Jenis-Jenis Penyu Sumberdaya Penyu

perjalanan, besar pengeluaran dan lain-lain. Beberapa pengelompokan wisatawan berdasarkan karakteristik perjalanannya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Karakteristik Perjalanan Wisatawan Karakteristik Pembagian Lama waktu perjalanan 1-3 hari 4-7 hari 8-28 hari 29-91 hari 92-365 hari Jarak yang ditempuh Dalam kota lokal Luar kota satu provinsi Luar kota lain provinsi Luar negeri Waktu melakukan perjalanan Hari biasa Akhir pekan Hari liburraya Liburan sekolah Akomodasi yang digunakan Komersial hotel bintangnon bintang Non komersial rumah temansaudara Transportasi Udara Darat kendaraan pribadiumumsewa Kereta api Laut cruiseferi Teman perjalanan Sendiri Keluarga Teman sekolah Teman kantor Pengorganisasian perjalanan Sendiri Keluarga Sekolah Kantor Biro perjalanan wisata Sumber: Smith 1995, P2Par 2001 dalam Koswara 2002 Tourist Descriptor; memfokuskan pada wisatawannya, biasanya digambarkan dengan “Who wants what, why, when, where and how much?”, untuk menjelaskan hal-hal tersebut digunakan beberapa karakteristik diantaranya adalah karakteristik sosio-demografis. Karakteristik sosio-demografis mencoba menjawab pertanyaan “who wants what”. Pembagian berdasarkan karakteristik ini paling sering dilakukan untuk kepentingan analisis pariwisata, perencanaan dan pemasaran, karena sangat jelas definisinya dan relatif mudah pembagiannya Kotler, 1996 dalam Koswara, 2002. Karakteristik sosio-demografis diantaranya adalah jenis kelamin, umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, kelas sosial, ukuran keluarga atau jumlah anggota keluarga dan lain-lain yang dielaborasi dari karakteristik tersebut Koswara, 2002. Beberapa pengklasifikasian lebih lanjut dari karakteristik sosio-demografis dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Karakteristik Sosio-Demografis Wisatawan Karakteristik Pembagian Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Umur 0-14 tahun 14-24 tahun 25-44 tahun 45-64 tahun 65 tahun Tingkat Pendidikan Tidak tamat SD SD SMP SMA Diploma Sarjana Pascasarjana Kegiatan Bekerja Tidak bekerja Status perkawinan Belum menikah Menikah Cerai Jumlah anggota keluarga dan komposisinya 1 orang Beberapa orang tanpa anak di bawah 17 tahun Beberapa orang, dengan beberapa anak di bawah 17 tahun Tipe keluarga Belum menikah Menikah, belum punya anak Menikah, anak usia 6 tahun Menikah, anak usia 6-17 tahun Menikah, anak usia 18-35 tahun Menikah, anak usia 25 tahun, masih tinggal dengan orang tua Menikah, anak usia 25 tahun, tidak tinggal dengan orang tua empty nest Sumber: Smith 1995, P2Par 2001 dalam Koswara 2002 Karakteristik sosio-demografis juga berkaitan satu dengan yang lain secara tidak langsung. Misalnya tingkat pendidikan seseorang dengan pekerjaan dan tingkat pendapatannya, serta usia dengan status perkawinan dan ukuran keluarga. Pembagian wisatawan berdasarkan karakteristik sosio-demografis ini paling nyata kaitannya dengan pola berwisata mereka. Jenis kelamin maupun kelompok umur misalnya berkaitan dengan pilihan jenis wisata yang dilakukan Seaton Bennet, 1996. Jenis pekerjaan seseorang maupun tipe keluarga akan berpengaruh pada waktu luang yang dimiliki orang tersebut, dan lebih lanjut pada kemampuannya berwisata. Selain karakteristik sosio-demografis, karakteristik lain yang biasa digunakan dalam mengelompokkan wisatawan adalah karakteristik geografis, psikografis dan tingkah laku behavior Smith, 1995 dalam Koswara, 2002. Menurut Koswara 2002, karakteristik geografis membagi wisatawan berdasarkan lokasi tempat tinggalnya, biasanya dibedakan menjadi desa-kota, provinsi, maupun negara asalnya. Pembagian ini lebih lanjut dapat pula dikelompokkan berdasarkan ukuran size kota tempat tinggal kota kecil, menengah, besarmetropolitan, kepadatan penduduk di kota tersebut dan lain- lain. Sementara itu karakteristik psikografis membagi wisatawan ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan kelas sosial, life-style dan karakteristik personal. Wisatawan dalam kelompok demografis yang sama mungkin memiliki profil psikografis yang sangat berbeda. Beragamnya karakteristik dan latar belakang wisatawan menyebabkan beragamnya keinginan dan kebutuhan mereka akan suatu produk wisata. Pengelompokan wisatawan dapat memberi informasi mengenai alasan setiap kelompok mengunjungi obyek wisata yang berbeda, berapa besar ukuran kelompok tersebut, pola pengeluaran setiap kelompok, kesetiaan terhadap suatu produk wisata tertentu, sensitifitas terhadap perubahan harga produk wisata, serta respon terhadap berbagai bentuk iklan produk wisata. Lebih lanjut, pengetahuan mengenai wisatawan sangat diperlukan dalam merencanakan produk wisata yang sesuai dengan keinginan kelompok pasar tertentu, termasuk merencanakan strategi pemasaran yang tepat bagi kelompok pasar tersebut Koswara, 2002.

2.4 Jasa Lingkungan

Jasa lingkungan adalah penyediaan, pengaturan, penyokong proses alami, dan pelestarian nilai budaya oleh suksesi alamiah dan manusia yang bermanfaat bagi keberlangsungan kehidupan. Empat jenis jasa lingkungan yang dikenal oleh masyarakat global adalah: jasa lingkungan tata air, jasa lingkungan keanekaragaman hayati, jasa lingkungan penyerapan karbon, dan jasa lingkungan keindahan lanskap Leimona, 2009. Penyedia jasa lingkungan adalah perorangan, kelompok masyarakat, perkumpulan, badan usaha, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat yang mengelola lahan yang menghasilkan jasa lingkungan serta memiliki izin atau hak atas lahan tersebut dari instansi berwenang. Pemanfaat jasa lingkungan adalah a perorangan; b kelompok masyarakat; c perkumpulan; d badan usaha; e pemerintah daerah; f pemerintah pusat, yang memiliki segala bentuk usaha yang memanfaatkan potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya. Pemanfaat jasa lingkungan di luar jurisdiksi hukum Indonesia, harus tunduk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku Leimona, 2009. Menurut Leimona 2009 pembayaran jasa lingkungan PJL adalah pemberian imbal jasa berupa pembayaran finansial dan non finansial kepada pengelola lahan atas jasa lingkungan yang dihasilkan. Sistem PJL adalah mekanisme pembayaran finansial dan non finansial dituangkan dalam kontrak hukum yang berlaku meliputi aspek-aspek legal, teknis maupun operasional. Komponen sistem PJL adalah: a jasa lingkungan yang dapat diukur; b penyedia; c pemanfaat; d tata cara pembayaran.

2.5 Nilai Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Pengertian nilai atau value menurut Fauzi 2004, khususnya yang menyangkut barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan memang bisa berbeda jika dipandang dari berbagai disiplin ilmu. Karena itu diperlukan suatu persepsi yang sama untuk penilaian ekosistem tersebut. Salah satu tolak ukur yang relatif mudah dan bisa dijadikan persepsi bersama berbagai disiplin ilmu adalah pemberian price tag harga pada barang dan jasa yang dihasilkan sumber daya alam dan lingkungan, dengan demikian kita menggunakan apa yang disebut nilai ekonomi sumber daya alam. Nilai ekonomi secara umum didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Secara formal, konsep ini disebut keinginan membayar Willingness To Pay WTP seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekosistem bisa ”diterjemahkan” kedalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter barang dan jasa Fauzi, 2004.