Tabel 2.1. Perbedaan Operasional antara BMT, Koperasi Syariah dan Koperasi Konvensional
Keterangan BMT
Koperasi SyariahKBMT
Koperasi Konvensional
Orientasi Laba dan sosial
Laba dan sosial Laba
Bentuk Usaha Kelompok
Swadaya Masyarakat
Koperasi Koperasi
Landasan operasional Syariah Islam Syariah
Islam dan
perundang-undangan Peraturan
perundang- undangan
Operasional pembiayaan
Bagi Hasil Bagi laba-rugi Profit
and loss sharing Menetapkan
jasa pinjaman
pada anggota
dengan sistem
persentase dari pokok pinjaman
Sumber laba Sistem bagi hasilmark
upsewa Laba dari pengelolaan
dana anggota dengan sistem bagi hasilmark
upsewa dalam bentuk SHU
Sisa Hasil Usaha SHU
Pelayanan Proaktif
ke lapang
denُan “sistem jemput bola”
Proaktif ke lapang dengan
“sistem jemput bola”
Pasif sebatas
di tempat kantor
Pendekatan Menekankan
pada sosial keagamaan
Menekankan pada
keagamaan, kelayakan usaha, jaminan tokoh
masyarakat, kepercayaan pribadi,
dan
ungkapan kesederhanaan
Menekankan pada
syarat-syarat perkoperasian
Permodalan Tabungan dan Dana
ZIS Simpanan
Pokok,Simpanan Wajib,Simpanan
Sukarela,dan ZIS Simpanan
Pokok,Simpanan Wajib,Simpanan
Sukarela
Anggota Dibedakan atas anggota
pendiri dan anggota biasa
Tidak membedakkan status anggota
Tidak membedakan status keanggotaan
Sumber: Sutojo et al dalam Hidayat 2004
2.1.3. Produk Pembiayaan Syariah
Produk pembiayaan syariah secara umum dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu 1 produk penyaluran, 2 produk penghimpun dana ,3 produk jasa;
Islam mendorong praktek bagi hasil serta mengharamkan riba dalam produk pembiayaannya. Bunga dan sistem bagi hasil sama-sama memberi
keuntungan bagi pemilik dana, namun keduanya mempunyai perbedaan yang sangat nyata. Perbedaan antara bunga dan bagi hasil itu dapat dijelaskan dalam
tabel 2.2. berikut. Tabel 2.2. Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil
BUNGA BAGI HASIL
Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu
untung. Penentuan besarnya rasionisbah bagi
hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung
rugi.
Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah
uang modal
yang dipinjamkan.
Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada
jumlah keuntungan
yang diperoleh.
Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah
proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.
Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha
merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.
Jumlah pembayaran
bunga tidak
meningkat sekalipun
jumlah keuntungan
berlipat atau keadaan ekonomi sedanُ “boominُ”.
Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah
pendapatan.
Sumber : Hafidhuddin 2009
1.Produk penyaluran Dana
a. Akad bagi hasil
Musyarakah Transaksi ini dilandasi oleh adanya keinginan para pihak yang
berkerjasama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama- sama. Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan
dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek. Gambaran
ringkasnya adalah sebagai berikut :
Kontribusi Kontribusi
Keterangan : = Hubungan langsung
= Hubungan tidak langsung Sumber : Designing Sharia Contract Kospin Jasa Syariah 2010
Gambar 2.1. Skema Musyarakah Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal shahibul maal mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola
mudharib dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerjasama dengan kontribusi 100 persen modal shahibul maal dan
keahlian dari mudharib. Dalam mudharabah modal hanya berasal dari salah satu pihak, sedangkan dalam musyarakah modal berasal dari dua pihak atau lebih. Jika
obyek yang dinamakan mudharabah al muqayyadah. Gambarkan ringkasnya adalah sebagai berikut :
1. Negoisasi
2. Akad Musyarakah
Anggotacalon anggota
3. Negoisasi
4. Akad Musyarakah
Kospin Jasa Syariah Usahaproyek
Skillusaha Modal
Keterangan : = Hubungan langsung
= Hubungan tidak langsung Sumber : Designing Sharia Contract Kospin Jasa Syariah 2010
Gambar 2.2. Skema Mudharabah b.
Akad Jual Beli Murabahah
Yaitu kontrak jual-beli di mana koperasi bertindak sebagi penjual sementara anggota hanya sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli koperasi
ditambah keuntungan. Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad, sedangkan pembayaran dapat dilakukan secara cicilan bitsaman ajil.
UsahaProyek
Kospin Jasa Syariah
Anggotacalon anggota
Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan
MODAL 1.
Negoisasi 2.
Akad Mudhorobah
5.bayar
3.beli barang
Keterangan : = Hubungan langsung
Sumber : Designing Sharia Contract Kospin Jasa Syariah 2010
Gambar 2.3. Skema Ba’I Murabahah
Ba’As Salam Yaitu kontrak jual-beli di mana anggota bertindak sebagai penjual
sementara koperasi sebagai pembeli barang diserahkan oleh anggota secara tangguh, sedangkan pembayaran secara tunai oleh koperasi. Dalam transaksi ini
kuantitas, harga dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti. Transaksi ini biasanya diggunakan untuk produk pertanian dalam jangka waktu
yang singkat. Bai’ Al Istishna’
Produk istishna menyerupai produk salam, namun dalam istishna pembayarannya dapat dilakukan oleh koperasi dalam beberapa kali termin
pembayaran. Skim istishna dalam lembaga keuangan syariah bank dan koperasi umumnya diaplikasikan manufaktur dan konstruksi.
Ijarah dan Ijarah wa Iqtina Yaitu kontrak jual-beli di mana koperasi bertindak sebagai penjual jasa
sementara anggota sebagai pembeli. Diakhir masa kontrak koperasi dapat menawarkan anggota untuk membeli barang yang disewakan. Jika sewa
cicilannya sudah termasuk harga pokok barang disebut Ijarah wa iqtina.
Tokoprodusen Kospin Jasa Syariah
Anggotacalon anggota 1.
Negoisasi 2.
Akad Ba’I Murabahah
c. Qard Al Hasan Yaitu pinjaman dana koperasi kepada pihak yang layak untuk
mendapatkannya. Koperasi sama sekali dilarang untuk menerima manfaat apapun.
2. Produk Penghimpun Dana
Giro Wadiah Wadi’aِ amanaِ, prinsipnya ِarta titipan tidak boleِ dimanَaatkan oleِ
yanُ dititipi. Wadi’aِ dِamanah, pihak yang dititipi koperasi bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan
tersebut. Rekening Tabungan
Koperasi menerima simpanan dari anggota dengan jasa penitipan dana. Koperasi mendapatkan izin anggota untuk menggunakan dana tersebut selama
mengendap di koperasi. Keuntungan dari penggunaan dana akan dibagi dengan anggota dengan pembagian yang disepakati di awal.
Rekening Investasi Umum Produk ini menggunakn prinsip mudharabah mutlaqah, dimana koperasi
bertindak sebagai mudharib dan anggota sebagai baitul maal. Variasi waktu simpanan bisa 1, 3, 6, 12, 24 bulan dan seterusnya. Dalam hal ini kerugian
ditanggung anggota dan koperasi akan kehilangan keuntungan. Rekening Investasi Khusus
Produk ini menggunakan prinsip mudharabah muqayyadah, dimana koperasi menerima pinjaman dari pemerintah atau anggota koperasi. Bentuk
investasi dan pembagian keuntungan dinegoisasikan kasus per kasus.
3. Produk Jasa
Rahn Merupakan akad mengadaikan barang dari satu pihak ke pihak lain, dengan
uang sebagai gantinya. Akad ini dapat berubah menjadi produk jika digunakan untuk pelayanan kebutuhan konsumtif dan jasa seperti pendidikan, kesehatan, dll.
Wakalah Merupakan akad perwakilan antara dua pihak. Umumnya digunakan untuk
penerbitan LC Letter of Credit, akan tetapi juga dapat digunakan untuk mentransfer dana anggota ke pihak lain.
Kafalah Merupakan akad untuk penjaminan. Akad ini digunakan untuk penerbitan
garansi ataupun sebagai jaminan pembayaran lebih dulu. Hawalah
Merupakan akad pemindahan utang-piutang. Kebanyakan ulama menyatakan bahwa koperasi tidak boleh mengambil keuntungan dari produk ini.
2.1.4. Karakteristik Usaha Mikro dan Kecil di Indonesia