakukan.
Sumber : Kementerian Perindustrian, 2012 diolah
Gambar 4.5 Grafik Perkembangan Harga Impor Garam Indonesia Tahun 2006- 2010 RpTon
4.6 Kebijakan Impor
Garam
Kebutuhan garam nasional Indonesiasejalan dengan perkembangan industri global di mana berbagai industri yang bergerak di bidang kimia menyeraplebih
dari 55 persen produksi garam dunia terutama untuk industri manufaktur chlorine yang menghasilkan polyvinyl chloride PVC yaitu plastik yang terbuat dari
chlorine, dan caustic soda sodium hydroxide yang menghasilkan paper- pulpingchemicalhttp:minerals.er.usgs.govmineralspubscommoditysalt58049
7.pdf. Selain itu dalam perkembangannya praktik impor garam juga mencakup garam konsumsi yang secara langsung didistribusikan ke pasar ataupun sebagai
bahan campuran untuk memproses lebih lanjut garam rakyat menjadi garam konsumsi. Dengan demikian, tidak mengherankan jika dari waktu ke waktu
volume impor garam terus meningkat dan bahkan realitas dilapangan menunjukkan eksistensinya dalam mendominasi dunia pergaraman nasional di
Indonesia. Kebijakan Impor Garam menurut Dirjen Perdagangan Luar Negeri 2007,
importasi garam dilakukan dilatarbelakangi oleh kebutuhan akan industri
- 50,000
100,000 150,000
200,000 250,000
300,000 350,000
400,000 450,000
500,000
2006 2007
2008 2009
2010
pengguna barang di dalam negeri pabrik kertas, pulp, kaustik soda dan pengeboran minyak yang selama ini menggunakan garam impor dengan alasan
garam dalam negeri kualitasnya tidak memenuhi syarat dan harganya relatif mahal serta untuk beberapa jenis garam belum dapat diproduksi di dalam negeri. Kedua,
garam konsumsi dalam negeri, tidak dapat bersaing dengan garam konsumsi impor karena petani di negara pengekspor di beri subsidi oleh pemerintahnya
seperti India dan Cina dikarenakan pemerintah Indonesia tidak memiliki dana untuk memberikan subsidi.
Hal ini dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani sehingga mampu meningkatkan produksi dan produktivitas
garam. Kemudian menjamin pemenuhan kebutuhan garam di dalam negeri pada tingkat harga yang wajar. Selain itu mendorong industri pengguna garam di dalam
negeri untuk menggunakan garam produksi dalam negeri serta sebagai bentuk ketahanan pangan Dirjen Perdagangan Luar Negeri, 2007.
Kebijakan impor adalah tidak ada kuota khusus, ijin untuk IP non yodisasi da
n
IT didasarkan pada kebutuhan industri pengguna garam.Berdasarkan Permendag. No. 44M-DAGPER1012007 Tentang Ketentuan impor Garam yang
diperbolehkan impor garam adalah Importir Produsen Non Iodisasi APIP -APIT, Importir Garam Iodisasi dan Importir Terdaftar API-P atau API-T dan Importir
Terdaftar API-U. IP Garam lodisasi dilarang mengimpor Garam tambang dan garam lainnya
dalam masa satu bulan sebelum panen raya garam rakyat, selama panen raya garam rakyat dan dua bulan setelah panen raya garam rakyat. Penetapan masa
pelarangan impor dapat diperpanjang atau diperpendek sesuai pencapaian produksi pada masa panen raya, agar persediaan garam tetap dapat memenuhi
kebutuhan nasional. Penetapan tersebut ditentukan oleh Menteri Perdagangan dengan mempertimbangkan pendapat Menteri Perindustrian atau pejabat yang
ditunjuk. Impor garam untuk kebutuhan industri garam iodisasi dilarang apabila harga rata-rata garam bentuk curah di atas truk dititik-titik pengumpul berada di
bawah harga garam KP1 dan KP2 yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal. Penentuan jumlah garam yang dapat di impor untuk memenuhi kebutuhan
industri garam iodisasi , dihitung berdasarkan hasil kesepakatan antar instansi
teknis lembaga dan asosiasi terkait di bidang garam, dikecualikan garam untuk memenuhi kebutuhan industri aneka yang secara teknis tidak dapat menggunakan
garam petani. Jumlah garam dialokasikan kepada IP Garam lodisasi secara proporsional berdasarkan besarnya pembelian garam petani. Pembelian garam
petani dibuktikan dengan surat pernyataan perolehan garam dari petani garam yang dibuat oleh IP Garam lodisasi dan ditandasahkan oleh Dinas
KabupatenKota yang membidangi perindustrian dan asosiasi petani garam atau jika tidak ada asosiasi petani garam , disahkan oleh kelompok petani garam yang
menyatakan jumlah garam yang dibeli serta harga pembelian di tingkat petani minimal sama dengan harga garam KP1 dan KP2.
Berdasarkan Keputusan Dirjen Perdagangan Luar Negeri No 07DAGLUPER72008, penetapan harga garam ditingkat petani untuk jenis
garam KP1 dan KP2 yang dijual secara curah di atas truk di titik pengumpul ditetapkan sebagai berikut: a. KP1, harga terendah sebesar Rp. 325.000,- tiga
ratus dua puluh lima ribu rupiah per ton; dan b. KP2, harga terendah sebesar Rp. 250.000,- dua ratus lima puluh ribu rupiah per ton. Pada tanggal 5 Mei 2011
telah ditetapkan melalui Peraturan Dirjen Perdagangan Luar Negeri No 02DAGLUPER52011 tentang Penetapan Harga Penjualan Garam di Tingkat
Petani Garam, pada pasal 2, harga penjualan untuk jenis garam KP1 dan KP2 yang dijual dalam bentuk curah di atas truk di titik pengumpul ditetapkan KP1
sebesar Rp 750,-kg dan KP2 sebesar Rp. 550,-kg.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pemilihan Model
Persamaan model permintaan impor pada penelitian ini menggunakan pengestimasian software Eviews 6. Komoditas yang diamati adalah garam dengan
kode HS 2501. Periode pengamatan yang digunakan selama sepuluh tahun yakni tahun 2001 hingga tahun 2010. Pada penelitian ini terdapat tiga model persamaan
yang diteliti hingga kemudian dipilih satu model terbaik yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi impor garam Indonesia.
Pemilihan kesesuaian model dilakukan dengan menggunakan uji Chow Lampiran 2 . F-stat yang dihitung untuk pemilihan model PLS atau FEM dengan
menggunakan rumus Persamaan 3.1. Hasil yang diperoleh dari pengujian Chow pada ketiga model menunjukkan bahwa F-stat yang diperoleh lebih kecil dari taraf
nyata sepuluh persen 0 0.1. Sehingga sudah cukup bukti untuk terima H dimana H
merupakan model Pooled Least Square PLS, sehingga model yang dipilih adalah PLS. Model PLS pada penelitian ini merupakan model estimasi
terbaik untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi impor garam Indonesia.
Uji F terhadap model permintaan impor garam signifikan pada taraf nyata sepuluh persen karena nilai probabilitas pada F-stat 0,0000 lebih kecil dari nilai
taraf nyata tersebut. Artinya minimal ada satu peubah independen yang berpengaruh nyata dalam model. Pada model 1, nilai R
2
yang diperoleh sebesar 97,74 persen menunjukkan bahwa model sudah fit atau baik. Besar nilai 97,74
persen keragaman permintaan impor garam yang dapat dijelaskan oleh variabel harga impor, GDP, populasi, jumlah industri yang menggunakan bahan baku
garam, dan nilai tukar riil. Sedangkan sisanya sekitar 2,26 persen dijelaskan dengan faktor lain di luar persamaan. Besar nilai 97,70 persen pada model 2
menunjukkan keragaman permintaan impor garam yang dapat dijelaskan oleh variabel harga impor, GDP, populasi, jumlah industri yang menggunakan bahan
baku garam, dan nilai tukar riil. Sedangkan sisanya sekitar 2,30 persen dijelaskan dengan faktor lain di luar persamaan. Sedangkan pada model 3, besar nilai 97,72
persen keragaman permintaan impor garam yang dapat dijelaskan oleh variabel