3.4 3.8 4.6 Biodiversitas dan Peran Mikrofungsi Isolat Telaga Warna dalam Mendekomposisi Bahan Organik pada Limbah cair Tahu

Gambar 28. Nilai rata-rata oksigen terlarut mgl pada limbah cair tahu pada tiap perlakuan fungi Keterangan: AS: Abisidia spinosa, CA: Cephalosphorium acremonium, ACST: Acremonium strictum, PR: Peniclilium rugulosum , PV:Penicillium viridicatum, K: tanpa mikrofungi Tabel 5. Nilai rata-rata suhu pada limbah cair tahu pada tiap perlakuan fungi Keterangan: AS: Abisidia spinosa, CA: Cephalosphorium acremonium, ACST: Acremonium strictum, PR: Penicillium rugulosum, PV: Penicillium viridicatum , K: tanpa mikrofungi Hari ke Suhu o C AS CA ACST PR PV K 0 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 1 28,03 28,13 28,10 28,10 28,10 28,07 2 28,27 28,33 28,40 28,73 28,63 28,73 3 28,43 28,33 28,07 28,03 28,60 28,67 4 28,87 28,73 28,73 28,23 28,37 28,67 5 27,73 27,83 28,17 28,23 27,97 28,60 6 28,37 28,33 28,43 28,63 28,70 28,37 Hari ke- 1 2 3 4 5 6 R a ta - r a ta o k s ig e n t e rl a ru t m g l

0.05 0.10

0.15 0.20

0.25 0.30

0.35 CA ACST PR PV K AS 4.2. Pembahasan 4.2.1. Hubungan antara keberadaan bahan organik dengan persen penutupan mikrofungi. Keberadaan bahan organik pada limbah cair tahu yang terukur melalui COD maupun N organik, diduga memiliki hubungan yang erat dengan tumbuhnya mikroorganisme pada media yang terukur melalui persen penutupan. Ilustrasi keterkaitan antara keberadaan bahan organik dengan persen penutupan oleh mikroorganisme dapat dilihat pada grafik hubungan COD dan persen penutupan mikrofungi Gambar 30, serta grafik hubungan N organik dan persen penutupan mikrofungi Gambar 31. Mikrofungi yang mampu tumbuh pada limbah tahu memperlihatkan pertambahan persentase penutupan, yang diikuti dengan penurunan konsentrasi bahan organik. Keadaan ini dapat kita temukan terutama pada media yang diberi perlakuan PR dan PV. Hal tersebut menunjukkan bahwa mikrofungi memanfaatkan bahan organik yang ada pada limbah cair tahu untuk pertumbuhannya. Selain PR dan PV yang mampu menurunkan konsentrasi N organik dalam waktu cepat, ada juga jenis mikrofungi yang dapat menurunkan bahan organik dan digunakan untuk pertumbuhannya, yaitu ACST. Namun pada saat persen penutupan ACST bertambah, tumbuh juga bakteri LM pada media tersebut. Keberadaan bakteri dikhawatirkan turut berkontribusi dalam penurunan kandungan bahan organik. Sebaliknya, keberadaan mikroorganisme lain juga dapat meningkatkan konsentrasi bahan organik, terutama saat pengukuran. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran pada waktu-waktu tertentu yang menunjukkan bahwa pertambahan persentase penutupan tidak selalu disertai dengan menurunnya konsentrasi bahan organik. Hari ke- 1 2 3 4 5 6 P e rs e n ta se P e n u tu p a n 20 40 60 80 100 C O D m g l 2000 4000 6000 8000 10000 Hari ke- 1 2 3 4 5 6 P e rs e n ta se P e n u tu p a n 20 40 60 80 100 C O D m g l 2000 4000 6000 8000 10000 AS CA Hari ke- 1 2 3 4 5 6 P e rs e n ta se P e n u tu p a n 20 40 60 80 100 C O D m g l 2000 4000 6000 8000 10000 Hari ke- 1 2 3 4 5 6 P e rs e n ta se P e n u tu p a n 20 40 60 80 100 C O D m g l 2000 4000 6000 8000 10000 ACST PR Hari ke- 1 2 3 4 5 6 P e rs e n ta se P e n u tu p a n 20 40 60 80 100 C O D m g l 2000 4000 6000 8000 10000 Hari ke- 1 2 3 4 5 6 P e rs e n ta se P e n u tu p a n 20 40 60 80 100 C O D m g l 2000 4000 6000 8000 10000 PV K AS MX LM N Organik ACST CA PR PV Gambar 30. Konsentrasi COD limbah dan persentase penutupan tiap jenis mikrofungi Keterangan: AS: Abisidia spinosa, CA: Cephalosphorium acremonium, ACST: Acremonium strictum, PR: Penicillium rugulosum , PV:Penicilium viridicatum, K: tanpa mikrofungi