Persentase penutupan Biodiversitas dan Peran Mikrofungsi Isolat Telaga Warna dalam Mendekomposisi Bahan Organik pada Limbah cair Tahu

ataupun tidak, ternyata ditumbuhi oleh mikrofungi jenis lain MX dan munculnya suatu lapisan seperti lapisan minyak LM. Keberadaan mikroorganisme kontaminan pada limbah cair tahu dapat dilihat pada Gambar 13. Berdasarkan hasil identifikasi, mikrofungi jenis lain yang tumbuh pada media adalah Aspergillus sp., dan lapisan keruh yang menyerupai minyak tersebut adalah bakteri. Grafik pertumbuhan mikroorganisme yang terjadi pada limbah cair tahu tersebut dapat dilihat pada Gambar 14, dengan nilai rata-rata dari persen penutupan yang dapat dilihat pada Lampiran 10. Gambar 13. Keberadaan mikroorganisme kontaminan pada media MX: Mikrofungi kontaminan; LM: Lapisan minyak Mikrofungi jenis Abisidia spinosa AS, ternyata tidak memperlihatkan penambahan persen penutupan. Abisidia spinosa hingga hari kesatu H1 masih terdapat di permukaan media, namun pada hari berikutnya H2 inokulan AS mulai tenggelam. Inokulan mikrofungi dengan media agar yang tenggelam pada perlakuan tersebut diduga mengalami kematian. Disamping itu, penutupan di bagian permukaan didominasi oleh LM dan MX. LM mendominasi pada hari keempat H4 sebesar 61,67, sedangkan persentase penutupan oleh mikrofungi jenis lain MX adalah 22. Pada pengamatan hari kelima H5, persentase penutupan tidak didominasi oleh lapisan minyak, melainkan oleh MX sebesar 53,33; sementara LM sebesar 33,33. Pada hari terakhir pengamatan H6, baik LM maupun MX mengalami penurunan. Hari ke- 1 2 3 4 5 6 P e rs e n ta se p e n u tu p a n 20 40 60 80 100 Hari ke- 1 2 3 4 5 6 P e rs e n ta se p e n u tu p a n 20 40 60 80 100 AS CA Hari ke- 1 2 3 4 5 6 P e rs e n ta se p e n u tu p a n 20 40 60 80 100 Hari ke- 1 2 3 4 5 6 P e rs e n ta se p e n u tu p a n 20 40 60 80 100 ACST PR Hari ke- 1 2 3 4 5 6 P e rs e n ta se p e n u tu p a n 20 40 60 80 100 Hari ke- 1 2 3 4 5 6 P e rs e n ta se p e n u tu p a n 20 40 60 80 100 PV K AS CA ACST PR PV MX LM Gambar 14. Persentase penutupan mikroorganisme pada limbah cair tahu pada tiap jenis mikrofungi Keterangan: AS: Abisidia spinosa, CA: Cephalosphorium acremonium, ACST: Acremonium strictum, PR: Penicillium rugulosum , PV:Penicillium viridicatum, K: tanpa mikrofungi Selain AS, inokulan mikrofungi jenis lainnya ternyata dapat memperlihatkan penambahan persen penutupan pada media limbah cair tahu, meskipun pertumbuhan dari berbagai jenis isolat tersebut dicapai dalam waktu yang berbeda-beda. Inokulan jenis Cephalosphorium acremonium CA mengalami penambahan persentase penutupan pada hari ke-5 H5 sebesar 10. Pertumbuhan LM didapatkan mulai H1, sementara MX mulai tumbuh pada H2, masing-masing dengan persentase penutupan sekitar 0,1 dan 22,17. Persentase penutupan LM mencapai maksimal pada H3 sedangkan MX pada H4. Persen penutupan dari LM dan MX mengalami penurunan ketika CA mengalami pertambahan persen penutupan. Kondisi yang berkebalikan terjadi pada hari terakhir pengamatan, CA mengalami penurunan menjadi 7,71, sedangkan LM serta MX kembali meningkat sebesar 1,67 dan 31,67. ACST mengalami pertumbuhan pada H2 dengan persentase penutupan 10.71, yang disertai dengan pertumbuhan LM sebesar 3,33. Persentase penutupan ACST maupun LM bertambah pada H3, dan mulai muncul MX sebesar 0,5. Pertumbuhan ACST pada H4 tidak mengalami perubahan, dan terus menurun hingga H6 menjadi 9,38. Keadaan ini diikuti dengan fluktuasi pertumbuhan LM dan MX, dengan hubungan yang selalu terbalik. Hal ini dapat dilihat pada H4 dan H6. Ketika LM mengalami penurunan, MX mengalami peningkatan. Kondisi yang sebaliknya terjadi pada H5; ketika LM mengalami penurunan persen pentupan, MX mengalami pertambahan persen penutupan. Berbeda dari AS, CA, dan ACST, kenaikan pertumbuhan untuk jenis PR dan PV dicapai mulai dari H0 hingga H2. Hari berikutnya H3 persen penutupan menurun drastis menjadi 0 yang disertai munculnya MX dan LM. Penurunan pertumbuhan PR dan PV berlangsung hingga hari terakhir pengamatan H6, sedangkan MX dan LM mengalami fluktuasi setiap harinya. Pertumbuhan MX dan LM tidak hanya terdapat pada perlakuan media yang diberi inokulan mikrofungi, namun terdapat pula pada kontrol. Limbah cair tahu tersebut ditumbuhi MX pada H1 sebesar 1, dan terus meningkat pada hari berikutnya H2 menjadi 25. Pada saat ini pula, LM mulai muncul dengan persentase penutupan sebesar 0,17. Di saat H3 MX mengalami penurunan Hari ke- 1 2 3 4 5 6 P e rt u m b u h a n L o g x + 1

0.0 0.5

1.0 1.5

2.0 AS CA ACST PR PV 20, ternyata LM mengalami peningkatan 0,67. Kondisi fluktuatif ini terus terjadi hingga H6. b. Fase pertumbuhan mikrofungi Persentase penutupan mikrofungi uji bila digambarkan dalam bentuk kurva, maka akan terlihat bahwa masing-masing jenis mikrofungi mencapai fase- fase tertentu pada pertumbuhan dalam waktu yang berbeda-beda. Pertumbuhan mikrofungi uji pada media ada yang mengalami pertumbuhan secara cepat, lambat, bahkan tidak mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan mikrofungi pada media dicirikan dengan adanya fase akselarasi yang dilanjutkan dengan fase log. Kurva pertumbuhan mikrofungi uji dapat dilihat dibawah ini Gambar 15. Gambar 15. Kurva pertumbuhan mikrofungi pada limbah cair tahu Keterangan: AS: Abisidia spinosa, CA:Cephalosphorium acremonium, ACST: Acremonium strictum, PR: Penicillium rugulosum , PV:Penicillium viridicatum, K: tanpa mikrofungi Terlihat pada kurva bahwa mikrofungi yang tidak mengalami pertumbuhan yaitu AS, pada hari kesatu mengalami fase lag yang dilanjutkan dengan fase kematian pada hari berikutnya. Mikrofungi jenis ACST memperlihatkan terjadinya fase akselerasi setelah hari kesatu, kemudian dilanjutkan dengan fase log, dan setelah hari keempat baru terjadi fase penurunan. Mikrofungi jenis CA menunjukkan pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan ACST. Fase lag pada CA berlangsung hingga hari keempat, kemudian pada hari kelima baru terjadi fase akselarasi yang dilanjutkan dengan fase log. Selain ACST dan CA, mikrofungi uji yang mengalami pertumbuhan adalah PR dan PV. Namun PR dan PV mencapai fase akselerasi dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan ACST dan CA. PR pada hari kesatu mengalami fase akselarasi, dan pada hari kedua fase log telah dicapai. Mikrofungi jenis PV ternyata memulai fase log dalam waktu lebih cepat yaitu pada hari kesatu, dan fase penurunan pun dicapai dalam waktu yang lebih cepat yaitu pada hari kedua pengamatan.

4.1.2.3. N organik

Indikator menurunnya bahan organik, selain diketahui dari nilai COD dapat juga dilihat melalui nilai N organik. Konsentrasi N organik pada awal pengamatan terukur sebesar 53,67 mgl, dan nilai rata-rata N organik selama pengamatan serta persentase penurunannya dapat dilihat pada Lampiran 11. Perubahan konsentrasi N organik antarwaktu pada masing-masing media limbah cair tahu dengan inokulan mikrofungi dan tanpa inokulan mikrofungi adalah sebagai berikut.

A. Konsentrasi N organik pada media dengan mikrofungi Abisidia spinosa AS

Rata-rata konsentrasi N organik antarwaktu pada media dengan mikrofungi jenis AS berbeda nyata p 0,05 Lampiran 12. Konsentrasi N organik pada media dengan inokulan AS berkisar 16,66-72,5 mgl, dengan konsentrasi terendah terjadi pada H5 dan tertinggi pada H1 Gambar 16.

B. Konsentrasi N organik pada media dengan inokulan Cephalosphorium acremonium CA

Pada media dengan mikrofungi jenis CA, rata-rata konsentrasi N organik antarwaktu menunjukkan perbedaan yang nyata p 0,05 Lampiran12. Rata- rata konsentrasi N organik pada media dengan inokulan CA berkisar antara 20,63 – 122,51 mgl, dengan konsentrasi terendah terjadi pada H5 dan tertinggi pada H1 Gambar 17. Hari ke- 1 2 3 4 5 6 R a ta -r a ta N o rg a n ik m g l 20 40 60 80 100 120 140 Gambar 16. Rata-rata konsentrasi N organik pada limbah cair tahu dengan mikrofungi Abisidia spinosa Gambar 17. Rata-rata konsentrasi N organik pada limbah cair tahu dengan mikrofungi Cephalosphorium acremonium

C. Konsentrasi N organik pada media dengan inokulan Acremonium strictum ACST

Rata-rata konsentrasi N organik pada media dengan inokulan ACST berkisar 9,07-53,67 mgl, dengan konsentrasi terendah terjadi pada H4 dan tertinggi pada H0 Gambar 18. Pada media dengan mikrofungi jenis ACST, rata- rata konsentrasi N organik antarwaktu menunjukkan perbedaan yang nyata p 0,05 Lampiran 12.

D. Konsentrasi N organik pada media dengan inokulan Penicillium rugulosum PR

Konsentrasi N organik tertinggi pada media dengan inokulan PR tertinggi Hari ke- 1 2 3 4 5 6 R a ta -r a ta N o rg a n ik m g l 20 40 60 80 100 120 140 Hari ke- 1 2 3 4 5 6 R a ta -r a ta N o rg a n ik m g l 20 40 60 80 100 120 140 Hari ke- 1 2 3 4 5 6 R a ta -r a ta N o rg a n ik m g l 20 40 60 80 100 120 140 terjadi pada pada H0, yaitu 41,01 mgl, sedangkan konsentrasi N organik terendah terjadi pada H4, yaitu 9,26 mgl Gambar 19. Pada media dengan mikrofungi jenis PR, rata-rata konsentrasi N organik antarwaktu menunjukkan perbedaan yang nyata p 0,05 Lampiran 12. Gambar 18. Rata-rata konsentrasi N organik pada limbah cair tahu dengan mikrofungi Acremonium strictum Gambar 19. Konsentrasi N organik pada limbah cair tahu dengan mikrofungi Penicillium rugulosum

E. Konsentrasi N organik pada media dengan inokulan mikrofungi Penicillium viridicatum

Rata-rata konsentrasi N organik antarwaktu pada media dengan mikrofungi jenis PV pun menunjukkan perberbedaan yang nyata p 0,05 Lampiran 12. Konsentrasi N organik pada media dengan inokulan PV memiliki Hari ke- 1 2 3 4 5 6 R a ta -r a ta N o rg a n ik m g l 20 40 60 80 100 120 140 kisaran antara 13,94-53,67 mgl, dengan konsentrasi terendah terjadi pada H4 dan tertinggi pada H0 Gambar 20. Gambar 20. Konsentrasi N organik pada limbah cair tahu dengan mikrofungi Penicillium viridicatum

F. Konsentrasi N organik pada media tanpa inokulan mikrofungi kontrol

Secara temporal konsentrasi N organik pada kontrol sama halnya dengan konsentrasi N organik pada media dengan inokulan mikrofungi, yaitu berbeda nyata p 0,05 Lampiran 12. Kisaran rata-rata konsentrasi N organik pada media tanpa inokulan mikrofungi yaitu 15,89-90,58 mgl. Konsentrasi tertinggi terjadi pada pada H2; sedangkan konsentrasi COD terendah terjadi pada H4 Gambar 21. Gambar 21. Konsentrasi N organik pada limbah cair tahu tanpa mikrofungi Hari ke- 1 2 3 4 5 6 R a ta -r a ta N o rg a n ik m g l 20 40 60 80 100 120 140

G. Perbandingan kemampuan antar jenis mikrofungi dalam menurunkan

konsentrasi N organik Profil plot grafik rata-rata N organik menunjukkan pola yang serupa dengan COD Gambar 22. Inokulan ACST, PR, dan PV mampu menurunkan konsentrasi N organik pada H1, sebesar 23,34; 23,59; 47,03. Nilai N organik hingga H2 masih tetap mengalami penurunan, dan penurunan terbesar terdapat pada media dengan perlakuan PR yaitu sebesar; 81,60. Namun pada hari berikutnya H3, keberadaan bahan organik pada limbah tahu yang diberi inokulan tersebut cenderung menaik, dan mengalami fluktuasi hingga akhir pengamatan. konsentrasi N organik bagi perlakuan ACST, PR, dan PV mulai dari H3 hingga H6 berkisar antara 9,07 – 44,20 mgl. Hari ke- 1 2 3 4 5 6 R a ta - r a ta N o rg a n ik m g l 20 40 60 80 100 120 140 CA ACST PR PV K AS Gambar 22. Rata-rata konsentrasi N organik mgl pada limbah cair tahu pada tiap perlakuan fungi Keterangan: AS: Abisidia spinosa, CA: Cephalosphorium acremonium, ACST: Acremonium strictum, PR: Penicillium rugulosum , PV:Penicillium viridicatum, K: tanpa mikrofungi Media dengan inokulan AS, CA, dan K pada H1 menunjukkan peningkatan konsentrasi N organik. Penurunan mulai terjadi pada H2 untuk perlakuan AS dan CA, sedangkan K mulai menurun pada H3. Penurunan N organik dengan perlakuan AS hanya berlangsung hingga H3 saja, yaitu 30,70. Pada hari selanjutnya berfluktuasi dengan kisaran nilai 16,66–74,67 mgl. Nilai N organik dengan perlakuan CA turun hingga H5, dengan penurunan sebesar 61,56. Sementara perlakuan tanpa inokulan K menurun secara gradual hingga H4 dengan persen penurunan 70,39. Media dengan inokulan CA maupun K mengalami kenaikan konsentrasi N organik pada hari berikutnya, dengan nilai yang berkisar antara 18,00-39,54 mgl. Hasil analisis statistik Lampiran 13 menunjukkan bahwa perbedaan waktu, jenis-jenis mikrofungi, serta interaksinya mempengaruhi kandungan bahan oganik pada limbah tahu p 0,05. Hal ini ditunjukkan melalui nilai rata-rata konsentrasi N organik yang berbeda. Untuk menentukan jenis mikrofungi yang berbeda nyata dalam memberikan pengaruh terhadap penurunan konsentrasi N organik, dilakukan uji lanjut menggunakan uji Tukey. Hasil analisis lanjut terhadap penurunan konsentrasi N organik oleh perlakuan mikrofungi jenis ACST, PR, dan PV berbeda dari perlakuan mikrofungi jenis AS, CA, dan kontrol.

4.1.2.4. N anorganik

Bentuk N anorganik yang dianalisis adalah Ammonia NH 3 , Nitrit NO 2 , dan Nitrat NO 3 . Nilai rata-rata N anorganik pada masing-masing perlakuan selama pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 14. Konsentrasi N anorganik pada limbah cair tahu, baik dengan pemberian inokulan mikrofungi maupun tanpa inokulan mikrofungi mengalami fluktuasi selama pengamatan. Konsentrasi ammonia tertinggi terdapat pada kontrol, sebesar 10,69 mgl yang terjadi pada H1 dan konsentrasi terendah terdapat pada H4 pada perlakuan PR yaitu 0,53 mgl. Rata-rata konsentrasi ammonia selama pengamatan dapat dilhat pada Gambar 23. Sama halnya dengan konsentrasi ammonia, konsentrasi nitrat tertinggi terdapat pada perlakuan K yang terjadi pada H1 Gambar 24. Kisaran nilai rata- rata konsentrasi nitrat untuk semua perlakuan adalah 0,12-7,10 mgl. Hari ke- 1 2 3 4 5 6 R a ta -r a ta A m m o n ia m g l 2 4 6 8 10 12 CA ACST PR PV K AS Gambar 23. Rata-rata konsentrasi ammonia mgl pada limbah cair tahu pada tiap perlakuan fungi Keterangan: AS: Abisidia spinosa Abisidia, CA: Cephalosphorium acremonium, ACST: Acremonium strictum, PR: Penicilium rugulosum , PV:Penicilium viridicatum, K: tanpa mikrofungi Hari ke- 1 2 3 4 5 6 R a ta -r a ta N it ra t m g l 2 4 6 8 CA ACST PR PV K AS Gambar 24. Rata-rata konsentrasi nitrat mgl pada limbah cair tahu pada tiap perlakuan fungi Keterangan: AS: Abisidia spinosa, CA: Cephalosphorium acremonium, ACST: Acremonium strictum, PR: Penicillium rugulosum , PV:Penicillium viridicatum, K: tanpa mikrofungi Hari ke- 1 2 3 4 5 6 R a ta-rata Nitrit m gl

0.0 0.2

0.4 0.6

0.8 1.0

1.2 CA ACST PR PV K AS Nilai rata-rata konsentrasi nitrit pada limbah cair tahu selama pengamatan, berkisar antara 0,01–0,98 mgl. Konsentrasi nitrit tertinggi terdapat pada perlakuan ACST pada H1, dan konsentrasi terendah dicapai pada H2 oleh perlakuan ACST serta PR Gambar 25. Gambar 25. Rata-rata konsentrasi nitrit mgl pada limbah cair tahu pada tiap perlakuan fungi Keterangan: AS: Abisidia spinosa, CA: Cephalosphorium acremonium, ACST: Acremonium strictum, PR: Penicillium rugulosum , PV:Penicillium viridicatum, K: tanpa mikrofungi

4.1.2.5. TDS dan TSS

Kekeruhan yang disebabkan oleh padatan terlarut pada limbah tahu, pada awal pengamatan H0 terukur sebesar 728,50 mgl. Fluktuasi nilai TDS pada media selama pengamatan dapat dilihat pada Gambar 26. Grafik TDS memperlihatkan adanya penurunan kekeruhan pada media dengan perlakuan ACST, PR, dan PV setelah 24 jam H1. Penurunan kandungan padatan terlarut terus menurun hingga H2, dengan penurunan sebesar 71,86; 71.45; 83,93. Mulai H3 hingga H6, nilai TDS mengalami fluktuasi dengan rentang nilai yang tidak melebihi nilai pada saat H0, yaitu 102,10–615,67 mgl. Media dengan inokulan AS, CA, dan media tanpa inokulan memperlihatkan kenaikan nilai TDS setelah H0. Penurunan TDS terjadi pada H2 bagi perlakuan AS dan CA, serta pada H3 bagi perlakuan K. Nilai TDS pada Hari ke- 1 2 3 4 5 6 R a ta -r a ta T D S m g l 200 400 600 800 1000 1200 AS CA ACST PR PV K perlakuan AS mengalami fluktuasi, dan mencapai penurunan terbesar pada H4 yaitu sebesar 82,36. Perlakuan CA mengalami penurunan secara gradual hingga H5, yaitu 71,86. Media tanpa inokulan K menunjukkan penurunan hingga H4, sebesar 78,04. Secara umum nilai rata-rata TDS bagi perlakuan AS, CA, serta K adalah 160–1081,50 mgl. Rata-rata konsentrasi dan persentase penurunan kekeruhan bagi semua perlakuan yang disebabkan padatan terlarut dapat dilihat pada Lampiran 15. Gambar 26. Rata-rata konsentrasi TDS mgl pada limbah cair tahu pada tiap perlakuan fungi Keterangan: AS: Abisidia spinosa, CA: Cephalosphorium acremonium, ACST: Acremonium strictum, PR: Penicillium rugulosum , PV:Penicillium viridicatum, K: tanpa mikrofungi Kekeruhan selain terukur melalui TDS, dapat juga terlihat melaui nilai TSS atau padatan yang tersuspensi pada media. Nilai awal TSS pada limbah cair tahu adalah 122 mgl. Pengukuran padatan yang tersuspensi pada semua perlakuan ternyata mengalami peningkatan pada H1, dan berfluktuasi selama pengamatan. Rata-rata konsentrasi TSS beserta persentase penurunannya dapat dilihat pada Lampiran 15. Penurunan tertinggi dicapai oleh perlakuan PV pada hari ketiga H3 sebesar 18,03, dengan nilai 100 mgl. Perubahan padatan tersuspensi pada media selama awal hingga akhir pengamatan dapat dilihat pada Gambar 27. Gambar 27. Rata-rata konsentrasi TSS mgl pada limbah cair tahu pada tiap perlakuan fungi Keterangan: AS: Abisidia spinosa, CA: Cephalosphorium acremonium, ACST: Acremonium strictum, PR: Penicillium rugulosum , PV:Penicillium viridicatum, K: tanpa mikrofungi

4.1.2.6. pH

Nilai pH limbah cair tahu dengan berbagai perlakuan pada awal pengamatan H0 adalah 3,40. Nilai pH pada hari berikutnya H1 untuk semua media, baik dengan inokulan mikrofungi maupun tanpa inokulan, memperlihatkan kecenderungan yang meningkat Gambar 28. Nilai pH hingga akhir pengamatan berfluktuasi, namun masih berada dalam kondisi asam. Kisaran pH pada media dengan inokulan AS adalah 3,40– 4,3; CA sebesar 3,40–4,35; ACST sebesar 3,40–4,40; PV sebesar 3,40–4,38; PR adalah 3,40–4,06; serta K berkisar antara 3,40–4,13. Nilai rata-rata pH selama enam hari pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 16. Hari ke- 1 2 3 4 5 6 R a ta -r a ta T S S m g l 100 200 300 400 500 600 700 AS CA ACST PR PV K Hari ke- 1 2 3 4 5 6 R a ta - r a ta p H

3.2 3.4

3.6 3.8

4.0 4.2

4.4 4.6

CA ACST PR PV K AS Gambar 28. Nilai rata-rata pH pada limbah cair tahu Keterangan: AS: Abisidia spinosa Abisidia, CA: Cephalosphorium acremonium, ACST: Acremonium strictum , PR: Penicilium rugulosum, PV:Penicilium viridicatum , K: tanpa mikrofungi

4.1.2.7. Oksigen terlarut Dissolved oxygen

Kandungan oksigen pada media pada awal pengamtan terukur sebesar 0,20 mgl. Keberadaan oksigen terlarut untuk masing-masing perlakuan cenderung menurun, meskipun pada H1 memperlihatkan kenaikan bagi beberapa perlakuan Gambar 29. Kisaran oksigen terlarut untuk media dengan inokulan AS, CA, dan PR adalah 0,20–0,09 mgl, ACST sebesar 0,20–0,11 mgl, sedangkan K sebesar 0,20–0,12 mgl. Nilai rata-rata oksigen terlarut secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 16 .

4.1.2.8. Suhu

Suhu media yang terukur selama penelitian berlangsung berkisar antara 27,83–30 o C. Nilai suhu pada media dengan inokulan dan tanpa inokulan menunjukkan penurunan pada H1. Nilai rata-rata suhu pada masing-masing perlakuan selama pengamatan dapat dilihat pada Tabel 5. Gambar 28. Nilai rata-rata oksigen terlarut mgl pada limbah cair tahu pada tiap perlakuan fungi Keterangan: AS: Abisidia spinosa, CA: Cephalosphorium acremonium, ACST: Acremonium strictum, PR: Peniclilium rugulosum , PV:Penicillium viridicatum, K: tanpa mikrofungi Tabel 5. Nilai rata-rata suhu pada limbah cair tahu pada tiap perlakuan fungi Keterangan: AS: Abisidia spinosa, CA: Cephalosphorium acremonium, ACST: Acremonium strictum, PR: Penicillium rugulosum, PV: Penicillium viridicatum , K: tanpa mikrofungi Hari ke Suhu o C AS CA ACST PR PV K 0 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 1 28,03 28,13 28,10 28,10 28,10 28,07 2 28,27 28,33 28,40 28,73 28,63 28,73 3 28,43 28,33 28,07 28,03 28,60 28,67 4 28,87 28,73 28,73 28,23 28,37 28,67 5 27,73 27,83 28,17 28,23 27,97 28,60 6 28,37 28,33 28,43 28,63 28,70 28,37 Hari ke- 1 2 3 4 5 6 R a ta - r a ta o k s ig e n t e rl a ru t m g l

0.05 0.10

0.15 0.20

0.25 0.30

0.35 CA ACST PR PV K AS