Ruang Lingkup Penelitian PENDAHULUAN

betina dewasa yang tersisa. Hal ini menempatkan penyu belimbing pasifik menjadi penyu laut yang paling terancam populasinya di dunia. Di kawasan Pasifik, seperti Indonesia, populasinya hanya tersisa sedikit dari sebelumnya 2.983 sarang pada 1999 dari 13.000 sarang pada tahun 1984. Untuk mengatasi hal tersebut, pada tanggal 28 Agustus 2006, Indonesia, Papua New Guinea dan Kepulauan Solomon telah sepakat untuk melindungi habitat penyu belimbing melalui MoU Tri National Partnership Agreement WWF, 2013. Penyu belimbing memiliki karapas berwarna gelap dengan bintik putih. Ukuran penyu belimbing dapat mencapai 180 cm dengan berat mencapai 500 kg. Penyu belimbing dapat ditemukan dari perairan tropis hingga ke lautan kawasan sub kutub dan biasa bertelur di pantai-pantai kawasan tropis. Spesies ini menghabiskan sebagian besar hidupnya di lautan terbuka dan hanya muncul ke daratan pada saat bertelur. Penyu belimbing betina dapat bertelur empat sampai lima kali per musim, setiap kalinya sebanyak 60 sampai 129 telur. Penyu belimbing bertelur setiap dua atau tiga tahun dengan masa inkubasi sekitar 60 hari WWF, 2013.

2.1.2 Regulasi Perlindungan Penyu

Penyu belimbing Dermochelys coriacea adalah jenis penyu yang pertama kalinya dilindungi melalui Keputusan Menteri Pertanian No. 327KptsUm51978, kemudian disusul oleh penyu lekang Lepidochelys olivacea dan penyu tempayan Caretta caretta melalui Keputusan Menteri Pertanian No. 716Kpts-101980. Tahun 1990 pemerintah RI kembali mengeluarkan Undang-Undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, didalamnya terdapat pasal-pasal penting tentang satwa dilindungi. Pada tahun 1992 pemerintah Indonesia melindungi penyu pipih Natator depressus melalui Keputusan Menteri Kehutanan No 882Kpts-II1992, empat tahun kemudian melindungi penyu sisik Eretmochelys imbricata melalui Keputusan Menteri Kehutanan No. 771Kpts-II1996. Adanya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, semua penyu termasuk penyu hijau Celonia mydas statusnya dilindungi. Pada tahun yang sama dikeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Secara internasional semua jenis penyu juga dilindungi melalui konvensi CITES Convention on International Trade of Endangered Species of Flora and Fauna dimana penyu masuk dalam Appendix I CITES yang berarti perdagangan secara internasional adalah dilarang. Sampai saat ini, jumlah negara yang meratifikasi konvensi CITES ada 174 negara, yang umum disebut parties. Indonesia telah meratifikasi konvensi ini semenjak 1978. Secara regional juga dilakukan sebuah MoU yang dikenal dengan Indoan Ocean-South East Asian Marine Turtle Memorandum of Understanding IOSEA MoU. IOSEA MoU adalah sebuah kesepakatan antar negara dengan tujuan untuk melakukan perlindungan, pengawetan, meningkatkan dan menyelamatkan habitat penyu di kawasan samudera Hindia dan Asia Tenggara, bekerjasama dalam kemitraan dengan berbagai pelaku dan organisasi.

2.2 Wisata, Pariwisata dan Ekowisata

Menurut Undang-Undang Pemerintah Nomor 10 Tahun 2009, wisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik wisata yang dikunjunginya dengan jangka waktu yang sementara. Pariwisata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai hal yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi, pelancongan dan turisme. Pariwisata terbagi ke dalam pariwisata lokal yaitu kegiatan pariwisata yang ruang lingkupnya terbatas tempat tertentu saja dan pariwisata massa yaitu kegiatan kepariwisataan yang meliputi jumlah orang yang banyak dari berbagai tingkat sosial ekonomi. Menurut Pangemanan 1993, pariwisata dapat diartikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk kegiatan bisnis atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan untuk memenuhi keinginan yang beranekaragam. Pariwisata merupakan bentuk kegiatan manusia yang menitik