jenis ini digunakan untuk garam meja, industri makanan mutu tinggi, industri sosis dan keju, industri minyak goreng serta industri mentega.
Medium grade yaitu garam konsumsi kelas menengah dengan kadar NaCl 94,7- 97 persen dan kadar air 3 – 5 persen untuk garam dapur, dan
industri makanan menengah seperti kecap, tahu, pakan ternak.
Low grade, yaitu garam konsumsi mutu rendah dengan kadar NaCl 90 – 94.7 persen, kadar air 5 –10 persen, warna putih kusam, digunakan untuk
pengasinan ikan. 2.
Garam Industri Garam dengan kadar NaCl sebesar 97.5 persen dengan kandungan
impurities Sulfat, Magnesium, dan kalsium serta kotoran lainnya yang sangat kecil. Penggunaan garam industri antara lain : industri perminyakan,
industri kulit, industri tekstil, pabrik es, industri Chlor Alkali Plant CAP dan industri Farmasi.
Saat ini penggunaan garam sebagai konsumsi sangat kecil bila dibandingkan dengan penggunaannya sebagai bahan baku untuk pengolahan
industri terutama untuk pabrik pulp dan industri yang membutuhkan banyak chlor dan soda. Menurut kajian PKSPL-IPB 2006,
p
enggunaan garam untuk industri secara nasional diperkirakan mencapai sekitar 1,9 - 2 juta ton tahun,
sedangkan untuk konsumsi hanya membutuhkan sekitar 0,8 juta ton tahun, sehingga kebutuhan nasional akan garam mencapai 2,7 - 2,8 juta ton tahun.
Kekurangan suplai garam terutama untuk industri tersebut dipenuhi dengan impor garam sebanyak kurang lebih 1,7 - 1,8 juta ton tahun. Untuk pengadaan
garam untuk industri seluruhnya berasal dari impor, namun untuk garam konsumsi hanya sebagian kecil saja dari impor.
4.2 Impor Garam di Indonesia
Sangat ironis, sejak sepuluh tahun terakhir Indonesia justru menjadi pengimpor garam terbesar di dunia Dahuri, 2012. Selain menghamburkan
devisa, kebijakan itu juga akan menghancurkan usaha dan industri garam nasional dengan segala dampaknya. Padahal, garam merupakan salah satu dari sembilan
kebutuhan pokok dan bahan baku berbagai macam industri. Produktivitas garam
rendah padahal kebutuhan yang harus dipenuhi banyak dan kemampuan produksi maka produksi nasional hanya mampu memenuhi kebutuhan konsumsi saja.
Belum lagi bahwa dari seluruh kualitas produksi nasional belum tentu dapat seluruhnya langsung dikonsumsi dan kebanyakan masih memerlukan proses
pengolahan lanjutan untuk dapat memenuhi persyaratan konsumsi. Permasalahan yang timbul saat ini adalah bahwa kebutuhan garam nasional cenderung
mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan pertumbuhan penduduk dan industri.
Dalam kurun waktu sepuluh tahun, impor Indonesia terhadap komoditi garam mengalami fluktuasi. Namun demikian tren yang ditunjukkan cenderung
meningkat. Hal ini bisa dilihat pada Tabel 4.3 yang diolah dari data Kementerian Perindustrian tahun 2012. Impor cukup tinggi terjadi pada tahun 2004 yakni
sebesar 2.181.247 ton dan pada tahun 2010 sebesar 2.835.871 ton. Tabel 4.3 Volume Impor Garam Indonesia Berdasarkan Negara Pengimpor
Tahun 2001-2010 dalam Ribu Ton
Tahun Dunia Australia
India Selandia
Baru China
Negara lain
2001 1596 1282 193 0.13 0.73 120 2002 1553 1153 270 0.15 0.41 130
2003 1426 1294 90 0.25 0.55 42 2004 2181 2090 19 0.19 40.86 30
2005 1404 1277 125 0.20 0.18 1.57 2006 1553 1390 162 0.35 0.36 0.52
2007 1661 1518 136 0.55 0.18 7.03 2008 1658 1445 211 0.84 0.19 0.76
2009 1701 1391 258 1.12 51.04
0.72 2010 2083 1603 455 1.06 20.16
4.62 Share
persen 100 85,88 11.40 0.03
0.68 2 Sumber : WITS, 2012 Diolah
Perkembangan konsumsi hingga tahun 1997 dapat dipenuhi dari produksi garam domestik. Impor yang dilakukan pada tahun tersebut hanya untuk
pemenuhan kebutuhan garam industri. Namun pada saat ini, karena adanya perubahan iklim menyebabkan produksi garam nasional menurun sehingga
untukmemenuhi kebutuhan dalam negeri maka dilakukan impor. Selain itu alasan utama masih dilaksanakannya impor garam disebabkan kurang memenuhinya
kualitas produksi. Standar kualitas garam untuk industri impor adalah kadar NaCl minimal persen, sedangkan kualitas garam rakyat kadar NaCl 94,7 persen
sehingga garam rakyat tersebut harus terlebih dahulu dilakukan pencucian dan pengeringan.
Pada Tabel 4.3 dapat digambarkan pula bahwa perkembangan impor garam tahun 2001- 2010 dilihat dari negara pengimpor garam ke Indonesia yang
menunjukkan peningkatan volume impor. Tren peningkatan impor ditunjukkan pada keempat negara pengimpor yang terdiri dari Australia, India, Selandia Baru,
dan China. Impor terbesar berasal dari negara Australia dan India. Share impor yang diberikan sebesar 85.88 persen untuk Australia dan 11.40 pesen untuk India.
4.4 Harga Domestik Garam