Kecamatan Nekamese, Kecamatan Kupang Tengah, dan Kecamatan Amfoang Utara. Sedangkan pada tahun 2007 secara keseluruhan di Kabupaten Kupang
merupakan wilayah yang relatif efisien yerhadap wilayah lain kecuali Kecamatan Sulamu.
Faktor-faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya keragaman tingkat efisiensi antar waktu dan antar wilayah pada industri garam di Kabupaten Kupang
selama 2002 sampai 2007 yakni, pertama faktor perbedaan harga wilayah. Perbedaan harga antar wilayah menyebabkan nilai input menjadi lebih besar bagi
wilayah yang memiliki harga bahanbarang mahal dibandingkan dengan wilayah yang memiliki harga bahanbarang murah. Kedua, faktor teknologi pengolahan
garam yang digunakan dalam memproduksi garam. Teknologi yang digunakan dengan tiga metode yaitu, teknologi garam masak dengan menggunakan kayu
bakar, teknologi pengolahan tambak tradisional dan teknologi garam tambak bertingkat. Perbedaanperubahan metode yang digunakan masing-masing
pengusaha dapat menyebabkan perbedaan biaya input yang dikeluarkan dan output yang dihasilkan dalam industri garam. Hal ini dapat berdampak pada
tingkat efisiensi antar wilayah dan antar waktu. Ketiga, faktor jumlah usaha industri pengolahan garam suatu wilayah. Semakin banyak suatu wilayah
memiliki usaha industri garam maka semakin sulit wilayah tersebut menjadi relatif efisien terhadap wilayah lain. Keempat, faktor peranan usaha industri
garam terhadap sumber pencaharian. Wilayah yang memiliki pelaku usaha yang menempatkan industri garam sebagai mata pencaharian utama lebih banyak akan
berpeluan lebih besar menjadi wilayah yang relatif efisien terhadap wilayah lain dibandingkan wilayah yang menempatkan industri garam bukan sebagai mata
pencaharian utama. Kelima, faktor kualitas sumber daya. Semakin berkualitas sumber daya manusia yang digunakan pada industri garam di suatu wilayah akan
berpeluang lebih besar menjadikan wilayah tersebut menjadi relatif efisien terhadap wilayah lain.
2.4 Kerangka Pemikiran
Garam merupakan salah satu kebutuhan yang merupakan pelengkap dari kebutuhan pangan dan merupakan sumber elektrolit bagi tubuh manusia. Garam
merupakan komoditi strategis sebagai bahan pangan dan bahan baku industri dalam berbagai skala, sehingga kegiatan produksi, penyediaan, pengadaan dan
distribusi garam menjadi sangat penting dalam rangka menunjang kesehatan masyarakat melalui program iodisasi, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
petani garam maupun dalam rangka memenuhi kebutuhan industri dalam negeri.
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Operasional Sebagai bahan pangan garam dikonsumsi hampir semua manusia, maka
dari itu pemerintah juga menjadikan garam sebagai objek fortifikasi penambahan zat yodium yang sangat dibutuhkan bagi kesehatan tubuh dan untuk
Permintaan Garam di Indonesia
Impor Produksi dalam
negeri Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Impor Garam
- Populasi domestik - Harga garam impor
- GDP -Nilai tukar Rupiah
terhadap Dollar Amerika - Produksi Domestik
- Jumlah Industri
Analisis Data
Rekomendasi Kebijakan Hasil Penelitian
penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium GAKY. Sebagai bahan aneka industri dalam berbagai skala, garam semakin strategis terlebih sejalan
dengan berbagai penemuan ilmu dan teknologi yang menciptakan industrialisasi. Perkembangan industrialisasi secara signifikan menyebabkan permintaan terhadap
garam untuk kepentingan industri meningkat dengan tajam. Hal ini karena garam dengan segala variannya merupakan bahan kimia yang dibutuhkan sebagai bahan
dasar banyak industri.
Pada produksi garam dalam negeri, baik mutu maupun jumlah, sampai saat ini belum dapat memenuhi kebutuhan garam terutama garam sebagai bahan baku
industri sehingga masih diperlukan garam yang bersumber dari impor. Adanya kelebihan permintaan atas komoditas garam ini dipenuhi dengan mengimpor dari
negara lain. Untuk mengatasi permasalahan impor ini maka diperlukan suatu upaya untuk mengetahui perkembangan produksi, konsumsi dan impor garam di
Indonesia selama beberapa tahun terakhir dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi volume impor garam di Indonesia. Faktor-faktor yang diduga
dapat mempengaruhi permintaan impor untuk komoditi garam negara yakni, GDP, populasi penduduk domestik, harga garam luar negeri, serta nilai tukar
Rupiah terhadap Dollar Amerika, produksi, dan jumlah industri dengan menggunakan bahan baku garam. Adapun kerangka pemikiran operasional dapat
dilihat pada Gambar 2.3.
2.5 Hipotesis Penelitian