Reproduksi Pertumbuhan dan reproduksi mikrofungi 1. Pertumbuhan

sporangium yang terdapat di ujung hifa khusus. Aplanospora ialah sporangiospora nonmotil. Zoospora ialah sporangiospora yang motil. Motilitasnya disebabkan oleh adanya flagelum. c. Oidium atau artrospora Spora bersel satu yang terbentuk karena terputusnya sel-sel hifa d. Klamidiospora Spora bersel satu yang berdinding tebal, sangat resisten terhadap keadaan buruk, terbentuk dari sel-sel hifa somatik e. Blastospora Tunas atau kuncup pada sei-sel khamir Spora seksual yang dihasilkan dari peleburan dua nukleus, lebih jarang terbentuk. Jumlahnya yang lebih sedikit dibandingkan dengan spora aseksual, hanya terbentuk dalam keadaan tertentu Gilman 1945. Ada beberapa tipe spora seksual, yaitu: a. Askospora, adalah spora bersel satu yang terbentuk dalam kantung yang askus. Biasanya terdapat delapan askospora di dalam setiap askus. Contoh fungi yang menghasilkan aksospora adalah filum Ascomycota Buchalo et al. 1998. b. Basidiospora, adalah spora bersel satu yang terbentuk di atas struktur berbentuk gada yang dinamakan basidium. Contoh fungi yang menghasilkan spora tipe ini adalah fungi yang berasal dari filum Basidiomycota Gilman 1945. c. Zigospora, adalah spora besar berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung- ujung dua hifa yang secara seksual serasi, disebut juga gametangia, dan pada beberapa fungi, spora ini melebur. Zygospora terbentuk pada fungi tingkat rendah, yaitu filum Zygomycota Gandjar et al. 2006. d. Oospora, adalah spora yang terbentuk di dalam struktur betina khusus yang disebut ooginium. Pembuahan telur atau oosfer oleh gamet jantan yang terbentuk di dalam anteredium menghasilkan oospora. Dalam setiap oogonium terdapat satu atau beberapa oosfer. Oospora terdapat pada fungi tingkat rendah dari filum Chitridiomycota dihasilkan oospora Gilman 1945. Suatu fungi tunggal dapat membentuk spora aseksual dan seksual dengan beberapa cara pada waktu yang berlainan dan dalam keadaan yang berbeda. Struktur serta metode pembentukan spora-spora tersebut cukup konstan atau tidak berubah Pelczar dan Chan 1986.

2.1.4. Metabolisme absorbsi nutrien pada mikrofungi

Faktor paling penting yang berhubungan dengan aktivitas fungi adalah nutrien. Nutrien akan digunakan sebagai energi melalui proses metabolisme, sehingga organisme dapat melaksanakan fungsi hidupnya. Metabolisme adalah seluruh proses kimia di dalam organisme hidup untuk memperoleh dan menggunakan energi Voet dan Voet 1995 in Gandjar et al. 2006. Ketika sel melakukan metabolisme, nutrien akan diubah ke dalam bentuk materi sel, energi, dan produk buangan Bilgrami dan Verma 1994 in Gandjar et al. 2006. Proses tersebut akan menyebabkan organisme tumbuh dan berkembang. Proses metabolisme pada fungi meliputi dua fungsi utama yaitu, fungsi anabolisme asimilasibioenergi dan katabolisme disimilasibiosintesis. Dalam fungsi anabolisme nutrien diubah menjadi komponen struktural dan fungsional oleh mikroorganisme. Dalam fungsi katabolisme energi kimia diambil dari nutrien untuk menghasilkan energi yang akan digunakan dalam reaksi anabolisme. Proses anabolisme tergantung pada katabolisme, tidak hanya pada energi yang dalam bentuk ATP, NADH, dan NADPH, tapi juga produksi senyawa intermediate bagi berlangsungnya proses biosintesis makromolekul dari struktur hifa Trinci dan Cutter 1986; Ayres 1986 in Gandjar et al. 2006. Pada proses katabolisme, nutrien berfungsi sebagai sumber energi atau penerima elektron. Proses ini bersifat eksergonik atau eksotermik dengan energi yang dihasilkan berbentuk energi kimia dan bukan energi panas. Hal tersebut terjadi karena sel tidak dapat menggunakan energi panas, melainkan Adenosin- trifosfat ATP. ATP diperlukan untuk aktivitas sel, misalnya untuk perkembangbiakan, pembentukan spora, pergerakan, biosintesa, dan sebagainya Ayres 1986 in Gandjar et al. 2006. Proses anabolisme sebagai salah satu kegiatan dalam metabolisme, memerlukan sumber energi yang didapat dari proses katabolisme. Selama proses katabolisme berlangsung, produk yang dihasilkan tidak hanya energi bagi berlangsungnya anabolisme, melainkan juga senyawa yang akan menjadi bahan dasar bagi proses anabolisme seperti gula-fosfat, asam piruvat, asam asetat, asam oksalasetat, asam suksinat, dan sebagainya. Reaksi anabolisme pada dasarnya terbagi ke dalam beberapa proses, diantaranya: asimilasi nitrogen dan sulfat, sintesis mikromolekul sintesis asam amino, serta sintesis makromolekul sintesis DNA, RNA, dan protein Trinci dan Cutter 1986. Secara umum fungi memerlukan nutrien dalam bentuk karbon, nitrogen, sulfur, kalium, magnesium, natrium, kalsium, nutrien mikro besi, mangan, kobalt, molibdenum, dan vitamin. Fungi adalah organisme heterotrof karena tidak memiliki kemampuan untuk mengoksidasi senyawa karbon anorganik. Senyawa karbon organik yang dapat dimanfaatkan fungi untuk membuat materi sel baru dapat berupa molekul sederhana seperti gula sederhana, asam organik, gula terikat alkohol, polimer rantai pendek dan rantai panjang yang mengandung karbon Gadd 1988; Ayres 1986 in Gandjar 2006. Beda halnya dengan karbon, nitrogen dimanfaatkan oleh fungi dalam bentuk senyawa organik dan anorganik. Fungi lebih menyukai nitrogen dalam bentuk organik. Nitrogen organik yang dapat dimanfaatkan oleh fungi adalah dalam bentuk protein Lyon et al. 1952. Menurut Gunderson 1967; Guest dan Smith 2007, senyawa nitrogen anorganik yang dapat dimanfaatkan oleh mikrofungi adalah dalam bentuk ammonium NH 4 - N; nitrat NO 3 ; dan nitrit NO 2 . Nitrit dapat dimanfaatkan oleh mikrofungi dalam kondisi yang tidak asam. Selain itu, fungi diketahui dapat menghidrolisis senyawa-senyawa toksik yang sulit diuraikan menjadi senyawa-senyawa lebih sederhana, sehingga dapat dimanfaatkan oleh organisme itu sendiri atau lainnya Quoreshp et al. 1995. 2.2. Karakteristik tahu dan limbah cair tahu

2.2.1. Karakteristik tahu

Tahu merupakan bahan makanan yang terbuat dari kedelai yang mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi. Menurut Soedarma dan Sediaoetma 1977 in Dhahiyat 1990 di dalam 100 gram kedelai yang merupakan bahan tahu, terkandung 35 gram protein, 18 gram lemak, dan 10 gram karbohidrat; sedangkan dalam 100 gram tahu terdapat 7,8 gram protein, 4,6 gram lemak, dan 1,6 gram karbohidrat. Pengolahan kedelai menjadi tahu umumnya dilakukan secara tradisional, yaitu melalui proses penggumpalan pengendapan protein susu kedelai. Bahan