Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

Populasi yang kian meningkat mendorong besarnya kebutuhan pada komoditi garam. Selain itu, jumlah industri dengan bahan baku komoditi garam dituntut agar bisa terus menyediakan pasokan garam untuk proses produksi komoditi berikutnya. Dijelaskan pula pada harga dunia, pergeseran kurva permintaan secara positif meningkatkan harga dunia atau harga internasional komoditi tersebut. Perubahan kurs riil yang menurun menjadi kurva Exchange Rate ER menunjukkan bahwa permintaan impor semakin tinggi, begitupun sebaliknya peningkatan kurs rill akan berdampak pada menurunnya jumlah permintaan impor garam. Nilai tukar riil yang tinggi, mengakibatkan harga barang-barang luar negeri relatif lebih murah, dan harga barang-barang domestik relatif lebih mahal.Sementara itu, perubahan harga impor pada kurva permintaan DM 2 menjelaskan bahwa peningkatan harga impor mengakibatkan menurunnya jumlah permintaan impor garam dan begitupun sebaliknya.

2.2.4 Jumlah Industri Pengguna Bahan Baku Garam

Industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang mempunyai sifat saling mengganti. Industri berperan serta dalam pengembangan pembangunan negara. Perkembangan industri dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan. Adanya peningkatan pada industri maka menunjukkan bahwa kebutuhan akan bahan baku, dalam hal ini garam, meningkat pula. Oleh karenanya peningkatan jumlah industri akan berdampak pada peningkatan jumlah impor. Ini dikarenakan sebagian besar kebutuhan industri dipenuhi dari bahan baku impor.

2.3 Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Rheni Tri Wahyuni 2007 dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Output Industri Garam Beryodium di Indonesia” menjelaskan bahwa faktor produksi bahan baku, modal, dan energi memberikan pengaruh positif dan nyata terhadap peningkatan nilai output pada industri garam beryodium di Indonesia pada taraf nyata lima persen, sedangkan pada tenaga kerja memberikan pengaruh negatif dan nyata terhadap peningkatan nilai output industri tersebut pada taraf nyata lima persen. Peningkatan jumlah output dalam jumlah yang cukup besar dapat dilakukan dengan menurunkan jumlah tenaga kerja tetapi tidak secara terus menerus. Elastsitas masing-masing faktor produksi menunjukkan besar pengaruh dari faktor produksi tersebut. Energi memiliki elastisitas yang terbesar diantara faktor produksi lainnya. Ini berarti energy memiliki penagurh yang besar terhapat nilai output industri. Selain itu penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan teknis pengolahan, pengemasan, dan pelabelan garam beryodium akan meningkatkan output produksi garam beryodium. Yulianto Parulian 2008 melakukan penelitian mengenai tingkat efesiensi industri garam di Kabupaten Kupang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah-wilayah di Kabupaten Kupang yang relatif efisien terhadap wilayah lain dengan menggunakan asumsi constant return to scale dalam usaha industri garam pada tahun 2002 adalah Kecamatan Semau, Kecamatan Nekamese, dan Kecamatan Sulamu. Pada tahun 2003 adalah Kecamatan Sabu Barat, Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Kupang Timur, dan Kecamatan Sulamu. Pada tahun 2004 adalah Kecamatan Raijua, Kecamatan Nekamese, Kecamatan Kupang Timur dan Kecamatan Sulamu. Pada tahun 2005 dan 2006 wilayah yang relatif efisien terhadap wilayah lain hanya kecamatan Nekamese. Sedangkan pada tahun 2007 jumlah wilayah yang relatif efisien terhadap wilayah lain adalah Kecamatan Raijua, Kecamatan Nekamese, dan Kecamatan Kupang Tengah. Wilayah-wilayah di Kabupaten Kupang yang relatif efisien terhadap wilayah lain dengan menggunakan asumsi variable return to scale dalam usaha industri garam pada tahun 2002 adalah Kecamatan Raijua, Kecamatan Sabu Timur, Kecamatan Semau, Kecamatan Nekamese, Kecamatan Kupang Timur, Kecamatan Sulamu, dan Kecamatan Amfoang Utara. Pada tahun 2003 adalah Kecamatan Raijua, Kecamatan Sabu Barat, Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Nekamese, Kecamatan Kupang tengah, Kecamatan Kupang Timur, dan Kecamatan Sulamu. Pada tahun 2004 adalah Kecamatan Raijua, Kecamatan sabu Barat, Kecamatan Sabu Timur, Kecamatan Semau, Kecamatan Nekamese, Kecamatan Kupang Timur, dan Kecamatan Sulamu. Pada tahun 2005 adalah Kecamatan Sabu Timur, Kecamatan Semau, Kecamatan Nekamese, dan kecamatan Kupang Tengah. Pada tahun 2006 adalah Kecamatan Sabu Timur, Kecamatan Nekamese, Kecamatan Kupang Tengah, dan Kecamatan Amfoang Utara. Sedangkan pada tahun 2007 secara keseluruhan di Kabupaten Kupang merupakan wilayah yang relatif efisien yerhadap wilayah lain kecuali Kecamatan Sulamu. Faktor-faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya keragaman tingkat efisiensi antar waktu dan antar wilayah pada industri garam di Kabupaten Kupang selama 2002 sampai 2007 yakni, pertama faktor perbedaan harga wilayah. Perbedaan harga antar wilayah menyebabkan nilai input menjadi lebih besar bagi wilayah yang memiliki harga bahanbarang mahal dibandingkan dengan wilayah yang memiliki harga bahanbarang murah. Kedua, faktor teknologi pengolahan garam yang digunakan dalam memproduksi garam. Teknologi yang digunakan dengan tiga metode yaitu, teknologi garam masak dengan menggunakan kayu bakar, teknologi pengolahan tambak tradisional dan teknologi garam tambak bertingkat. Perbedaanperubahan metode yang digunakan masing-masing pengusaha dapat menyebabkan perbedaan biaya input yang dikeluarkan dan output yang dihasilkan dalam industri garam. Hal ini dapat berdampak pada tingkat efisiensi antar wilayah dan antar waktu. Ketiga, faktor jumlah usaha industri pengolahan garam suatu wilayah. Semakin banyak suatu wilayah memiliki usaha industri garam maka semakin sulit wilayah tersebut menjadi relatif efisien terhadap wilayah lain. Keempat, faktor peranan usaha industri garam terhadap sumber pencaharian. Wilayah yang memiliki pelaku usaha yang menempatkan industri garam sebagai mata pencaharian utama lebih banyak akan berpeluan lebih besar menjadi wilayah yang relatif efisien terhadap wilayah lain dibandingkan wilayah yang menempatkan industri garam bukan sebagai mata pencaharian utama. Kelima, faktor kualitas sumber daya. Semakin berkualitas sumber daya manusia yang digunakan pada industri garam di suatu wilayah akan berpeluang lebih besar menjadikan wilayah tersebut menjadi relatif efisien terhadap wilayah lain.

2.4 Kerangka Pemikiran