Gambar 28. Nilai rata-rata oksigen terlarut mgl pada limbah cair tahu pada tiap perlakuan fungi
Keterangan: AS: Abisidia spinosa, CA: Cephalosphorium acremonium,
ACST: Acremonium strictum, PR: Peniclilium rugulosum
, PV:Penicillium viridicatum, K: tanpa mikrofungi
Tabel 5. Nilai rata-rata suhu pada limbah cair tahu pada tiap perlakuan fungi
Keterangan: AS: Abisidia spinosa, CA: Cephalosphorium acremonium, ACST: Acremonium strictum, PR: Penicillium rugulosum, PV: Penicillium
viridicatum
, K: tanpa mikrofungi Hari
ke Suhu
o
C AS CA
ACST PR PV K
0 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00
1 28,03 28,13 28,10 28,10 28,10 28,07
2 28,27 28,33 28,40 28,73 28,63 28,73 3 28,43 28,33 28,07 28,03 28,60 28,67
4 28,87 28,73 28,73 28,23 28,37 28,67 5 27,73 27,83 28,17 28,23 27,97 28,60
6 28,37 28,33 28,43 28,63 28,70 28,37
Hari ke- 1
2 3
4 5
6 R
a ta
- r
a ta
o k
s ig
e n
t e
rl a
ru t
m g
l
0.05 0.10
0.15 0.20
0.25 0.30
0.35
CA ACST
PR PV
K AS
4.2. Pembahasan 4.2.1. Hubungan antara keberadaan bahan organik dengan persen
penutupan mikrofungi.
Keberadaan bahan organik pada limbah cair tahu yang terukur melalui COD maupun N organik, diduga memiliki hubungan yang erat dengan tumbuhnya
mikroorganisme pada media yang terukur melalui persen penutupan. Ilustrasi keterkaitan antara keberadaan bahan organik dengan persen penutupan oleh
mikroorganisme dapat dilihat pada grafik hubungan COD dan persen penutupan mikrofungi Gambar 30, serta grafik hubungan N organik dan persen penutupan
mikrofungi Gambar 31. Mikrofungi yang mampu tumbuh pada limbah tahu memperlihatkan
pertambahan persentase penutupan, yang diikuti dengan penurunan konsentrasi bahan organik. Keadaan ini dapat kita temukan terutama pada media yang diberi
perlakuan PR dan PV. Hal tersebut menunjukkan bahwa mikrofungi memanfaatkan bahan organik yang ada pada limbah cair tahu untuk
pertumbuhannya. Selain PR dan PV yang mampu menurunkan konsentrasi N organik dalam
waktu cepat, ada juga jenis mikrofungi yang dapat menurunkan bahan organik dan digunakan untuk pertumbuhannya, yaitu ACST. Namun pada saat persen
penutupan ACST bertambah, tumbuh juga bakteri LM pada media tersebut. Keberadaan bakteri dikhawatirkan turut berkontribusi dalam penurunan
kandungan bahan organik. Sebaliknya, keberadaan mikroorganisme lain juga dapat meningkatkan konsentrasi bahan organik, terutama saat pengukuran. Hal
ini terlihat dari hasil pengukuran pada waktu-waktu tertentu yang menunjukkan bahwa pertambahan persentase penutupan tidak selalu disertai dengan
menurunnya konsentrasi bahan organik.
Hari ke-
1 2
3 4
5 6
P e
rs e
n ta
se P
e n
u tu
p a
n
20 40
60 80
100
C O
D m
g l
2000 4000
6000 8000
10000
Hari ke-
1 2
3 4
5 6
P e
rs e
n ta
se P
e n
u tu
p a
n
20 40
60 80
100
C O
D m
g l
2000 4000
6000 8000
10000
AS CA
Hari ke-
1 2
3 4
5 6
P e
rs e
n ta
se P
e n
u tu
p a
n
20 40
60 80
100
C O
D m
g l
2000 4000
6000 8000
10000
Hari ke-
1 2
3 4
5 6
P e
rs e
n ta
se P
e n
u tu
p a
n
20 40
60 80
100
C O
D m
g l
2000 4000
6000 8000
10000
ACST PR
Hari ke-
1 2
3 4
5 6
P e
rs e
n ta
se P
e n
u tu
p a
n
20 40
60 80
100
C O
D m
g l
2000 4000
6000 8000
10000
Hari ke-
1 2
3 4
5 6
P e
rs e
n ta
se P
e n
u tu
p a
n
20 40
60 80
100
C O
D m
g l
2000 4000
6000 8000
10000
PV K
AS MX
LM N Organik
ACST CA
PR PV
Gambar 30. Konsentrasi COD limbah dan persentase penutupan tiap jenis mikrofungi
Keterangan: AS: Abisidia spinosa, CA: Cephalosphorium acremonium,
ACST: Acremonium strictum, PR: Penicillium rugulosum
, PV:Penicilium viridicatum, K: tanpa mikrofungi