65 mempengaruhi  tingkat  pengembalian  kredit,  terdapat  satu  atau  lebih  faktor  yang
secaranyata  berpengaruh  terhadap  tingkat  pengembalian  kredit.  Selain  itu, Standard  Error  SE  pada  masing-masing  faktor  memiliki  besar  yang  nyaris
sama,  tidak  ada  nilai  SE  yang  terlalu  tinggi.  Dengan  demikian,  model  ini  dapat dinyatakan stabil secara statistik dan tidak terdapat multikolinearitas di dalamnya
Tabel 14. Selanjutnya  untuk  mengetahui  kebaiksuaian  model  dapat  dilakukan
dengan  Uji  kebaiksuaian  atau  Goodness-of-Fit  Test  yang  memperlihatkan  nilai Pearson, deviance, dan Hosmer-Lemeshow.  Uji ini menunjukkan p-value masing-
masing 0,566; 0,413 ;dan 0,624. Nilai-nilai tersebut menunjukkan nilai yang lebih besar  dari  taraf  nyata
α  =  0,1,  sehingga  disimpulkan  bahwa  pada  selang kepercayaan  90  persen
α = 0,1 bahwa model layak dan dapat diinterpretasikan karena  tidak  terdapat  perbedaan  yang  signifikan  antara  nilai  observasi  dengan
nilai prediksi dari model. Pengujian yang lebih spesifik difokuskan pada signifikansi masing-masing
variabel  prediktor  dalam  mempengaruhi  variabel  respon  secara  individu  dengan menggunakan nilai uji statistik Z yang diindikasikan dengan nilai p-value. Jika p-
value pada suatu variabel lebih kecil dari α maka dapat disimpulkan bahwa faktor
tersebut  berpengaruh  signifikan  terhadap  keputusan  konsumsi.  Pada  selang kepercayaan  90 persen
α = 0,1 dapat disimpulkan  bahwa variabel yang secara signifikan  berpengaruh  pada  tingkat  pengembalian  Kredit  Usaha  Rakyat    KUR
oleh  nasabah  BRI  Unit  Cimanggis  adalah  pinjaman  pada  pihak  lain,  jumlah pinjaman, dan besarnya omzet usaha sedangkan jenis kelamin, tingkat pendidikan,
jumlah  tanggungan  dalam  keluarga,  lama  usaha,  serta  lamanya  masa pengembalian  yang  disepakati  tidak  berpengaruh  signifikan  terhadap  tingkat
kelancaran  pengembalian  Kredit  Usaha  Rakyat    KUR  oleh  nasabah  BRI  Unit Cimanggis.
6.2.1.  Karakteristik Personal
Karakteristik  personal  yang  diduga  berpengaruh  terhadap  tingkat pengembalian  Kredit  Usaha  Rakyat  KUR  terdiri  dari  faktor  jenis  kelamin,
tingkat  pendidikan,  jumlah  tanggungan  dalam  keluarga,  pasangan  yang  bekerja,
66 kepemilikan  rumah,  serta  ada  tidaknya  pinjaman  pada  pihak  lain.  Pengaruh
masing-masing variabel tersebut diuraikan pada Tabel 14.
Tabel 14 . Logistic Regression Table
Variabel Coef
SE Coef P Value
Odds Ratio
Jenis Kelamin 0,53
0,72 0,46
1,71 Tingkat Pendidikan
-0,14 0,13
0,27 0,86
Jumlah Tanggungan -0,34
0,27 0,20
0,71 Kredit Lain
-1,74 0,72
0,01 1,17
Omzet Usaha 0,06
0,02 0,02
1,06 Lama Usaha
0,01 0,04
0,76 1,01
Jumlah Pinjaman 0,71
0,38 0,06
2,04 Jangka Waktu
0,03 0,07
0,67 1,03
Log-Likelihood = -28.833 Test that all slopes are zero: G = 28.950, DF = 8, P-Value = 0.000
1 Jenis Kelamin
Jenis  kelamin  tidak  memiliki  pengaruh  nyata  dalam  kelancaran pengembalian  kredit.  Hasil  tersebut  juga  didukung  oleh  hasil  analisis
deskriptif  sebelumnya  bahwa  sebagian  besar  debitur  baik  yang  lancar maupun  menunggak  adalah  pria.  Hal  ini  sehubungan  dengan  peran  pria
sebagai  kepala  keluarga  yang  bertanggung  jawab  dalam  memenuhi kebutuhan  hidup  anggota  keluarganya.  Sehingga  pengelola  usaha  yang
menjadi  debitur  penerima  Kredit  Usaha  Rakyat  KUR  ini  sebagian  besar adalah  pria,  Maka  dapat  disimpulkan  bahwa  jenis  kelamin  tidak  memberi
pengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit. 2
Tingkat Pendidikan Tingkat  pendidikan  tidak  memiliki  pengaruh  nyata  dalam  kelancaran
pengembalian  kredit.  Hasil  tersebut  juga  didukung  dengan  hasil  analisis deskriptif  sebelumnya  bahwa  tidak  terdapat  perbedaan  yang  berarti  antara
debitur responden lancar dengan menunggak bila dilihat berdasarkan tingkat pendidikan.  Baik  responden  debitur  lancar  maupun  menunggak  keduanya
sebagian  besar  masih  berpendidikan  rendah.    Sehingga  dapat  disimpulkan bahwa  kelancaran  pengembalian  kredit  tidak  dipengaruhi  oleh  tingkat
pendidikan.
67 Tingkat  pendidikan  sebagian  besar  responden  yang  masih  tergolong
rendah  ini  sehubungan  dengan  lokasi  BRI  Unit  Cimanggis  yang  terletak  di Kelurahan  Cisalak  Pasar,  Kecamatan  Cimanggis,  Depok.  Kota  Depok
merupakan merupakan daerah pinggiran kota urban fringe sub urban yang letaknya  tidak  jauh  dari  pusat  kota,  tempat  atau  area  di  mana  para  penglaju
tinggal. Daerah  pinggiran  kota  pada  umumnya  memiliki  dua  wajah:  di  satu
sisi  modern,  melalui  pembangunan  kompleks  perumahan  yang  diikuti  oleh kawasan  perdagangan  baru.  Disisi  lain  tradisional,  diwakili  oleh  kawasan
perumahan  penduduk  asli  dan  daerah  pertanian
1
.    Kelurahan  Cisalak  Pasar, Kecamatan  Cimanggis  adalah  salah  satu  wilayah  dengan  pola  kehidupan
tradisional dimana  di  daerah  ini  masih  terdapat  beberapa  wilayah  dengan
tingkat pendidikan penduduknya yang masih relatif rendah bila dibandingkan dengan  wilayah  lain  di  Kota  Depok  dengan  pola  kehidupan  modern  yang
umumnya  sudah  menyadari  pentingnya  pendidikan  tinggi  sebagai  bekal kehidupan.
3 Jumlah Tanggungan dalam Keluarga
Jumlah tanggungan dalam keluarga tidak memiliki pengaruh nyata dalam kelancaran pengembalian kredit. Hal ini juga didukung dengan hasil analisis
deskriptif  sebelumnya  bahwa  baik  debitur  yang  lancar  maupun  menunggak keduanya  sebagian  besar  memiliki  jumlah  tanggungan  dalam  keluarga  yang
relatif  sedikit.  Sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa  kelancaran  pengembalian kredit tidak dipengaruhi oleh banyaknya jumlah tanggungan dalam keluarga.
Jumlah  tanggungan  dalam  keluarga  sebagian  besar  responden  tergolong sedikit  dikarenakan budaya untuk  memiliki  keturunan banyak saat  ini sudah
cenderung  ditinggalkan  oleh  masyarakat  yang  bermukim  di  wilayah perkotaan  dan  sekitarnya  wilayah  sub  urban.  Hal  ini  seiring  tuntutan
kebutuhan biaya hidup di wilayah Cimanggis yang sudah semakin meningkat dengan semakin pesatnya pembangunan yang terjadi
2
.
1
Buchholz  AS.  2005.  Jender  di  periurban.  Di  dalam  Koesmapardi,  editor.  Jurnal  Dinamika Periurban: Periurban sebagai Perhatian Kualitas Hidup I Mei: 11.
2
Loc.cit
68 4
Pinjaman pada Pihak Lain Adanya  pinjaman  lain  memberi  pengaruh  nyata  dalam  kelancaran
pengembalian  kredit.  Hal  ini  juga  didukung  oleh  hasil  analisis  deskriptif sebelumnya  bahwa  sebagian  besar  debitur  dengan  kategori  pengembalian
kredit menunggak terlibat dalam pinjaman dengan pihak lain, sangat berbeda bila  dibandingkam  sebagian  besar  responden  yang  tergolong  lancar  yang
sedang dalam kondisi tidak berada dalam pinjaman dengan pihak lain. Kondisi ini mencerminkan perbedaan  yang sangat berarti sehingga dapat disimpulkan
bahwa  antara  responden  yang  lancar  dan  menunggak,  dapat  dibedakan berdasarkan status responden yang sedang dalam pinjaman lain atau tidak.
Responden  yang  sebagian  besar  merupakan  pedagang  di  pasar-pasar tradisional, pengrajin kecil, pedagang keliling, dan lain-lain seringkali sering
kali terjerat oleh para rentenir dengan pembebanan bunga yang sangat tinggi biasanya  30  persen  per  bulan.  Sebagai  akibat  dari  terbebani  oleh  beban
bunga  yang sangat tinggi tersebut, seringkali mengakibatkan responden lalai dalam  memenuhi  kewajiban  untuk  melunasi  kredit  KUR  pada  BRI  Unit
Cimanggis.  Mereka  cenderung lebih memprioritaskan untuk  melunasi  kredit pada  rentenir  demi  menjaga  hubungan  baik  dengan  para  rentenir.  Adapun
kredit  lain  yang  menjadi  penghambat  dalam  pengembalian  KUR  adalah kredit kepemilikan motor. Ketiadaan agunan pada KUR membuat responden
cenderung  lebih  memilih  untuk  melunasi  kredit  motor  tersebut  daripada motor  yang  digunakan  sebagai  jaminan  dalam  kredit  tersebut  disita  karena
lalai membayar. Pembayaran  anguran  KUR  yang  belum  menjadi  prioritas  jika
dibandingkan  dengan  kredit  lain  antara  lain  juga  disebabkan  adanya kesalahan  pemahaman  terhadap  kredit  pemerintah  ini.  Berdasarkan
pengamatan di lapangan serta pengalaman pihak BRI Unit Cimanggis sendiri, responden cenderung melihat KUR sebagai dana kucuran pemerintah seperti
halnya pada kredit program sebelumnya. Koefisien  ini  variabel  negatif  -1,747.  Artinya  adalah  bahwa  adanya
pinjaman  pada  pihak  lain  akan  berbanding  terbalik  dalam  mendukung kelancaran  pengembalian  kredit  sebagai  variabel  respon.  Nilai  odds  ratio
69 sebesar 0,17 mengartikan bahwa nasabah yang memiliki pinjaman pada pihak
lain  akan  berpeluang  lebih  0,17  kali  lebih  kecil  untuk  mengembalikan  kredit
secara lancar. 6.2.2.  Karakteristik Usaha
Karakteristik  usaha  yang  diduga  berpengaruh  terhadap  tingkat pengembalian Kredit Usaha Rakyat KUR pada BRI Unit Cimanggis terdiri dari
faktor  omzet  usaha  serta  lamanya  usaha  tersebut  sudah  dijalankan  oleh  pemilik. Adapun  output  hasil  olahan  dan  pengaruh  masing-masing  faktor  dipaparkan
sebagai berikut: 1
Omzet Usaha Besarnya  omzet  usaha  memiliki  pengaruh  nyata  dalam  kelancaran
pengembalian  kredit.  Pada  analisis  deskriptif  sebelumnya  ditemukan  bahwa karakteristik  debitur  yang  mampu  mengembalikan  kredit  dengan  baik  dan
menunggak  dapat  dibedakan  berdasarkan  besarnya  omzet  usaha  per  bulan. Responden  debitur  lancar  cenderung  memiliki  omzet  usaha  yang  lebih  besar
jika  dibandingkan  dengan  responden  debitur  menunggak.  Sehingga  dapat disimpulkan  bahwa  besarnya  omzet  usaha  memberi  pengaruh  terhadap
kelancaran pengembalian kredit. Adapun nilai koefisien variabel ini adalah bertanda positif, mencerminkan
omzet  usaha  memiliki  pengaruh  positif  dalam  mendukung  kelancaran pengembalian  kredit  sebagai  variabel  respon.  Odds  ratio  sebesar  1,06
mengartikan bahwa peningkatan omzet usaha sebesar satu satuan juta rupiah akan    meningkatkan  peluang  tingkat  kelancaran  pengembalian  kredit  sebesar
1,06 kali lebih besar. Kesimpulan  ini  sejalan  dengan  kesimpulan  pada  hasil-hasil  penelitian
terdahulu  yang  menyatakan  bahwa  besarnya  omzet  usaha  berpengaruh  nyata terhadap kelancaran pengembalian kredit. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Hermawan 2007, omzet usaha memberi pengaruh nyata dan positif terhadap tingkat  pengembalian  Kredit  Umum  Pedesaan  KUPEDES  untuk  usaha
mikro,kecil, dan menengah di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Studi Kasus BRI Unit  Leuwiliang.  Begitu  pula  halnya  dengan  penelitian  yang  dilakukan  oleh
70 Handoyo  2009  yang  juga  menemukan  bahwa    omzet  usaha  memberi
pengaruh  nyata  dan  positif  terhadap  tingkat  pengembalian  pembiayaan syariahuntuk  UMKM  Agribisnis  pada  KBMT  Ummah  Kota  Bogor
sehubungan dengan profitabilitas usaha yang tinggi  yang ditunjukkan dengan nilai omzet usaha yang besar.
2 Lama Usaha
Lama  usaha  tidak  memiliki  pengaruh  nyata  dalam  kelancaran pengembalian  kredit.  Berdasarkan  pengamatan  lapangan,  pada  umumnya
pelaku usaha mikro di wilayah Cimanggis bergerak pada bidang perdagangan dan telah menjalankan usaha tersebut cukup lama. Perdagangan  yang mereka
jalankan  sebagian  besar  tidak  memiliki  lama  usaha  yang  panjang.  Hal  ini terkait  dengan  karakteristik  entry  barrier  yang  mudah  ditembus  sehingga
ketika  pasar  sudah  jenuh  mereka  akan  beralih  pada  usaha  perdagangan  yang lain.
Hal  ini  didukung  dengan  hasil  analisis  deskriptif  sebelumnya  yang menunjukkan  bahwa  kedua  kategori  tingkat  pengembalian  kredit  tersebut
tidak  dapat  dibedakan  kategori  tingkat  pengembaliannya  berdasarkan  lama usaha.  Baik  responden  debitur  lancar  maupun  responden  debitur  menunggak
sebagian  besar  telah  menjalankan  usahanya  tidak  lebih  dari  sebelas  tahun. Sehingga  lama  usaha  menjadi  tidak  member  pengaruh  terhadap  kelancaran
pengembalian  kredit.Kesimpulan  ini  sejalan  dengan  kesimpulan  pada  hasil- hasil  penelitian  terdahulu  yang  menyatakan  bahwa  lamanya  usaha  tidak
berpengaruh  nyata  terhadap  kelancaran  pengembalian  kredit  seperti  pada penelitian Hermawan 2007 serta Handoyo 2009.
6.2.3.  Karakteristik Kredit