ataupun tidak, ternyata ditumbuhi oleh mikrofungi jenis lain MX dan munculnya suatu lapisan seperti lapisan minyak LM. Keberadaan mikroorganisme
kontaminan pada limbah cair tahu dapat dilihat pada Gambar 13. Berdasarkan hasil identifikasi, mikrofungi jenis lain yang tumbuh pada media adalah
Aspergillus sp., dan lapisan keruh yang menyerupai minyak tersebut adalah
bakteri. Grafik pertumbuhan mikroorganisme yang terjadi pada limbah cair tahu tersebut dapat dilihat pada Gambar 14, dengan nilai rata-rata dari persen
penutupan yang dapat dilihat pada Lampiran 10.
Gambar 13. Keberadaan mikroorganisme kontaminan pada media
MX: Mikrofungi kontaminan; LM: Lapisan minyak Mikrofungi jenis Abisidia spinosa AS, ternyata tidak memperlihatkan
penambahan persen penutupan. Abisidia spinosa hingga hari kesatu H1 masih terdapat di permukaan media, namun pada hari berikutnya H2 inokulan AS
mulai tenggelam. Inokulan mikrofungi dengan media agar yang tenggelam pada perlakuan tersebut diduga mengalami kematian. Disamping itu, penutupan di
bagian permukaan didominasi oleh LM dan MX. LM mendominasi pada hari keempat H4 sebesar 61,67, sedangkan persentase penutupan oleh mikrofungi
jenis lain MX adalah 22. Pada pengamatan hari kelima H5, persentase penutupan tidak didominasi oleh lapisan minyak, melainkan oleh MX sebesar
53,33; sementara LM sebesar 33,33. Pada hari terakhir pengamatan H6, baik LM maupun MX mengalami penurunan.
Hari ke-
1 2
3 4
5 6
P e
rs e
n ta
se p
e n
u tu
p a
n
20 40
60 80
100
Hari ke-
1 2
3 4
5 6
P e
rs e
n ta
se p
e n
u tu
p a
n
20 40
60 80
100
AS CA
Hari ke-
1 2
3 4
5 6
P e
rs e
n ta
se p
e n
u tu
p a
n
20 40
60 80
100
Hari ke-
1 2
3 4
5 6
P e
rs e
n ta
se p
e n
u tu
p a
n
20 40
60 80
100
ACST PR
Hari ke-
1 2
3 4
5 6
P e
rs e
n ta
se p
e n
u tu
p a
n
20 40
60 80
100
Hari ke-
1 2
3 4
5 6
P e
rs e
n ta
se p
e n
u tu
p a
n
20 40
60 80
100
PV K
AS CA
ACST PR
PV MX
LM
Gambar 14. Persentase penutupan mikroorganisme pada limbah cair tahu pada tiap jenis mikrofungi
Keterangan: AS: Abisidia spinosa, CA: Cephalosphorium acremonium,
ACST: Acremonium strictum, PR: Penicillium rugulosum
, PV:Penicillium viridicatum, K: tanpa mikrofungi
Selain AS, inokulan mikrofungi jenis lainnya ternyata dapat memperlihatkan penambahan persen penutupan pada media limbah cair tahu,
meskipun pertumbuhan dari berbagai jenis isolat tersebut dicapai dalam waktu yang berbeda-beda. Inokulan jenis Cephalosphorium acremonium CA
mengalami penambahan persentase penutupan pada hari ke-5 H5 sebesar 10. Pertumbuhan LM didapatkan mulai H1, sementara MX mulai tumbuh pada H2,
masing-masing dengan persentase penutupan sekitar 0,1 dan 22,17. Persentase penutupan LM mencapai maksimal pada H3 sedangkan MX pada H4. Persen
penutupan dari LM dan MX mengalami penurunan ketika CA mengalami pertambahan persen penutupan. Kondisi yang berkebalikan terjadi pada hari
terakhir pengamatan, CA mengalami penurunan menjadi 7,71, sedangkan LM serta MX kembali meningkat sebesar 1,67 dan 31,67.
ACST mengalami pertumbuhan pada H2 dengan persentase penutupan 10.71, yang disertai dengan pertumbuhan LM sebesar 3,33. Persentase
penutupan ACST maupun LM bertambah pada H3, dan mulai muncul MX sebesar 0,5. Pertumbuhan ACST pada H4 tidak mengalami perubahan, dan terus
menurun hingga H6 menjadi 9,38. Keadaan ini diikuti dengan fluktuasi pertumbuhan LM dan MX, dengan hubungan yang selalu terbalik. Hal ini dapat
dilihat pada H4 dan H6. Ketika LM mengalami penurunan, MX mengalami peningkatan. Kondisi yang sebaliknya terjadi pada H5; ketika LM mengalami
penurunan persen pentupan, MX mengalami pertambahan persen penutupan. Berbeda dari AS, CA, dan ACST, kenaikan pertumbuhan untuk jenis PR
dan PV dicapai mulai dari H0 hingga H2. Hari berikutnya H3 persen penutupan menurun drastis menjadi 0 yang disertai munculnya MX dan LM. Penurunan
pertumbuhan PR dan PV berlangsung hingga hari terakhir pengamatan H6, sedangkan MX dan LM mengalami fluktuasi setiap harinya.
Pertumbuhan MX dan LM tidak hanya terdapat pada perlakuan media yang diberi inokulan mikrofungi, namun terdapat pula pada kontrol. Limbah cair
tahu tersebut ditumbuhi MX pada H1 sebesar 1, dan terus meningkat pada hari berikutnya H2 menjadi 25. Pada saat ini pula, LM mulai muncul dengan
persentase penutupan sebesar 0,17. Di saat H3 MX mengalami penurunan
Hari ke-
1 2
3 4
5 6
P e
rt u
m b
u h
a n
L o
g x
+ 1
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0
AS CA
ACST PR
PV
20, ternyata LM mengalami peningkatan 0,67. Kondisi fluktuatif ini terus terjadi hingga H6.
b. Fase pertumbuhan mikrofungi Persentase penutupan mikrofungi uji bila digambarkan dalam bentuk
kurva, maka akan terlihat bahwa masing-masing jenis mikrofungi mencapai fase- fase tertentu pada pertumbuhan dalam waktu yang berbeda-beda. Pertumbuhan
mikrofungi uji pada media ada yang mengalami pertumbuhan secara cepat, lambat, bahkan tidak mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan mikrofungi pada
media dicirikan dengan adanya fase akselarasi yang dilanjutkan dengan fase log. Kurva pertumbuhan mikrofungi uji dapat dilihat dibawah ini Gambar 15.
Gambar 15. Kurva pertumbuhan mikrofungi pada limbah cair tahu Keterangan: AS: Abisidia spinosa, CA:Cephalosphorium
acremonium, ACST: Acremonium strictum, PR: Penicillium
rugulosum , PV:Penicillium viridicatum, K: tanpa
mikrofungi Terlihat pada kurva bahwa mikrofungi yang tidak mengalami
pertumbuhan yaitu AS, pada hari kesatu mengalami fase lag yang dilanjutkan dengan fase kematian pada hari berikutnya. Mikrofungi jenis ACST
memperlihatkan terjadinya fase akselerasi setelah hari kesatu, kemudian dilanjutkan dengan fase log, dan setelah hari keempat baru terjadi fase penurunan.
Mikrofungi jenis CA menunjukkan pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan ACST. Fase lag pada CA berlangsung hingga hari keempat, kemudian pada hari
kelima baru terjadi fase akselarasi yang dilanjutkan dengan fase log. Selain ACST dan CA, mikrofungi uji yang mengalami pertumbuhan
adalah PR dan PV. Namun PR dan PV mencapai fase akselerasi dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan ACST dan CA. PR pada hari kesatu mengalami
fase akselarasi, dan pada hari kedua fase log telah dicapai. Mikrofungi jenis PV ternyata memulai fase log dalam waktu lebih cepat yaitu pada hari kesatu, dan
fase penurunan pun dicapai dalam waktu yang lebih cepat yaitu pada hari kedua pengamatan.
4.1.2.3. N organik
Indikator menurunnya bahan organik, selain diketahui dari nilai COD dapat juga dilihat melalui nilai N organik. Konsentrasi N organik pada awal
pengamatan terukur sebesar 53,67 mgl, dan nilai rata-rata N organik selama pengamatan serta persentase penurunannya dapat dilihat pada Lampiran 11.
Perubahan konsentrasi N organik antarwaktu pada masing-masing media limbah cair tahu dengan inokulan mikrofungi dan tanpa inokulan mikrofungi adalah
sebagai berikut.
A. Konsentrasi N organik pada media dengan mikrofungi Abisidia spinosa AS
Rata-rata konsentrasi N organik antarwaktu pada media dengan mikrofungi jenis AS berbeda nyata p 0,05 Lampiran 12. Konsentrasi N
organik pada media dengan inokulan AS berkisar 16,66-72,5 mgl, dengan konsentrasi terendah terjadi pada H5 dan tertinggi pada H1 Gambar 16.
B. Konsentrasi N organik pada media dengan inokulan Cephalosphorium acremonium CA
Pada media dengan mikrofungi jenis CA, rata-rata konsentrasi N organik antarwaktu menunjukkan perbedaan yang nyata p 0,05 Lampiran12. Rata-
rata konsentrasi N organik pada media dengan inokulan CA berkisar antara 20,63 – 122,51 mgl, dengan konsentrasi terendah terjadi pada H5 dan tertinggi pada H1
Gambar 17.
Hari ke-
1 2
3 4
5 6
R a
ta -r
a ta
N o
rg a
n ik
m g
l
20 40
60 80
100 120
140
Gambar 16. Rata-rata konsentrasi N organik pada limbah cair tahu dengan mikrofungi Abisidia spinosa
Gambar 17. Rata-rata konsentrasi N organik pada limbah cair tahu dengan mikrofungi Cephalosphorium acremonium
C. Konsentrasi N organik pada media dengan inokulan Acremonium strictum ACST
Rata-rata konsentrasi N organik pada media dengan inokulan ACST berkisar 9,07-53,67 mgl, dengan konsentrasi terendah terjadi pada H4 dan
tertinggi pada H0 Gambar 18. Pada media dengan mikrofungi jenis ACST, rata- rata konsentrasi N organik antarwaktu menunjukkan perbedaan yang nyata
p 0,05 Lampiran 12.
D. Konsentrasi N organik pada media dengan inokulan Penicillium rugulosum PR
Konsentrasi N organik tertinggi pada media dengan inokulan PR tertinggi
Hari ke-
1 2
3 4
5 6
R a
ta -r
a ta
N o
rg a
n ik
m g
l
20 40
60 80
100 120
140
Hari ke-
1 2
3 4
5 6
R a
ta -r
a ta
N o
rg a
n ik
m g
l
20 40
60 80
100 120
140
Hari ke-
1 2
3 4
5 6
R a
ta -r
a ta
N o
rg a
n ik
m g
l
20 40
60 80
100 120
140
terjadi pada pada H0, yaitu 41,01 mgl, sedangkan konsentrasi N organik terendah terjadi pada H4, yaitu 9,26 mgl Gambar 19. Pada media dengan mikrofungi
jenis PR, rata-rata konsentrasi N organik antarwaktu menunjukkan perbedaan yang nyata p 0,05 Lampiran 12.
Gambar 18. Rata-rata konsentrasi N organik pada limbah cair tahu dengan mikrofungi Acremonium strictum
Gambar 19. Konsentrasi N organik pada limbah cair tahu dengan mikrofungi Penicillium rugulosum
E. Konsentrasi N organik pada media dengan inokulan mikrofungi Penicillium viridicatum
Rata-rata konsentrasi N organik antarwaktu pada media dengan mikrofungi jenis PV pun menunjukkan perberbedaan yang nyata p 0,05
Lampiran 12. Konsentrasi N organik pada media dengan inokulan PV memiliki
Hari ke-
1 2
3 4
5 6
R a
ta -r
a ta
N o
rg a
n ik
m g
l
20 40
60 80
100 120
140
kisaran antara 13,94-53,67 mgl, dengan konsentrasi terendah terjadi pada H4 dan tertinggi pada H0 Gambar 20.
Gambar 20. Konsentrasi N organik pada limbah cair tahu dengan mikrofungi Penicillium viridicatum
F. Konsentrasi N organik pada media tanpa inokulan mikrofungi kontrol
Secara temporal konsentrasi N organik pada kontrol sama halnya dengan konsentrasi N organik pada media dengan inokulan mikrofungi, yaitu berbeda
nyata p 0,05 Lampiran 12. Kisaran rata-rata konsentrasi N organik pada media tanpa inokulan mikrofungi yaitu 15,89-90,58 mgl. Konsentrasi tertinggi
terjadi pada pada H2; sedangkan konsentrasi COD terendah terjadi pada H4
Gambar 21.
Gambar 21. Konsentrasi N organik pada limbah cair tahu tanpa mikrofungi
Hari ke-
1 2
3 4
5 6
R a
ta -r
a ta
N o
rg a
n ik
m g
l
20 40
60 80
100 120
140
G. Perbandingan kemampuan antar jenis mikrofungi dalam menurunkan
konsentrasi N organik
Profil plot grafik rata-rata N organik menunjukkan pola yang serupa dengan COD Gambar 22. Inokulan ACST, PR, dan PV mampu menurunkan
konsentrasi N organik pada H1, sebesar 23,34; 23,59; 47,03. Nilai N organik hingga H2 masih tetap mengalami penurunan, dan penurunan terbesar terdapat
pada media dengan perlakuan PR yaitu sebesar; 81,60. Namun pada hari berikutnya H3, keberadaan bahan organik pada limbah tahu yang diberi inokulan
tersebut cenderung menaik, dan mengalami fluktuasi hingga akhir pengamatan. konsentrasi N organik bagi perlakuan ACST, PR, dan PV mulai dari H3 hingga
H6 berkisar antara 9,07 – 44,20 mgl.
Hari ke-
1 2
3 4
5 6
R a
ta -
r a
ta N
o rg
a n
ik m
g l
20 40
60 80
100 120
140
CA ACST
PR PV
K AS
Gambar 22. Rata-rata konsentrasi N organik mgl pada limbah cair tahu pada tiap perlakuan fungi
Keterangan: AS: Abisidia spinosa, CA: Cephalosphorium acremonium,
ACST: Acremonium strictum, PR: Penicillium rugulosum
, PV:Penicillium viridicatum, K: tanpa mikrofungi
Media dengan inokulan AS, CA, dan K pada H1 menunjukkan peningkatan konsentrasi N organik. Penurunan mulai terjadi pada H2 untuk
perlakuan AS dan CA, sedangkan K mulai menurun pada H3. Penurunan N organik dengan perlakuan AS hanya berlangsung hingga H3 saja, yaitu 30,70.
Pada hari selanjutnya berfluktuasi dengan kisaran nilai 16,66–74,67 mgl. Nilai N
organik dengan perlakuan CA turun hingga H5, dengan penurunan sebesar 61,56. Sementara perlakuan tanpa inokulan K menurun secara gradual hingga
H4 dengan persen penurunan 70,39. Media dengan inokulan CA maupun K mengalami kenaikan konsentrasi N organik pada hari berikutnya, dengan nilai
yang berkisar antara 18,00-39,54 mgl. Hasil analisis statistik Lampiran 13 menunjukkan bahwa perbedaan
waktu, jenis-jenis mikrofungi, serta interaksinya mempengaruhi kandungan bahan oganik pada limbah tahu p 0,05. Hal ini ditunjukkan melalui nilai rata-rata
konsentrasi N organik yang berbeda. Untuk menentukan jenis mikrofungi yang berbeda nyata dalam memberikan pengaruh terhadap penurunan konsentrasi N
organik, dilakukan uji lanjut menggunakan uji Tukey. Hasil analisis lanjut terhadap penurunan konsentrasi N organik oleh perlakuan mikrofungi jenis
ACST, PR, dan PV berbeda dari perlakuan mikrofungi jenis AS, CA, dan kontrol.
4.1.2.4. N anorganik
Bentuk N anorganik yang dianalisis adalah Ammonia NH
3
, Nitrit NO
2
, dan Nitrat NO
3
. Nilai rata-rata N anorganik pada masing-masing perlakuan selama pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 14. Konsentrasi N anorganik
pada limbah cair tahu, baik dengan pemberian inokulan mikrofungi maupun tanpa inokulan mikrofungi mengalami fluktuasi selama pengamatan.
Konsentrasi ammonia tertinggi terdapat pada kontrol, sebesar 10,69 mgl yang terjadi pada H1 dan konsentrasi terendah terdapat pada H4 pada perlakuan
PR yaitu 0,53 mgl. Rata-rata konsentrasi ammonia selama pengamatan dapat dilhat pada Gambar 23.
Sama halnya dengan konsentrasi ammonia, konsentrasi nitrat tertinggi terdapat pada perlakuan K yang terjadi pada H1 Gambar 24. Kisaran nilai rata-
rata konsentrasi nitrat untuk semua perlakuan adalah 0,12-7,10 mgl.
Hari ke-
1 2
3 4
5 6
R a
ta -r
a ta
A m
m o
n ia
m g
l
2 4
6 8
10 12
CA ACST
PR PV
K AS
Gambar 23. Rata-rata konsentrasi ammonia mgl pada limbah cair tahu pada tiap perlakuan fungi
Keterangan: AS: Abisidia spinosa Abisidia, CA: Cephalosphorium acremonium,
ACST: Acremonium strictum, PR: Penicilium rugulosum
, PV:Penicilium viridicatum, K: tanpa mikrofungi
Hari ke-
1 2
3 4
5 6
R a
ta -r
a ta
N it
ra t
m g
l
2 4
6 8
CA ACST
PR PV
K AS
Gambar 24. Rata-rata konsentrasi nitrat mgl pada limbah cair tahu pada tiap perlakuan fungi
Keterangan: AS: Abisidia spinosa, CA: Cephalosphorium acremonium,
ACST: Acremonium strictum, PR: Penicillium rugulosum
, PV:Penicillium viridicatum, K: tanpa mikrofungi
Hari ke- 1
2 3
4 5
6 R
a ta-rata
Nitrit m gl
0.0 0.2
0.4 0.6
0.8 1.0
1.2
CA ACST
PR PV
K AS
Nilai rata-rata konsentrasi nitrit pada limbah cair tahu selama pengamatan, berkisar antara 0,01–0,98 mgl. Konsentrasi nitrit tertinggi terdapat pada
perlakuan ACST pada H1, dan konsentrasi terendah dicapai pada H2 oleh perlakuan ACST serta PR Gambar 25.
Gambar 25. Rata-rata konsentrasi nitrit mgl pada limbah cair tahu pada tiap perlakuan fungi
Keterangan: AS: Abisidia spinosa, CA: Cephalosphorium acremonium,
ACST: Acremonium strictum, PR: Penicillium rugulosum
, PV:Penicillium viridicatum, K: tanpa mikrofungi
4.1.2.5. TDS dan TSS
Kekeruhan yang disebabkan oleh padatan terlarut pada limbah tahu, pada awal pengamatan H0 terukur sebesar 728,50 mgl. Fluktuasi nilai TDS pada
media selama pengamatan dapat dilihat pada Gambar 26. Grafik TDS memperlihatkan adanya penurunan kekeruhan pada media
dengan perlakuan ACST, PR, dan PV setelah 24 jam H1. Penurunan kandungan padatan terlarut terus menurun hingga H2, dengan penurunan sebesar 71,86;
71.45; 83,93. Mulai H3 hingga H6, nilai TDS mengalami fluktuasi dengan rentang nilai yang tidak melebihi nilai pada saat H0, yaitu 102,10–615,67 mgl.
Media dengan inokulan AS, CA, dan media tanpa inokulan memperlihatkan kenaikan nilai TDS setelah H0. Penurunan TDS terjadi pada H2
bagi perlakuan AS dan CA, serta pada H3 bagi perlakuan K. Nilai TDS pada
Hari ke-
1 2
3 4
5 6
R a
ta -r
a ta
T D
S m
g l
200 400
600 800
1000 1200
AS CA
ACST PR
PV K
perlakuan AS mengalami fluktuasi, dan mencapai penurunan terbesar pada H4 yaitu sebesar 82,36. Perlakuan CA mengalami penurunan secara gradual hingga
H5, yaitu 71,86. Media tanpa inokulan K menunjukkan penurunan hingga H4, sebesar 78,04. Secara umum nilai rata-rata TDS bagi perlakuan AS, CA, serta
K adalah 160–1081,50 mgl. Rata-rata konsentrasi dan persentase penurunan kekeruhan bagi semua perlakuan yang disebabkan padatan terlarut dapat dilihat
pada Lampiran 15.
Gambar 26. Rata-rata konsentrasi TDS mgl pada limbah cair tahu pada tiap perlakuan fungi
Keterangan: AS: Abisidia spinosa, CA: Cephalosphorium acremonium,
ACST: Acremonium strictum, PR: Penicillium rugulosum
, PV:Penicillium viridicatum, K: tanpa mikrofungi Kekeruhan selain terukur melalui TDS, dapat juga terlihat melaui nilai
TSS atau padatan yang tersuspensi pada media. Nilai awal TSS pada limbah cair tahu adalah 122 mgl. Pengukuran padatan yang tersuspensi pada semua
perlakuan ternyata mengalami peningkatan pada H1, dan berfluktuasi selama pengamatan. Rata-rata konsentrasi TSS beserta persentase penurunannya dapat
dilihat pada Lampiran 15. Penurunan tertinggi dicapai oleh perlakuan PV pada hari ketiga H3 sebesar 18,03, dengan nilai 100 mgl. Perubahan padatan
tersuspensi pada media selama awal hingga akhir pengamatan dapat dilihat pada Gambar 27.
Gambar 27. Rata-rata konsentrasi TSS mgl pada limbah cair tahu pada tiap perlakuan fungi
Keterangan: AS: Abisidia spinosa, CA: Cephalosphorium acremonium,
ACST: Acremonium strictum, PR: Penicillium rugulosum
, PV:Penicillium viridicatum, K: tanpa mikrofungi
4.1.2.6. pH
Nilai pH limbah cair tahu dengan berbagai perlakuan pada awal pengamatan H0 adalah 3,40. Nilai pH pada hari berikutnya H1 untuk semua
media, baik dengan inokulan mikrofungi maupun tanpa inokulan, memperlihatkan kecenderungan yang meningkat Gambar 28.
Nilai pH hingga akhir pengamatan berfluktuasi, namun masih berada dalam kondisi asam. Kisaran pH pada media dengan inokulan AS adalah 3,40–
4,3; CA sebesar 3,40–4,35; ACST sebesar 3,40–4,40; PV sebesar 3,40–4,38; PR adalah 3,40–4,06; serta K berkisar antara 3,40–4,13. Nilai rata-rata pH selama
enam hari pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 16.
Hari ke- 1
2 3
4 5
6 R
a ta
-r a
ta T
S S
m g
l
100 200
300 400
500 600
700
AS CA
ACST PR
PV K
Hari ke-
1 2
3 4
5 6
R a
ta -
r a
ta p
H
3.2 3.4
3.6 3.8
4.0 4.2
4.4 4.6
CA ACST
PR PV
K AS
Gambar 28. Nilai rata-rata pH pada limbah cair tahu Keterangan: AS: Abisidia spinosa Abisidia, CA:
Cephalosphorium acremonium, ACST: Acremonium
strictum , PR: Penicilium rugulosum, PV:Penicilium
viridicatum , K: tanpa mikrofungi
4.1.2.7. Oksigen terlarut Dissolved oxygen
Kandungan oksigen pada media pada awal pengamtan terukur sebesar 0,20 mgl. Keberadaan oksigen terlarut untuk masing-masing perlakuan cenderung
menurun, meskipun pada H1 memperlihatkan kenaikan bagi beberapa perlakuan Gambar 29.
Kisaran oksigen terlarut untuk media dengan inokulan AS, CA, dan PR adalah 0,20–0,09 mgl, ACST sebesar 0,20–0,11 mgl, sedangkan K sebesar
0,20–0,12 mgl. Nilai rata-rata oksigen terlarut secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 16 .
4.1.2.8. Suhu
Suhu media yang terukur selama penelitian berlangsung berkisar antara 27,83–30
o
C. Nilai suhu pada media dengan inokulan dan tanpa inokulan menunjukkan penurunan pada H1. Nilai rata-rata suhu pada masing-masing
perlakuan selama pengamatan dapat dilihat pada Tabel 5.
Gambar 28. Nilai rata-rata oksigen terlarut mgl pada limbah cair tahu pada tiap perlakuan fungi
Keterangan: AS: Abisidia spinosa, CA: Cephalosphorium acremonium,
ACST: Acremonium strictum, PR: Peniclilium rugulosum
, PV:Penicillium viridicatum, K: tanpa mikrofungi
Tabel 5. Nilai rata-rata suhu pada limbah cair tahu pada tiap perlakuan fungi
Keterangan: AS: Abisidia spinosa, CA: Cephalosphorium acremonium, ACST: Acremonium strictum, PR: Penicillium rugulosum, PV: Penicillium
viridicatum
, K: tanpa mikrofungi Hari
ke Suhu
o
C AS CA
ACST PR PV K
0 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00
1 28,03 28,13 28,10 28,10 28,10 28,07
2 28,27 28,33 28,40 28,73 28,63 28,73 3 28,43 28,33 28,07 28,03 28,60 28,67
4 28,87 28,73 28,73 28,23 28,37 28,67 5 27,73 27,83 28,17 28,23 27,97 28,60
6 28,37 28,33 28,43 28,63 28,70 28,37
Hari ke- 1
2 3
4 5
6 R
a ta
- r
a ta
o k
s ig
e n
t e
rl a
ru t
m g
l
0.05 0.10
0.15 0.20
0.25 0.30
0.35
CA ACST
PR PV
K AS