wisatawan nusantara. Kedua varibel tersebut adalah :
1. Pendapatan
Berdasarkan uji statistik t, variabel pendapatan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai WTP. Hal ini disebabkan obyek wisata penyu TCEC sangat
menarik bagi wisatawan, sehingga pendapatan tidak mempengaruhi nilai WTP.
2. Jumlah Tanggungan
Berdasarkan uji statistik t yang telah dilakukan, variabel jumlah tanggungan tidak berpengaruh terhadap nilai WTP. Sebagian wisatawan
nusantara yang berasal dari luar Pulau Bali berwisata bersama keluarga yang merupakan sebagian jumlah tanggungan, sedangkan sebagian wisatawan
nusantara yang berasal dari Pulau Bali berwisata bersama teman. Hal ini menujukkan banyaknya jumlah tanggungan tidak menjamin besarnya nilai WTP
ke TCEC.
6.5.2 Faktor-faktor yang Tidak Berpengaruh Nyata terhadap Nilai WTP
Responden Wisatawan Mancanegara
Setelah dilakukan uji statistik t terhadap masing-masing variabel, terdapat tiga variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden
wisatawan mancanegara. Ketiga variabel tersebut adalah :
1. Umur
Berdasarkan uji statistik t yang sudah dilakukan, variabel umur tidak berpengaruh nyata terhadap nilai WTP. Hal ini disebabkan kebanyakan umur
wisatawan mancanegara yang berkunjung adalah 17 tahun sampai 40 tahun. Wisatawan mancanegara yang berumur lebih dari 40 tahun kurang tertarik untuk
berkunjung ke TCEC, sehingga umur wisatawan tidak mempengaruhi WTP.
2. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan uji statistik t, variabel pendapatan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai WTP. Wisatawan mancanegara yang memiliki pendidikan tinggi
maupun pendidikan tidak tinggi dapat memahami betapa pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan tidak mempengaruhi besarnya WTP.
3. Pendapatan
Berdasarkan uji statistik t, variabel pendapatan tidak berpengaruh nyata
terhadap nilai WTP. Hal ini disebabkan obyek wisata penyu TCEC sangat menarik bagi wisatawan, sehingga pendapatan tidak mempengaruhi nilai WTP.
6.6 Analisis Kelayakan Finansial Obyek Wisata TCEC Tahun 2008-2013
Analisis kelayakan finansial merupakan analisis yang digunakan untuk menilai suatu usaha yang didasarkan pada apakah usaha tersebut secara finansial
akan menguntungkan atau tidak, dengan menggunakan tiga kriteria meliputi NPV Net Present Value, Net BC Net Benefit Cost Ratio, dan IRR Internal Rate of
Return. Analisis kelayakan finansial tahun 2008-2013 adalah untuk mengevaluasi bagaimana usaha TCEC ini berjalan, apakah dapat menjamin
keberlangsungan keberadaan TCEC atau tidak. Hal ini juga untuk membantu perencanaan usaha dalam peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha di TCEC
kedepannya.
6.6.1. Arus Penerimaan Inflow dan Arus Pengeluaran Outflow 2008-2013
Inflow di TCEC diperoleh dari donasi WWF, Kodya setempat, Gubernur setempat, Taman Marga Satwa Bali, YPLI, donasi yang di dapatkan dari
wisatawan yang berkunjung dan dari pihak-pihak yang tertarik dalam pelestarian penyu, kantin, penjualan souvenir, sewa lapangan, adopsi tukik, dan penyu
upacara adat. Pada tahun pertama dan kedua berdirinya TCEC, inflow hanya didapatkan dari donasi WWF, pemerintah daerah setempat, pihak-pihak yang
ingin membantu pelestarian penyu. Setelah pembangunan selesai, kantin yang siap beroperasi pun dapat menjadi sumber inflow pada tahun ketiga, beserta
dengan tukik-tukik yang siap di adopsi, penyu-penyu untuk upacara adat, penjualan souvenir, dan juga sewa tempat berupa lapangan untuk kemah
pramuka. Outflow atau aliran kas keluar di TCEC berasal dari adanya biaya
investasi dan biaya operasional. Biaya investasi merupakan biaya yang umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan dan mungkin pada saat tertentu beberapa tahun
kemudian. Pengeluaran biaya investasi pada umumnya dilakukan satu kali atau bisa lebih dari satu kali. Adapun komponen-komponen investasi yang
dikeluarkan TCEC adalah kolam untuk penyu dan tukik, tempat untuk telur penyu, bangunan, bermacam-macam ukuran meja, bermacam-macam rak,
tembok, kipas angin, wantilan, kulkas, monumen, patung penyu, kamar mandi, kursi putar, kursi bambu, kantorkantin, TV, speaker, LCD, dan DVD. Berikut
tabel total inflow dan outflow per tahun proyek. Tabel 20. Total Inflow dan Outflow TCEC Tahun 2008
– 2013
Tahun Proyek Penerimaan
Biaya Investasi Biaya Operasional
1 1.170.000.000
1.171.725.000 7.500.000
2 470.000.000
502.500.000 43.046.000
3 200.603.000
162.460.500 4
336.799.700 11.200.000
310.131.100
5 375.370.000
341.514.050 6
375.370.000 341.514.050
Sumber: Hasil Analisis Data 2013
Outflow biaya investasi pada tahun pertama dan kedua cukup banyak karena masih dalam tahap pembangunan, sedangkan tahun ketiga, keempat dan
kelima sudah dalam masa berjalannya usaha. Hal ini menyebabkan biaya investasi ada hanya jika diperlukan. Biaya operasional merupakan biaya yang
dikeluarkan pihak TCEC secara berkala selama usaha berjalan. Biaya operasional adalah semua biaya produksi, pemeliharaan, dan lainnya yang menggambarkan
pengeluaran untuk pelestarian penyu sebagai obyek wisata dalam satu periode. Biaya operasional pada tahun 2008 hanya meliputi pengeluaran untuk
perawatan dan upacara atau sosial untuk kebudayaan Bali. Hal ini disebabkan bangunan yang baru dibangun, sehingga penyu maupun tukik belum ada. Pada
tahun 2009 pengeluaran meningkat karena bangunan sudah mulai terbangun setengahnya, sehingga dapat membeli telur penyu dan tukik. Pengeluaran pada
tahun ini pun meliputi administrasi, mesin pompa, souvenir, perawatan, listrik dan air, upacara adat atau sosial untuk kebudayaan Bali, transport, telepon, dan
gaji untuk pegawai. Pengeluaran dari tahun 2010 hingga 2012 hampir sama, dimana bangunan sudah selesai dibangun sehingga seluruh kebutuhan
operasional dapat dibeli. Rincian cashflow secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 18.
6.6.2 Analisis Kelayakan Finansial TCEC Tahun 2008-2013
Analisis kelayakan finansial di TCEC menggunakan tingkat suku bunga sebesar 8 berdasarkan tingkat suku bunga deposito. Hasil analisis kelayakan
finansial di TCEC dapat dilihat pada Tabel 21.