Morfologi mikrofungi Mikrofungi 1. Taksonomi mikrofungi

suatu dinding yang kuat. Morfologi mikrofungi dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan morfologi hifa secara mikroskopis, hifa dapat dibedakan menjadi: a. Aseptat atau senositik Hifa seperti ini tidak mempunyai septum, sehingga memiliki banyak inti. b. Monositik Sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang atau sel-sel berisi nukleus tunggal. Pada setiap septum terdapat pori di tengah-tengah yang memungkinkan terjadinya perpindahan nukleus dan sitoplasma dari satu ruang ke ruang yang lain Trinci dan Cutter, 1986. a b Gambar 2. Morfologi mikrofungi Penicilium Viridicatum a: sketsa tubuh mikrofungi Gandjar, 1999, b: miselium www.3phase.com 2.1.3. Pertumbuhan dan reproduksi mikrofungi 2.1.3.1. Pertumbuhan Fase pertumbuhan dapat diketahui melalui perubahan luas daerah di bawah kurva pertumbuhan atau disebut dengan area under the kinetic curve AUKC. Kecepatan pertumbuhan mikroorganisme ini tergantung pada lingkungan fisik dan kimianya . Berdasarkan laju pertumbuhannya, maka Meletiadis 2001 membagi fase pertumbuhan fungi menjadi lima, yaitu fase pertumbuhan lambat lag phase, fase akselerasi first transition period, fase log log phase, fase penurunan second transition period atau declining phase, dan fase stasioner stationer phase. Kurva pertumbuhan fungi dapat dilihat pada Gambar 3. hifa konidia Gambar 3. Kurva Pertumbuhan Mikrofungi a. fase pertumbuhan lambat, b fase akselerasi, c fase log, d fase penurunan, e fase stasioner sumber: Meletiadis et al. 2001 Fase pertama adalah fase lag. Pada tahap ini tidak terjadi pertumbuhan sel. Pengamatan secara mikroskopik yang dilakukan oleh Meletiadis 2001 menunjukkan bahwa pada fase ini sedang terjadi persiapan pembelahan sel atau pun persiapan pertumbuhan spora dan konidia. Fase ini dicirikan oleh perubahan Δr AUKC yang kurang dari 5. Pembelahan sel akan diikuti oleh persipan perpanjangan hifa, dan hal ini menunjukkan terjadinya fase akselerasi atau dapat juga disebut first transition period Reinhardt 1892 in Trinci dan Cutter 1986. Fase ini dapat dilihat melalui peningkatan ΔrAUKC hingga 30. Pada tahap ini, persiapan perpanjangan hifa sulit ditentukan karena tidak hanya tergantung pada jumlah sel yang diinokulasikan, tetapi juga tergantung pada karakteristik metaboliknya, seperti umur dan keadaan fisiologisnya, serta tergantung juga pada jenis nutrien dalam medianya Quoreshp et al. 1995. Fase pertumbuhan lambat yang lama menunjukkan adanya bahan-bahan beracun dan substrat bersifat melawan, kurang inokulasi, atau pre-kultur tidak sesuai sel mati inaktif. Perpanjangan hifa akan terjadi setelah fase akselerasi, yaitu pada fase log. Fase log memiliki kurva pertumbuhan dengan kemiringan slope yang maksimal Meletiadis 2001, sehingga laju pertumbuhan spesifik pada fase ini merupakan nilai maksimum. Laju pertumbuhan eksponensial ini sangat dipengaruhi oleh ketersediaan nutrien.